“Iya kaak..” Ucapku lalu menyusulnya menuju pesawat.
Aku telah berada di dalam pesawat menuju Manado dan langsung duduk di samping kakak tercintaku lagi.
“Ndai, kamu udah ga takut kan?” Tanya-nya
“hehe engga kok…” Balasku senyum. Ia hanya membalas dengan senyumnya yang juga manis.
Kami diam sejenak, sampai akhirnya kak pricil lagi yang membuka pembicaraan.
“Ndai, gimana hubungan kamu sama bagas?” Tanya-nya. Aku hanya menggeleng lemas.
“Kenapa? Ada masalah?” Tanya ia lagi
“Ngga kok kak. Cuma selagi aku di Jakarta, kita udah jarang saling berhubungan, dari telepon, sms atau bbm. 1 tahun setengah hubungan kita ngegantung. Aku udah berusaha nelpon dia, tapi nomornya gak aktif.” Balasku lesu
“Jangan negative thinking dulu ya sayang… Dia gak bakal ngapa ngapain kok percaya sama kakak” ujarnya sambil menepuk bahuku seakan mentransfer kekuatannya kepadaku.
“Makasih ya kak…” ujarku. Lagi lagi ia hanya tersenyum.
---
3jam perjalanan udara telah kami lewati. Kami telah sampai di bandara Sam ratulangi, bandara kebanggaan kota kami-Manado.
“Ndai, udah dicek semuanya?” Tanya kak Pricil lagi
“Udah kok kak.” Balasku
“Ok.. Kita naik taksi aja yah.. Kata papa, dia gak bisa jemput.” Balasnya
“Sipp…” balasku sambil mengangkat ibu jari
---
Di perjalanan, tidak tau mengapa perasaanku bercampur antara Senang karena sudah sampai di Manado dan segera bertemu mama dan papa. Tapi disisi lain, perasaanku Gusar juga. Aku gak tau ada pertanda apa..
“Ndai, siap siap yaa.. Udah mau sampe nih..” ujar kak Pricil membangunkan lamunanku
“Oh iya kak..” Balasku lalu melamun kembali
---
“Gloriaaaa.. Kamu sudah besar yaa..” teriak mama saat melihatku keluar dari balik pintu. Oh iyaa namaku Gloria Chindai Lagio, biasa dipanggil cindai oleh anggota keluarga dan teman temanku.
“Iya dong maa.. kan di Jakarta juga makan..” balas Kak Pricil
“hehehe..” aku hanya terkekeh mendengar perkataan dari dua orang wanita yang sangat aku sayangi itu.
“Maa, aku ke atas dulu ya. Capek..” ujarku segera naik ke kamar
“Jam 4 ke bawah lagi yaa kita beres beres rumah..” balas mama
“Sip maa..”
Di sepanjang jalan ke kamar, aku melihat semua foto fotoku dan anggota keluarga. Ada aku ketika berumur 3tahun dan kakakku berumur sekitar 5 tahun. Saat aku meniup lilin berbentuk angka 9 dan foto saat aku dan kakakku hendak pergi ke Jakarta. Ya, 3tahun yang lalu. Sekarang aku menginjak umur 16 tahun.
Aku melewati sebuah kamar yang cukup besar. Sepertinya ini kamar baru, dulu belum ada kamar ini di sini. Aku memasuki kamar itu, dan ada sebuah cermin besar berwarna putih. Baru saja aku ingin mendekat ke cermin itu, tapi mama memanggilku.
“Ndaaaii..” panggilnya
“Iya maa?” Sahutku
“Bantuin mama sini…”
“Aku mandi dulu yaa…” ujarku menutup pintu ruangan itu dan segera lari ke kamar guna mengganti baju
---
Jam dinding menunjukkan pukul 16:10, waktunya membantu mama beres beres rumah.
“Ndai, kamu sapu lantai atas ya. Kamu pricil, nyapu lantai bawah” Ujar mama membagi tugas
“Siap maa…” ujarku dan kak pricil
---
Aku telah menyelesaikan semua ruangan di atas. Tiba tiba mataku tertuju lagi kepada ruangan yang ada cerminnya tadi. Aku membuka pintunya perlahan, mendekat ke cermin putih di dalam. Memang tidak ada apa apa yang special. Aku berbalik dan berniat keluar, tapi aku mendengar teriakan ‘Tolong’. Entah darimana suara itu...
