Cerpen ini sih gua ambil dari tugas B.Indonesia di sekolah. Hope you like it Guys :) GBU!
Cekthisout ;;)
.......................................................................................
Terlihat dua orang sahabat, Ani dan Gita. Mereka adalah kelas IX di sebuah sekolah. Ketika mereka masuk kelas, mereka melihat seorang anak cowok yang sangat asing bagi mereka. Tanpa basa-basi Ani dan Gita langsung menghampirinya.
"Anak baru yaa ?" sapa Ani. "Siapa nama lo ?" sambung Gita.
"Nama gue Fikri. Lo berdua siapa?" balas Fikri.
"Oh, gue Ani dan ini sahabat gue Gita." kata Ani. "Hai..." sambung Gita.
Tak beberapa lama mereka berkenalan, bel masuk pun berbunyi.
"Yah, pelajaran matematika yah ? Bete nichh." canda Ani
"Haha..." Gita tertawa.
"Siapa yang bisa mengerjakan soal di depan?" tanya Bu Mitha. Secepat kilat Fikri mengacungkan tangan.
"Wah dia pinter banget yaa... Jadi pengen jadi pacarnya deh hehe.." cetus Ani.
"NGIMPI-_-" kata Gita
Tanpa sepengetahuan Ani, Gita mengirim kertas untuk Fikri. "Hey, lo pinter banget deh. Ajarin gue dong! Nanti ke bangku gue ya pas istirahat." isi kertasnya. Fikri hanya membalas dengan anggukkan.
Menit berlalu menjadi jam. Tak terasa bel istirahat berbunyi.
"Kantin yuk, Git!" ajak Ani. "Duluan gih." balas Gita. "Sip." kata Ani.
Setelah Ani pergi, Gita langsung menghampiri Fikri.
"Fik, jadi ajarin gue ngga ?" kata Gita.
"Hmm.. Gatau deh, pala gue pusing banget nih!" kata Fikri.
"Gue anter ke BK yuk." tawar Gita.
"Ayo deh.." balas Fikri. "Kok bukan ke UKS sih, Git ?"
"Lagi dibersihin, Fik hehe." balas Gita.
Di ruang BK, mereka ngobrol banyak sekali. Tak lama kemudian, Ani lewat.
"Git, Fik lagi ngapain di ruang BK?" tanya Ani.
"Ini Fikri sakit, Ni!" jawab Gita. "Beneran ? Mau berduaan kali. Hehe.." kata Ani sambil berlalu.
5jam berlalu.... Bel tanda pulang pun berbunyi. "Git, ke kantin dulu yuk!" ajak Ani. "Ayuk dahh..." jawab Gita.
Sesampainya di kantin, mereka membeli minum. Tak sengaja, mereka bertemu Fikri.
"Hai, Fik!" sapa Gita. "Hai, Git." balas Fikri.
"Kayanya lu suka deh sama Fikri." cela Ani. "Hah ? engga ah. Biasa aja." balas Gita.
Jalan menuju halte begitu becek. Sesampainya di halte, mereka bertemu lagi dengan Fikri.
"Eh ketemu lagi. Kayanya kita jodoh deh! Haha." canda Ani. "HAH?" Gita kaget.
"Kenapa, Git ?" tanya Ani.
"Ha ? Gapapa kok. tadi tikus lewat. Hiii..." balas Gita.
"Git, mau dianter ga ?" tawar Fikri. "Ah engga deh, Fik. Makasih." balas Gita. "Oh yaudah, ati ati yaa.." kata Fikri. "Siippp" balas Gita.
Bus yang ditunggu tunggu pun datang. "Yaampun ini bis udah penuh, kotor, jalannya macet lagi. Bete deh"
kata Ani. "Ni, turun nih." kata Gita. "Iyaaa" balas Ani.
Sesampainya di rumah, Gita langsung ganti baju. Setelah itu berbaring sambil memainkan ponselnya. "Hah ada 10 sms ? Dari siapa yaa ?" batin Gita. "Hah ? Fikri sms guee!!"
