Aduh sorry sorry :(
Cerbungnya ngaret banget kan? maaf ya maaffff :((((
Ini udah dinext yaa :)
Cerbungnya ngaret banget kan? maaf ya maaffff :((((
Ini udah dinext yaa :)
---
Cek This Out!
---
Dalam sekejap cindai menyesap
habis minuman dingin yang mereka beli. Mereka duduk di bawah pohon mahoni yang
tua di sudut lapangan basket. Rindangnya pohon membuat mereka terlindung dari
sengatan cahaya matahari. Cindai duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
“Capek juga ya..” katanya
“Capek juga ya..” katanya
“Hmm…” gumam aldi setuju.
Dihabiskannya sisa minumannya. “Jadi?”
“Jadi apa?” Tanya cindai setengah tolol.
“Jadi apa?” Tanya cindai setengah tolol.
“Ndai, lo ga lupa kan kita
kesini buat apa?”
“Oh iya..” Cindai menepuk kening. “Gue nyaris lupa!”
“Oh iya..” Cindai menepuk kening. “Gue nyaris lupa!”
“Gue mau lo ngasih tau gue semua
yang lo tau tentang bella.” Kata aldi. “Sekarang juga.”
Cindai mulai bercerita sambil
menerawang, seakan kata katanya tertulis di langit biru. Diceritakannya semua
yang telah diceritakan bagas kepadanya
“Kenapa bella bersikeras
menghadapi semua itu sendirian ? padahal gue selalu siap membantunya.” Balas
aldi. “gue selalu mau tau keadaannya, apa aja yang dirasakannya, tapi dia ga
pernah nganggep gue ada. Gue ga tau apa salah gue, keadaan lah yang bikin gue
sama dia jadi serbasalah!”
Sesaat mereka terdiam
“Lo pasti sayang banget ya sama
bella. Yakan?” Tanya cindai tanpa menoleh. “Lo ngga perlu cerita kok tentang
dia. Gue rasa udah cukup yang gue ketahui tentang dia.
Aldi diam sejenak. “Benar, gue
emang sayang sama bella, tapi kalo boleh jujur….. gue juga sayang sama lo.”
Apa? Cindai yakin dia salah dengar. Ditatapnya aldi yang sedang
menatap nanar ke rerumputan di sela sela kakinya, seakan akan jawaban akan
datang dari rumput hijau yang bisu itu.
“Lo tadi bilang apa?!” Tanya
cindai kaget, masih ngga yakin dengan apa yang didengarnya barusan
Dia menatap ga percaya cowok
yang duduk di sampingnya itu. Tapi ngga ada keraguan di wajah yang tenang itu,
poni hitamnya tertiup sejuknya angin dibawah rindangnya pohon mahoni yang
melindungi mereka.
“Gue sayang bella, dan gue juga
sayang lo.” Ulangnya. “gue gatau sejak kapan perasaan itu muncul. Yang jelas,
makin hari rasa itu makin kuat di hati gue.” Ujar aldi lirih
“Tapi…” suara cindai tercekat.
Dia ga sanggup mengatakannya. Ini ga boleh terjadi, benar benar ga boleh!
Cindai langsung teringat pada salsha yang sangat memuja cowok ini. Sudah cukup
dia menahan perasaan melihat aldi selalu memperhatikan bella. Cewek yang
kemungkinan besar adalah cinta masa lalu aldi. Sudah cukup tanpa cowok itu
harus memendam perasaan yang sama terhadap cindai
“Lo jangan konyol, Al!” kata
cindai seraya berdiri, lalu pergi dari situ.
***
Bel tanda mata kuliah selesai
berbunyi, tanpa pikir panjang salsha berbelok menuju perpustakaan, tempat yang
tanpa sengaja telah menyimpan banyak cerita tentang dirinya dan sahabatnya.
Tempat salsha sembunyi dibalik rak rak, mengamati cowok yang mengusik hatinya
sejak hari pertama kuliah.
Sesampai di depan pintu
perpustakaan, salsha melangkah sangat pelan, matanya mengawasi siapapun yang
ada di dalam, melangkah menuju rak rak tempat biasa ia bersembunyi dan
mengamati. Sia sia. Mereka ngga ada disana. Setidaknya salsha bisa bernapas
lega karena kemungkinan mereka ga barengan, dan salsha akan bersedia
mendengarkan penjelasan cindai. Mungkin dengan begitu dia akan mengerti dan
bisa memaafkan. Salsha mendatangi beberapa tempat yang bisa dijadikan tempat
tongkrongan mahasiswa/i, namun tetap saja kedua orang itu tidak kelihatan
batang hidungnya.