“Tolonggg” terdengar teriakan itu
“Hah? Siapaaa?” tanyaku kaget sambil mencari arah suara itu
“Tolonggg…” terdengar lagi
“Siapa sihh?” mataku lagi lagi tertuju pada cermin itu dan aku mendekat.
Saat jarakku sekitar 1 meter dari cermin itu, permukaan cerminnya berubah menjadi sebuah tulisan.
‘Tolong aku..’
“APA?!’ Sentakku.
‘Tolong aku.. Mendekatlah anak manis..’ tulisan itu lagi. Entah keberanian darimana, aku terus mendekat ke cermin itu.
‘Letakkan telapak tanganmu di permukaan cermin ini. Ku mohon…’ tulisannya berubah lagi
“Tapi…” Ucapku gemetar. ‘Ku mohon anak maniss…’
Aku menelan liurku dan segera meletakkan telapak tanganku di permukaan cermin itu dan…..
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA……” aku terhisap masuk ke dalam cermin itu.
*BRUKK*
Aku terjatuh di sebuah padang ilalang yang cukup luas. Sebuah jejak kaki terdengar ingin mendekat.
“Bangunlah…” ujar seseorang sambil mengulurkan tangannya
Aku mendongak “Kau? Kau siapa?”
“Bangunlah… Aku Putri Chelsea..” ujarnya yang ternyata bernama Chelsea.
“Putri ? Putri Chelsea?” Tanyaku bingung sambil membalas tangannya dan segera bangun.
“Iya…” jawabnya singkat.
“Aku dimana putri?”
“Kau ada di negeriku, MirWorld-Dunia Cermin” balasnya tersenyum
“Aku mimpi kan? Tolong cubit aku putri..” ucapku sambil mencubit cubit pipiku.
“Awwww…” teriakku saat Putri Chelsea mencubit pipiku
“Tadi katamu aku suruh mencubitmu…” balas Putri Chelsea
“Hehe maaf putrii…”
“Ohiya ada perlu apa sih aku dibawa ke tempat ini?” tanyaku
“Sampai lupa aku memberi taumu.. Aku mengundangmu kesini untuk membantuku..”
“Membantu apa?” tanyaku lagi
“Hmm begini.. Aku akan menikah dengan calon suamiku..” Balasnya
“Lalu?”
“Tetapi, calon suamiku diculik oleh tukang sihir di seberang negeri kami. karena ia menginginkan calon suamiku menikah dengannya..” balas Putri Chelsea
“Aduh bagaimana yaa… Aku belum bisa menjamin kalau aku mau..” balasku lagi
“Plis.. Siapa namamu?” Tanya-nya
“Namaku Gloria Chindai Lagio..”
“Oh oke.. Aku memanggilmu Cindai saja yaa?” ucapnya.
“Iyaa.. Tapi aku sepertinya benar benar tidak bisa membantu.. Aku bukan seorang pendekar..” balasku
"Iya aku tau, tetapi aku percaya sama kamu. Kamu pakai ini ya..” balas Putri Chelsea lalu memberi sebuah mahkota bunga.
“Apa ini?”
“Pakai saja, Cindai..” ucapnya tersenyum
Aku berpikir sejenak. Aku memegang mahkota itu dan perlahan mengarahkannya ke kepala, namun ketika sudah berjarak sekitar 10cm dari kepala, aku memberi mahkota itu kepada Putri Chelsea lagi.
“Maaf putri, aku gak bisa..” ucapku lalu berlari menjauhi Putri Chelsea
“Hei tunggu..” Teriaknya
Aku menghentikan lariku.
“Kau tidak bisa keluar dari sini sebelum kau berhasil membantuku, Cindai!” tambahnya
Aku menoleh dan menunjukkan ekspresi terkejut. “Mengapa kau melibatkanku dalam situasi begini, putri?” ucapku sambil mendekat lagi ke Putri Chelsea.
“Karena memang kamu orang yang tepat..” balasnya santai
“Itu menurutmu..”
“Kau harus percaya kalau kau bisa membantuku..” balas Putri Chelsea lagi
“Huh…. Aku akan memikirkan semuanya…” ujarku
“Mari aku antar kau ke kerajaanku agar kau bisa istirahat dan memikirkannya dengan matang.” Tutur Putri Chelsea sambil menggeret tanganku
---
Aku tengah berada di sebuah kamar yang sangat sangat sangattttt jauh lebih bagus daripada kamarku di rumah. Tempat tidur yang 5kali lipat besarnya dari tempat tidurku di rumah, Sofa yang panjang, Televisi yang besar bahkan kolam renang pribadi di kamar(?)
