Kamis, 06 Februari 2014

Cerbung My Diary part 9 Season 2


Aduh sorry sorry :(
Cerbungnya ngaret banget kan? maaf ya maaffff :((((
Ini udah dinext yaa :)
---
Cek This Out!
---
Dalam sekejap cindai menyesap habis minuman dingin yang mereka beli. Mereka duduk di bawah pohon mahoni yang tua di sudut lapangan basket. Rindangnya pohon membuat mereka terlindung dari sengatan cahaya matahari. Cindai duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
“Capek juga ya..” katanya
“Hmm…” gumam aldi setuju. Dihabiskannya sisa minumannya. “Jadi?”
“Jadi apa?” Tanya cindai setengah tolol.
“Ndai, lo ga lupa kan kita kesini buat apa?”
“Oh iya..” Cindai menepuk kening. “Gue nyaris lupa!”
“Gue mau lo ngasih tau gue semua yang lo tau tentang bella.” Kata aldi. “Sekarang juga.”
Cindai mulai bercerita sambil menerawang, seakan kata katanya tertulis di langit biru. Diceritakannya semua yang telah diceritakan bagas kepadanya
“Kenapa bella bersikeras menghadapi semua itu sendirian ? padahal gue selalu siap membantunya.” Balas aldi. “gue selalu mau tau keadaannya, apa aja yang dirasakannya, tapi dia ga pernah nganggep gue ada. Gue ga tau apa salah gue, keadaan lah yang bikin gue sama dia jadi serbasalah!”
Sesaat mereka terdiam
“Lo pasti sayang banget ya sama bella. Yakan?” Tanya cindai tanpa menoleh. “Lo ngga perlu cerita kok tentang dia. Gue rasa udah cukup yang gue ketahui tentang dia.
Aldi diam sejenak. “Benar, gue emang sayang sama bella, tapi kalo boleh jujur….. gue juga sayang sama lo.”
Apa? Cindai yakin dia salah dengar. Ditatapnya aldi yang sedang menatap nanar ke rerumputan di sela sela kakinya, seakan akan jawaban akan datang dari rumput hijau yang bisu itu.
“Lo tadi bilang apa?!” Tanya cindai kaget, masih ngga yakin dengan apa yang didengarnya barusan
Dia menatap ga percaya cowok yang duduk di sampingnya itu. Tapi ngga ada keraguan di wajah yang tenang itu, poni hitamnya tertiup sejuknya angin dibawah rindangnya pohon mahoni yang melindungi mereka.
“Gue sayang bella, dan gue juga sayang lo.” Ulangnya. “gue gatau sejak kapan perasaan itu muncul. Yang jelas, makin hari rasa itu makin kuat di hati gue.” Ujar aldi lirih
“Tapi…” suara cindai tercekat. Dia ga sanggup mengatakannya. Ini ga boleh terjadi, benar benar ga boleh! Cindai langsung teringat pada salsha yang sangat memuja cowok ini. Sudah cukup dia menahan perasaan melihat aldi selalu memperhatikan bella. Cewek yang kemungkinan besar adalah cinta masa lalu aldi. Sudah cukup tanpa cowok itu harus memendam perasaan yang sama terhadap cindai
“Lo jangan konyol, Al!” kata cindai seraya berdiri, lalu pergi dari situ.
***
Bel tanda mata kuliah selesai berbunyi, tanpa pikir panjang salsha berbelok menuju perpustakaan, tempat yang tanpa sengaja telah menyimpan banyak cerita tentang dirinya dan sahabatnya. Tempat salsha sembunyi dibalik rak rak, mengamati cowok yang mengusik hatinya sejak hari pertama kuliah.
Sesampai di depan pintu perpustakaan, salsha melangkah sangat pelan, matanya mengawasi siapapun yang ada di dalam, melangkah menuju rak rak tempat biasa ia bersembunyi dan mengamati. Sia sia. Mereka ngga ada disana. Setidaknya salsha bisa bernapas lega karena kemungkinan mereka ga barengan, dan salsha akan bersedia mendengarkan penjelasan cindai. Mungkin dengan begitu dia akan mengerti dan bisa memaafkan. Salsha mendatangi beberapa tempat yang bisa dijadikan tempat tongkrongan mahasiswa/i, namun tetap saja kedua orang itu tidak kelihatan batang hidungnya.
Dugaannya benar, cindai memang memendam perasaan terhadap aldi,tapi berpura pura cuek . yah, semua masuk akal. Untuk apa cindai repot repot mengintip dari celah kecil untuk mengamati cowok itu padahal dia bisa berada sangat dekat padanya sepanjang jam pelajaran ? Ternyata nama bagas hanya dipakai sebagai benteng untuk menutupi perasaan yang sebenernya. Salsha tersenyum sinis. Kenapa dia menggunakan nama bagas, padahal dia tau cowok itu ngga bisa didekati karena dijaga singa betina yang ganas itu? Cerita cerita cindai tentang dirinya dengan bagas bisa saja hanya isapan jempol belaka.
Dering ponsel membuat salsha terkejut. Dia menatap layar ponselnya. Cindai. Tanpa berpikir panjang dia menekan tombol reject dan merasa sedikit puas. Tapi cindai tidak menyerah, dia terus berusaha menghubungi salsha. Namun lagi lagi ditolak! Tak lama, cindai mengiriminya SMS. Salsha membacanya sesaat dan memutuskan untuk mematikan ponselnya. Hatinya masih terluka
“Tega banget lo, Ndai.” Bisiknya
***
Cindai duduk gelisah di tempat tidur. Semua pikiran seperti berebut untuk menguasai pikiran cindai. Sebentar dia memikirkan aldi dengan keanehannya, Salsha dengan amarahnya, bella dengan mamanya, bagas dengan dirinya. Kemudian kembali tentang aldi dengan keanehannya, begitu seterusnya.
Cindai meraih ponselnya, mencoba menghubungi salsha
Gagal.
Salsha selalu me-reject panggilannya. Akhirnya cindai mengirimnya SMS.