Dugaannya benar, cindai memang
memendam perasaan terhadap aldi,tapi berpura pura cuek . yah, semua masuk akal.
Untuk apa cindai repot repot mengintip dari celah kecil untuk mengamati cowok
itu padahal dia bisa berada sangat dekat padanya sepanjang jam pelajaran ?
Ternyata nama bagas hanya dipakai sebagai benteng untuk menutupi perasaan yang
sebenernya. Salsha tersenyum sinis. Kenapa dia menggunakan nama bagas, padahal
dia tau cowok itu ngga bisa didekati karena dijaga singa betina yang ganas itu?
Cerita cerita cindai tentang dirinya dengan bagas bisa saja hanya isapan jempol
belaka.
Dering ponsel membuat salsha
terkejut. Dia menatap layar ponselnya. Cindai. Tanpa berpikir panjang dia
menekan tombol reject dan merasa
sedikit puas. Tapi cindai tidak menyerah, dia terus berusaha menghubungi salsha.
Namun lagi lagi ditolak! Tak lama, cindai mengiriminya SMS. Salsha membacanya
sesaat dan memutuskan untuk mematikan ponselnya. Hatinya masih terluka
“Tega banget lo, Ndai.” Bisiknya
***
Cindai duduk gelisah di tempat
tidur. Semua pikiran seperti berebut untuk menguasai pikiran cindai. Sebentar
dia memikirkan aldi dengan keanehannya, Salsha dengan amarahnya, bella dengan
mamanya, bagas dengan dirinya. Kemudian kembali tentang aldi dengan
keanehannya, begitu seterusnya.
Cindai meraih ponselnya, mencoba
menghubungi salsha
Gagal.
Salsha selalu me-reject panggilannya. Akhirnya cindai
mengirimnya SMS.
Angkat dong, Sal. Gue mau ngomong. Please…
Kemudian dia kembali mencoba
menghubungi Salsha. Parah. Salsha mematikan ponselnya.
Cindai makin gelisah. Bagaimana
dia harus bersikap besok? Apa yang akan dikatakannya kepada aldi? Atau
bagaimana dia harus menyikapi cowok itu? Aldi keliru. Seharusnya dia tidak
menyimpan perasaan seperti itu terhadap cindai atau siapapun, jika dihatinya
masih ada cewek lain-Bella.
“benar, gue emang sayang sama bella, tapi kalo boleh jujur……. Gue juga
sayang sama lo.”
Kata kata aldi bagai petir yang
menyambar dipikirannya.
***
Aldi dan cindai telah sampai
dikolam belakang sekolah dan duduk di tempat yang terlindung dari cahaya
matahari.
“Gue bisa bantu apa?” Tanya
cindai. Dia benar benar penasaran, banyak hal tak terduga yang akhir akhir ini
diketahuinya. Dan semua terdengar seperti petir yang menyambar nyambar.
“Lo pikir lo udah tau semua
tentang Bella?” Tanya aldi
Ya ampun, bella lagi?! Apa udah
ga ada hal lain selain bella di otak cowo ini? Cindai ga habis pikir dan iba
kepada aldi. Jelas jelas bella ga peduli sama dia, kenapa juga aldi masih mau
menghabiskan waktunya buat memikirkan dan mengkhawatirkan cewek itu?
“Nggak juga. Tapi gue rasa apa
yang gue tau tentang bella udah cukup kok!” jawab cindai tanpa minat
Aldi tersenyum simpul. “Tapi
masih ada satu hal yang belum lo ketahui,” katanya
“Emangnya itu penting ya, buat
gue?” celetuk cindai agak jengkel.
“Mungkin ga terlalu. Tapi sangat
penting buat gue. Bella…………” aldi mengendalikan suaranya. “dia…….. kakak gue.”
JGGERR!!!
“APA?!” Cindai benar benar ingin
memastikan telinganya masih berfungsi dengan normal.
“Bella kakak gue,” ulang aldi.
“Kami bersaudara..”
Cindai benar benar gatau harus
bilang apa. Otot otot bibirnya tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Cindai
berusaha mencerna informasi itu.