Aku termenung di jendela kamar ini, memandang semua yang ada di luar. Burung burung bergelayutan di pohon, ikan ikan berenang renang riang di sungai, seketika pandanganku terfokus pada satu titik dimana ada sebuah Kerajaan yang begitu besar. Ya hampir sama dengan kerajaan milik Putri Chelsea ini.
“Apa mungkin itu kerajaannya?” gumamku
“Hmm.. Pasti calon suami Putri Chelsea ganteng, baik, bijaksana, semuanya dehh.. sampe sampe direbutin 2 kubu gitu… Yaiyalah calonnya ganteng, toh Putri Chelseanya juga cantik..” Gumamku lagi
“Maa, paa, kak Pricil dan kamu gas… Aku kangen..” tambahku sambil menutup jendela kamar yang bisa memperlihatkan indahnya langit yang tadinya biru menjadi oranye.
---
“Ndai, Cindaii…” Suara itu membangunkan tidurku
“Hah ? apa ?” tanyaku sambil sesekali mengucek mata
Saat aku membuka mata, di depanku terpampang seorang gadis cantik memakai gaun. Yaa, itu adalah Putri Chelsea.
“Ndai, yuk bangun. Kau akan pergi ke kerajaan tukang sihir itu hari ini.” Ujarnya dan ucapan itu berhasil membuatku terbangun dari rasa kantuk yang sangat mendera.
“Ha.. Ha..Hari ini, Putri?” tanyaku gelagapan
“Iya.. Ayo.. tenang, kau akan didampingi oleh 5 pengawal dan 1 pedang dari kerajaan kami.” Ujarnya lagi
“Tapi Putri….” Belum sempat ucapanku selesai, Putri Chelsea sudah pergi.
“Oh god!!!!!” teriakku sambil beranjak dari tempat tidur dan segera meluncur ke kamar mandi
---
Aku telah memakai bajuku. Sebuah gaun putih yang melekat di tubuhku dan sebuah mahkota bunga putih pemberian Putri di kepalaku. Aku segera turun menemui Putri Chelsea dan keluarganya.
“Selamat pagi..” sapaku saat sampai di ruang tengah
“Selamat pagi, Cindai. Silakan duduk.” Tawar Raja (Papa Putri Chelsea)
“Kau sudah siap, Cindai?” Tanya Ratu (Mama Putri Chelsea)
“Aduh.. Hmm.. Anu.. Iya aku siap..” Balasku
“Syukurlah.. Kamu bawa pedang ini ke istana tukang sihir itu dan kamu harus menusukkan pedang ini tepat dibagian jantung. Apa kamu bisa?” Tanya Ratu lagi
“Mudah mudahan bisa, Ratu..” ujarku
“Baiklah… Terimakasih ya, Cindai.”
“Sama sama, Putri Chelsea.” Balasku. Tiba tiba Putri Chelsea memelukku, dan aku tak segan untuk membalas pelukan Putri Chelsea.
---
Kini, aku telah sampai di depan sebuah istana yang sangaaaat besar. Aku perlahan membuka pintu istana itu dan segera memasuki lorong lorong di dalam. Memang sepertinya di istana ini sama sekali tidak ada penjaganya. Aku menaiki ratusan anak tangga, bahkan ribuan.
‘Kau harus bisa,Cindai.. Harus! Kau kangen kan sama Mama,Papa,Kak pricil dan Bagas? Ayo lakukan ini, dan kau akan pulang.’ Gumamku sambil meneruskan jalan diatas anak anak tangga yang mungkin sudah mencapai tangga ke-600an. Kira kira lebih dari satu jam aku melewati ribuan anak tangga itu, dan sekarang aku berada di depan pintu yang sangat besar.
---
“Apa kamu yakin, Chel?” Tanya Ratu
“Iya ma, aku yakin Cindai bisa mengembalikan Calon Suamiku.” Balas Putri Chelsea
“Ok kalau kamu memang yakin dengan dia… Mama percaya sama kamu” ujar Ratu lalu keluar dari kamar Putri Chelsea
“Cindai, mohon bantuannya ya…” ujar Putri sambil memandang foto Calon suaminya.
---
Aku baru saja mau masuk, tetapi pintu itu sudah terbuka. Tanpa ba, bi, bu aku langsung masuk ke dalam ruangan itu.