Angkat dong, Sal. Gue mau ngomong. Please…

Kemudian dia kembali mencoba menghubungi Salsha. Parah. Salsha mematikan ponselnya.

Cindai makin gelisah. Bagaimana dia harus bersikap besok? Apa yang akan dikatakannya kepada aldi? Atau bagaimana dia harus menyikapi cowok itu? Aldi keliru. Seharusnya dia tidak menyimpan perasaan seperti itu terhadap cindai atau siapapun, jika dihatinya masih ada cewek lain-Bella.
benar, gue emang sayang sama bella, tapi kalo boleh jujur……. Gue juga sayang sama lo.
Kata kata aldi bagai petir yang menyambar dipikirannya.
***
Aldi dan cindai telah sampai dikolam belakang sekolah dan duduk di tempat yang terlindung dari cahaya matahari.
“Gue bisa bantu apa?” Tanya cindai. Dia benar benar penasaran, banyak hal tak terduga yang akhir akhir ini diketahuinya. Dan semua terdengar seperti petir yang menyambar nyambar.
“Lo pikir lo udah tau semua tentang Bella?” Tanya aldi
Ya ampun, bella lagi?! Apa udah ga ada hal lain selain bella di otak cowo ini? Cindai ga habis pikir dan iba kepada aldi. Jelas jelas bella ga peduli sama dia, kenapa juga aldi masih mau menghabiskan waktunya buat memikirkan dan mengkhawatirkan cewek itu?
“Nggak juga. Tapi gue rasa apa yang gue tau tentang bella udah cukup kok!” jawab cindai tanpa minat
Aldi tersenyum simpul. “Tapi masih ada satu hal yang belum lo ketahui,” katanya
“Emangnya itu penting ya, buat gue?” celetuk cindai agak jengkel.
“Mungkin ga terlalu. Tapi sangat penting buat gue. Bella…………” aldi mengendalikan suaranya. “dia…….. kakak gue.”