“Tapi… ngga kelihatan seperti
itu tuh” ujar aldi jujur
“Bella jelas menutupinya. Sejak
awal gue masuk kampus ini, dia udah ngingetin gue untuk ga pernah ngomong sama
dia, apalagi deketin dia. Dia benar benar memutuskan hubungan.” Ujar aldi
“Trus lo diem begitu aja?”
Aldi menggeleng. “Gue selalu
berusaha ngomong sama dia, kakak gue sendiri. Tapi dia selalu menghindar,
bahkan mengancam akan pindah kampus kalau gue masih mengganggu dia.”
Cindai menatap aldi tak percaya.
Bisa bisanya bella bersikap begitu…
“Dulu bella ga begini, dia kakak
paling baik dan paling ngertiin gue. Dia berubah sejak mama dan papa bercerai.
Gue sendiri ga nyangka jalan hidup gue bakal begini. Dulu gue bahagia banget.
Tapi semua itu memudar sejak mama menjadi percancang ternama dan bergaul rengan
model dan kalangan seleb. Gaya hidupnya berubah total, dan kamipun merasa asing
dengan mama yang sibuk dengan kariernya, mama yang cara hidupnya sangat
berbeda, shopping keluar negeri,
pesta pesta dan yang lainnya. Dia bukan mama yang kami kenal.” Aldi memukul
tanah dengan gusar
“Sejak itu pertengkaran mewarnai
rumah kami, teriakan, umpatan, tangisan, pecahan kaca, semua bercampur menjadi
nada sumbang yang harus gue denger setiap hari. Bella beberapa kali kabur dari
rumah. Sedangkan gue lebih memilih mengurung diri di kamar.” Aldi memainkan
patahan ranting kecil, memutar mutarkannya di sela sela jarinya. “Sampai
akhirnya kata kata cerai mengakhiri semuanya. Gue sendiri ga kaget dengan
keputusan itu, begitupun bella. Namun sedikit keributan kembali terjadi saat
mama memaksa bella ikut dengannya. Gue gatau lagi gimana ceritanya sampe
akhirnya bella mengalah dan ikut mama. Gue sendiri hanya bisa mengurung diri
saat semua keributan itu terjadi. Bahkan gue ngga keluar saat mereka akhirnya
pergi dari rumah. Gue memang pengecut! Ketika semua berakhir, gue ngga berani
menatap kehancuran itu, dunia gue sakan runtuh dang a pernah kembali utuh
lagi.”
“apakah sejak itu Bella musuhin
lo?”
“Bisa jadi.” Jawab aldi. “Gue tau dia marah karena gue membiarkan dia pergi sama mama tanpa sedikitpun membelanya. Gue benar benar menyesal. Mungkin pikirnya hidup gue tanang dan bahagia bersama papa yang sangat menyayangi kami. Tapi dia salah. Hidup gue emang ga ada masalah. Papa selalu memberikan semua yang terbaik buat gue. Tapi menikmati semua itu sendiri, ngga buat gue bahagia sama sekali. Gue selalu memikirkan nasih bella, dan gue ngga nyangka yang dialami bella jauh lebih buruk dari yang gue duga.”
“Bisa jadi.” Jawab aldi. “Gue tau dia marah karena gue membiarkan dia pergi sama mama tanpa sedikitpun membelanya. Gue benar benar menyesal. Mungkin pikirnya hidup gue tanang dan bahagia bersama papa yang sangat menyayangi kami. Tapi dia salah. Hidup gue emang ga ada masalah. Papa selalu memberikan semua yang terbaik buat gue. Tapi menikmati semua itu sendiri, ngga buat gue bahagia sama sekali. Gue selalu memikirkan nasih bella, dan gue ngga nyangka yang dialami bella jauh lebih buruk dari yang gue duga.”
“Terus gimana sama papa lo?”
“Kami sama saja. Kami berusaha
membiasakan diri dengan rasa sepi, berusaha menepis rasa kehilangan.bersikap
seakan ga pernah ada masalah. Papa pura pura ga peduli, padahal dia selalu
mencari kabar keberadaan bella, sampai akhirnya dia mengetahui dimana bella
berkuliah dan gue dipindahin kesini. Tapi emang ga banyak yang bisa gue lakuin,
apalagi bella selalu memusuhi gue. Jadi papa hanya meminta gue ngawasin dia,
selagi keadaan bella baik baik saja. Berarti begitu juga keadaan mama.: aldi
menarik napas panjang. “sampai akhirnya gue liat bella nangis kemaren, dan dia
kelihatan sangat panik. Bahkan pada saat terdesak itupun bella masih menolak
cerita sama gue. Gue ngga tau harus berbuat apa. Makanya gue nyari lo.”