“Ada perlu apa anak manis?” Tanya seseorang tapi tidak berwujud
“Siapa itu?” tanyaku sambil menunjukkan ekspresi kaget
“Kau tidak perlu tau siapa aku. Harusnya aku yang perlu tau siapa kau! Ada perlu apa kau kesini? Hah?” Suara itu terdengar lagi.
"Ak... Aku.... Akuu..." Ujarku gagap
"Kau apa? Ohh aku sudah tau. Kau suruhan dari ratu negeri seberang kan?" Tanya seseorang yang sekarang sudah berada di depanku.
"Kau? Kau siapa?" Tanyaku kepada seseorang perempuan yg tinggi, memakai jubah hitam dan memegang tongkat panjang.
"Aku adalah tukang sihir di negeri ini!" Balasnya
"Oh jadi kau yang menculik calon suami Putri Chelsea?"
"Iya. Memang kenapa? Ada masalah? Rasakan ini." Ujarnya sambil mengarahkan tongkat yg ia pegang ke perutku. Namun, aku bisa menepisnya dengan pedang yg aku genggam.
"Kau tak akan bisa lari!" Teriaknya lalu kembali menghilang
"Jangan pengecut kau!!!!" Teriakku.
"Ah sudahlah. Lebih baik aku mencari dimana calon suami Putri disekap." ujarku lalu beranjak pergi
---
Aku mencari di seluruh ruangan di istana ini, sampai akhirnya aku ingat bahwa di istana ini aku melihat sebuah ruangan yang tergembok pintunya.
'Apa mungkin ruangan itu ya?' Gumamku
'Ok aku kesana.' Tambahku lalu bergegas menuju ruangan yg ku maksud.
---
Aku telah berada di depan ruangan yang tergembok itu.
"Haloo.. Ada orang di dalam?" Ujarku memastikan
"Iyaa... Aku didalam" ujar seseorang.
'Suara itu??? Suara laki laki yang aku tinggalkan 3tahun yg lalu. Ya, itu suara Bagas. Tapi, apa benar ? Ah ga mungkin.' Batinku
"Heiii.....kau siapaa?" Teriaknya dari dalam
"Ak....aku cindai.. Dan aku akan menolongmu." Ujarku
"Benarkah? Terimakasih."
Brakkk..Brukkk..
Aku memukul mukul gembok gembok dipintu itu dengan pedangku.
Akhirnya, semua gemboknya terbuka.
Aku membuka pintu itu dan kaget karena mendapati seseorang yang sangat ia rindukan 3tahun ini-Bagas.
"Bagas?" Sentakku dan spontan memeluknya
"Apa apaan ini?" Ujarnya yang tak kalah kaget.
"Kau bagas kan?"
"Iya aku bagas. Kau?"
"Aku Cindai gas, pacar kamu." Balasku
"Hah? Aku tidak mempunyai pacar selain Putri Chelsea."
"Apaa? Jadi kau benar benar akan menikahi Putri Chelsea?" Tanyaku lagi. Ia hanya mengangguk.
"Lalu hubungan kita?"
"kita tidak saling mengenal. Mana mungkin kita berhubungan. Terimakasih kau sudah menolongku" ujarnya lalu pergi dari hadapanku
"Bagaaas..." Lirihku
---
"Tolongggg....." Teriak seseorang dari luar ruangan yang sempat aku jadikan tempat lirihan sementara.
Tanpa menunggu lama, aku langsung mencari arah suara itu. Ternyata dari tengah istana. Disana ada tukang sihir itu dan Bagas sedang digantung dengan posisi kaki di atas dan kepala dibawah.
"Tolong aku,Cindaii..." Ujar Bagas
"Baiklahh...." Aku mengeluarkan pedangku.
"Kalau kau berani mendekat, dia akan mati!" Ujar tukang sihir itu.
"Kalau kau mau, bunuh saja aku!" Ujarku. Entah keberanian darimana sampai mulutku bisa mengeluarkan kata seperti itu.
'Bagas... Kamu emang bukan bagasku, tapi aku menyayangimu dan aku rela mempertaruhkan nyawaku untukmu, Bagas. Seseorang yang ku cinta.' Batinku
"Beraninya kauu!!!!" Ujar tukang sihir lalu mendekat.
"Cindai awaaaaas!!!" Bagas berteriak. Aku hanya bisa memejamkan mata sementara aku memegang pedang dan mengarahkannya ke depan.
"Kau akan mati anak manis!" Ujar tukang sihir itu sambil terus berlari ke arahku dan memamerkan senyum sinisnya.
Cleppp..