JGGERR!!!
“APA?!” Cindai benar benar ingin memastikan telinganya masih berfungsi dengan normal.
“Bella kakak gue,” ulang aldi. “Kami bersaudara..”
Cindai benar benar gatau harus bilang apa. Otot otot bibirnya tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Cindai berusaha mencerna informasi itu.
“Tapi… ngga kelihatan seperti itu tuh” ujar aldi jujur
“Bella jelas menutupinya. Sejak awal gue masuk kampus ini, dia udah ngingetin gue untuk ga pernah ngomong sama dia, apalagi deketin dia. Dia benar benar memutuskan hubungan.” Ujar aldi
“Trus lo diem begitu aja?”
Aldi menggeleng. “Gue selalu berusaha ngomong sama dia, kakak gue sendiri. Tapi dia selalu menghindar, bahkan mengancam akan pindah kampus kalau gue masih mengganggu dia.”
Cindai menatap aldi tak percaya. Bisa bisanya bella bersikap begitu…
“Dulu bella ga begini, dia kakak paling baik dan paling ngertiin gue. Dia berubah sejak mama dan papa bercerai. Gue sendiri ga nyangka jalan hidup gue bakal begini. Dulu gue bahagia banget. Tapi semua itu memudar sejak mama menjadi percancang ternama dan bergaul rengan model dan kalangan seleb. Gaya hidupnya berubah total, dan kamipun merasa asing dengan mama yang sibuk dengan kariernya, mama yang cara hidupnya sangat berbeda, shopping keluar negeri, pesta pesta dan yang lainnya. Dia bukan mama yang kami kenal.” Aldi memukul tanah dengan gusar
“Sejak itu pertengkaran mewarnai rumah kami, teriakan, umpatan, tangisan, pecahan kaca, semua bercampur menjadi nada sumbang yang harus gue denger setiap hari. Bella beberapa kali kabur dari rumah. Sedangkan gue lebih memilih mengurung diri di kamar.” Aldi memainkan patahan ranting kecil, memutar mutarkannya di sela sela jarinya. “Sampai akhirnya kata kata cerai mengakhiri semuanya. Gue sendiri ga kaget dengan keputusan itu, begitupun bella. Namun sedikit keributan kembali terjadi saat mama memaksa bella ikut dengannya. Gue gatau lagi gimana ceritanya sampe akhirnya bella mengalah dan ikut mama. Gue sendiri hanya bisa mengurung diri saat semua keributan itu terjadi. Bahkan gue ngga keluar saat mereka akhirnya pergi dari rumah. Gue memang pengecut! Ketika semua berakhir, gue ngga berani menatap kehancuran itu, dunia gue sakan runtuh dang a pernah kembali utuh lagi.”
“apakah sejak itu Bella musuhin lo?”
“Bisa jadi.” Jawab aldi. “Gue tau dia marah karena gue membiarkan dia pergi sama mama tanpa sedikitpun membelanya. Gue benar benar menyesal. Mungkin pikirnya hidup gue tanang dan bahagia bersama papa yang sangat menyayangi kami. Tapi dia salah. Hidup gue emang ga ada masalah. Papa selalu memberikan semua yang terbaik buat gue. Tapi menikmati semua itu sendiri, ngga buat gue bahagia sama sekali. Gue selalu memikirkan nasih bella, dan gue ngga nyangka yang dialami bella jauh lebih buruk dari yang gue duga.”
“Terus gimana sama papa lo?”