“Jadi apa rencana lo sekarang?”
“Gue mau, lo bawa gue ke tempat
mama dan bella.” Ujar aldi mantap. “semalem gue udah cerita semua ke papa, dan
papa mint ague mengatur semua ini. Jadi, hari ini juga gue harap lo ga
keberatan kita kesana.” Ujar aldi
***
“Bella ga pernah cerita dia punya adek. Dia selalu bercerita seakan akan dia anak tunggal.” Kata bagas nyaris ngga percaya. “gue sendiri ga berani bertanya lebih jauh tentang keluarganya. Gue Cuma dengerin apa yang mau dia ceritain ke gue. Itu aja” lanjut bagas lagi
“Bella ga pernah cerita dia punya adek. Dia selalu bercerita seakan akan dia anak tunggal.” Kata bagas nyaris ngga percaya. “gue sendiri ga berani bertanya lebih jauh tentang keluarganya. Gue Cuma dengerin apa yang mau dia ceritain ke gue. Itu aja” lanjut bagas lagi
“Dari cerita aldi, bella emang
ga mau orang orang tau kalo mereka bersaudara.” Tambah cindai
“Gue yakin sekarang bella ada di
tempat mamanya. Kemaren waktu gue balik dari kantin, bella udah ga ada. Gue
coba hubungin balik pake nomor si novi, tapi ga aktif. Gue yakin dia udah coba
hubungin gue. Tapi hp gue lagi mati,” kata bagas.
“Yah siapa yang bakal menduga
ceritanya bisa begini? Semuanya serba ga terduga. Yg jelas lo bersedia kan
nganter aldi dan papanya kesana? Gue kan ga tau tempatnya.” Cerocos cindai
“ya pastilah.. ga munkin gue
tolak kan? Tapi lo ikut juga kan ndai?”
“Ihh.. iyalah.. lo kan belom
kenal aldi!” tukas cindai
Kini cindai memandang keluar
jendela mobil, pikirannya masih belum tenang. Tadi dia sudah mencoba berbicara
dengan salsha, tapi cewek itu ga mau mendengarkan. Ketika cindai berusaha
menjelaskan, dia terang terangan menutup telinganya dan menjauh seakan akan
cindai mengidap penyakit menular. Cindai jadi gak habis pikir. Kalau hanya
karena insiden cindai memutuskan telepon sore itu, kayanya ga mungkin salsha
sampe kaya gini. Apa ada hal lain yang dilakukan cindai hingga salsha ga bisa
memaafkannya ? cindai terus berpikir tapi tidak menemukan jawaban.
Mata cindai mulai agak berat,
dia sangat lelah. Memikirkan sesuatu yang ga bisa dijelaskan membuatnya makin
pusing dan nyaris gila.
“Gue tidur, ya?” cindai setengah
berbisik kepada bagas.
“Tidur aja..” balas bagas
berbisik juga
Cindaipun bersandar di bahu
bagas dan memejamkan mata. Bagas menggenggam tangannya. Namun pada saat yang
sama aldi melirik lewat kaca spion didepannya, dan dia nyaris tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya. Sejak awal dia memang sudah memperhatikan gelagat
kedua orang itu. Mereka terlihat sangat dekat. Kenapa selama ini dia ga pernah
sadar ?
Aldi memperhatikan bagaimana cindai berbicara dan menatap bagas. tatapannya sangat berbeda dengan yang selama ini dilihat aldi. Kini aldi mengerti, cindai ga pernah sedikitpun menaruh hati padanya, dia mencintai orang lain, cowok yang kini berada disampingnya, tempatnya bersandar dan terlelap.
Aldi memperhatikan bagaimana cindai berbicara dan menatap bagas. tatapannya sangat berbeda dengan yang selama ini dilihat aldi. Kini aldi mengerti, cindai ga pernah sedikitpun menaruh hati padanya, dia mencintai orang lain, cowok yang kini berada disampingnya, tempatnya bersandar dan terlelap.
-Bersambung-
Semoga kalian suka{} minta izin ngaret lg yaa :) hehe...
Regards,
@zaakyki