Pedangku melesat menembus dadanya. Dimana dada adalah tempat jantung berada. Berarti? Iya tukang sihir itu telah lenyap.
---
"Terimakasih Cindai..." Ujar Putri Chelsea saat aku membawa Bagas pulang ke istana
"Terima kasih, Cindai. Kau memang bukan pendekar, tapi keberanianmu sangat sangat melebihi seorang pendekar. Sekali lagi terimakasih ya..." Ujar Ratu.
"Sama sama Raja, Ratu, dan Putri. Yasudah, aku pamit pulang dulu ya." Pamitku lalu berbalik dan segera berjalan.
"Cindai!" Panggil seseorang
Aku menoleh "Bagas?"
"Ini untukmu. Dari Chelsea." Tutur Bagas sambil memberi sebuah mahkota bunga.
"Tidak usah. Aku ikhlas menolong kalian, dan semoga kau dan Putri Chelsea akan bahagia. Aku pamit ya" ujarku sambil berbalik badan dan berlari menjauhi istana menahan semua airmata yang segera tumpah. Tiba tiba.....
*BRUK*
"Aww..." Ujarku sambil memegang keningku dalam posisi duduk.
"Aku dimana?" Tanyaku linglung.
"Hah? Aku masih disini? Dikamar ini?" Tambahku saat melihat aku sudah ada di kamar yang ada cerminnya tadi.
Perlahan aku bangun dan menatap cermin itu. Tiba tiba sosok Putri Chelsea muncul
"Terimakasih" ujarnya lalu sosok itu menghilang.
"Sama sama putri.." Ujarku.
"Mahkota ini? Makasih Putri.." Tuturku lalu memakai mahkota itu dan segera keluar.
---
Hari pertamaku kembali ke sekolah di Manado. Aku menelusuri koridor dan menemukan seseorang yang sangat tak asing bagiku. Ya, dia angel sahabatku.
"Ngel...." Ujarku mengagetkannya saat sedang membaca buku
"Eh..... Cindaaaiii????" Balasnya bersemangat
"Heheh... Bagas sekolah disini jg kan? Mana dia?" Tanyaku
"Dia... Dia dikelas mungkin."
"Oh okk.... Makasih ya ngel, gue samperin bagas dulu."
"Ok. IX-6 yaa.."
Aku segera mencari kelas yang dimaksud angel. Tapi, tidak menemukan sosok Bagas. Aku sudah frustasi, aku segera menuju kantin. Aku memesan 1Jus jeruk dan meminumnya sendirian.
Aku melirik meja sebelahku, seseorang cowok sedang membaca buku dan aku mengenalnya. Itu Bagas!!! Cowok yang aku tinggal 3tahun lalu. Aku segera menghampirinya.
"Bagas..." Panggilku.
Ia menoleh "Cindaii?"
"Iya..."
"Kamu apa kabarr? Aku kangen bangettt....." Ujarnya memelukku.
"Aku juga gas... Tapi, kenapa 1tahun setengah kamu ga ngabarin aku? Aku telpon jg nomor kamu ga aktif." Balasku sambil melepas pelukannya
"Oh ituu.... Hp aku rusak, terus sama bokap dibuang gitu aja. Jadi simcardnya ikut kebuang deh..." Jelas bagas
"Oh okk... Oiya kemaren aku ke dunia...." Cindai menggantungkan omongannya.
'Gue harus bilang gak ya? Arggg!!!!' Pikir Cindai
"Dunia ? Dunia apa?" Tanya-nya
"Gapapa kok... Kamu.. kamu.. kenal Chelsea?" tanyaku ragu
"Chelsea? siapa? Di sekolah ini kayanya gak ada yang namanya Chelsea deh.. Emang kenapa sih?" Tanya Bagas
"Ah bukan apa apa. Kamu punya pacar selain aku atau ngga gas?" Kataku. Bagas terbelalak.
"Hah? Engga lah. Pacarku cuma kamu, Putri Cindai " ujarnya tersenyum lalu menarik tanganku menuju kelas. Aku hanya bisa merasa sangatt sangatt bahagia saat ini.
"Gas, semoga kamu bener ya, dan semua yang aku alamin di 'MirWorld-Dunia Cermin' cuma jadi sebuah mimpi yang ga akan jadi kenyataan. Aku berharap nasibku sama seperti Putri Chelsea yang bisa menikah dengan seseorang sepertimu, Gas." Gumamku dalam perjalanan ke kelas.
-End-
FOLLOW