“Kami sama saja. Kami berusaha membiasakan diri dengan rasa sepi, berusaha menepis rasa kehilangan.bersikap seakan ga pernah ada masalah. Papa pura pura ga peduli, padahal dia selalu mencari kabar keberadaan bella, sampai akhirnya dia mengetahui dimana bella berkuliah dan gue dipindahin kesini. Tapi emang ga banyak yang bisa gue lakuin, apalagi bella selalu memusuhi gue. Jadi papa hanya meminta gue ngawasin dia, selagi keadaan bella baik baik saja. Berarti begitu juga keadaan mama.: aldi menarik napas panjang. “sampai akhirnya gue liat bella nangis kemaren, dan dia kelihatan sangat panik. Bahkan pada saat terdesak itupun bella masih menolak cerita sama gue. Gue ngga tau harus berbuat apa. Makanya gue nyari lo.”
“Jadi apa rencana lo sekarang?”
“Gue mau, lo bawa gue ke tempat mama dan bella.” Ujar aldi mantap. “semalem gue udah cerita semua ke papa, dan papa mint ague mengatur semua ini. Jadi, hari ini juga gue harap lo ga keberatan kita kesana.” Ujar aldi
***
“Bella ga pernah cerita dia punya adek. Dia selalu bercerita seakan akan dia anak tunggal.” Kata bagas nyaris ngga percaya. “gue sendiri ga berani bertanya lebih jauh tentang keluarganya. Gue Cuma dengerin apa yang mau dia ceritain ke gue. Itu aja” lanjut bagas lagi
“Dari cerita aldi, bella emang ga mau orang orang tau kalo mereka bersaudara.” Tambah cindai
“Gue yakin sekarang bella ada di tempat mamanya. Kemaren waktu gue balik dari kantin, bella udah ga ada. Gue coba hubungin balik pake nomor si novi, tapi ga aktif. Gue yakin dia udah coba hubungin gue. Tapi hp gue lagi mati,” kata bagas.
“Yah siapa yang bakal menduga ceritanya bisa begini? Semuanya serba ga terduga. Yg jelas lo bersedia kan nganter aldi dan papanya kesana? Gue kan ga tau tempatnya.” Cerocos cindai
“ya pastilah.. ga munkin gue tolak kan? Tapi lo ikut juga kan ndai?”
“Ihh.. iyalah.. lo kan belom kenal aldi!” tukas cindai
Kini cindai memandang keluar jendela mobil, pikirannya masih belum tenang. Tadi dia sudah mencoba berbicara dengan salsha, tapi cewek itu ga mau mendengarkan. Ketika cindai berusaha menjelaskan, dia terang terangan menutup telinganya dan menjauh seakan akan cindai mengidap penyakit menular. Cindai jadi gak habis pikir. Kalau hanya karena insiden cindai memutuskan telepon sore itu, kayanya ga mungkin salsha sampe kaya gini. Apa ada hal lain yang dilakukan cindai hingga salsha ga bisa memaafkannya ? cindai terus berpikir tapi tidak menemukan jawaban.
Mata cindai mulai agak berat, dia sangat lelah. Memikirkan sesuatu yang ga bisa dijelaskan membuatnya makin pusing dan nyaris gila.
“Gue tidur, ya?” cindai setengah berbisik kepada bagas.
“Tidur aja..” balas bagas berbisik juga 
Cindaipun bersandar di bahu bagas dan memejamkan mata. Bagas menggenggam tangannya. Namun pada saat yang sama aldi melirik lewat kaca spion didepannya, dan dia nyaris tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sejak awal dia memang sudah memperhatikan gelagat kedua orang itu. Mereka terlihat sangat dekat. Kenapa selama ini dia ga pernah sadar ?
Aldi memperhatikan bagaimana cindai berbicara dan menatap bagas. tatapannya sangat berbeda dengan yang selama ini dilihat aldi. Kini aldi mengerti, cindai ga pernah sedikitpun menaruh hati padanya, dia mencintai orang lain, cowok yang kini berada disampingnya, tempatnya bersandar dan terlelap.


-Bersambung-

Semoga kalian suka{} minta izin ngaret lg yaa :) hehe...

Regards,
@zaakyki