Secepat kilat Gita membalasnya. Setelah lama smsan, Fikri menyatakan perasaannya kepada Gita. Gita senang bukan main. Waktu menandakan pukul 4 sore, Gita akan melaksanakan shalat ashar dan ingin tidur sampai besok pagi.
Pagi telah tiba. Dengan cepat Gita mandi dan ganti baju.
"Maaaa... Gita berangkat!" teriaknya.
Saat ia berjalan menuju sekolah, Fikri lewat dengan sepeda motornya.
"Hey bareng yuk ;)" tawar Fikri. "Hmm... Boleh deh hehe..." balas Gita.
Setelah sampai di kelas, Ani sedang mengerjakan PR. Dia memang pemalas.
"Hey, Ni!" sapa Gita. "Hey!" balas Ani. "Ni, gue ditembak Fikri!!!" kata Gita. "Hah ? Serius ?" kata Ani. "Iyee-__-" balas Gita. "Wah selamat yaa, Git!" balas Ani.
2 Minggu sudah Fikri dan Gita menjalin hubungan. "Aku tidak bisa melihat mereka bersenang senang lagi. Aku harus merusaknya!" batin Ani.
Sewaktu istirahat, Gita ke kantin sendiri. Selagi Gita ke kantin, Ani mengampiri Fikri.
"Fik, gue mau ngomong tentang Gita." kata Ani. "Ngomong aja!" balas Fikri.
"Lo tau gak sih ? Lo tuh dimainin sama dia." kata Ani. "Gausah ngaco deh!" bala Fikri.
"Gue serius!" jawab Ani. "Gue belom percaya kalo ga ada buktinya!" kata Fikri.
"Aduh mampus gue. Buktinya kan ga ada!" batin Ani. "Woy! Mana ?" bentak Fikri.
"Sekarang emang belom ada buktinya. Tapi, secepatnya gue kasih !" kata Ani. "OK!" balas Fikri.
Mendengar berita itu Fikri memang tak percaya. Tapi, ia merasa kalau Gita benar benar memainkannya. 3 hari mereka tidak berhubungan, baik ngobrol atau telepon.
Pagi sekali Gita sudah sampai di kelas. Menunggu kedatangan seseorang yang sudah 3hari tidak memberinya kabar. Tak lama, Fikri masuk.
"Fik!" sapa Gita. Tidak ada respon. Gita menghampiri Fikri. "Fik, lo kenapa ? Gue bbm cuma read. Gue telepon juga direject. Kenapa, Fik ?" tanya Gita.
"Lo tanya kenapa ? Kalo gue ga sms/bbm lo harusnya lo yang mikir kenapa gue bisa gitu sama lo." bentak Fikri.
"Maksudnya apa, Fik?" tanya Gita. "Gue mau hubungan kita udahan, Git." kata Fikri.
"Ttt,,tapi Fik..." belum selesai Gita bicara, Fikri sudah pergi. "Gue sayang lo, Fik! :(" isak Gita.
Fikri menuju kantin dan langsung menelepon Ani.
"Woy lo dimana ? Ke kantin gece." kata Fikri. "Yaaaa..." balas Ani. Anipun sampai. "Kenapa sih ?" tanya Ani.
"Mana buktinya ?" tanya Fikri. "Nih!" kata Ani (menyodorkan tape recorder).
"Apaan nih ?" kata Fikri. "Tunggu dulu!" balas Ani.
Terdapat sebuah rekaman suara Gita tentang perasaan yang sebenarnya kepada Fikri di tape itu. Dan Fikri sekarang mendengarnya
"Lo udah tau kan, Fik?" kata Ani. "Gue ga nyangka, Ni!" balas Fikri. "Apalagi gue!" kata Ani.
"Anterin gue!" kata Fikri. "Kemana ?" balas Ani. "Ke Gita! Ayoo..." kata Fikri.
"Waduh bisa berabeh nihh-__-" batin Ani. Fikri menarik tangan Ani.
Sampai di kelas, Gita sedang menangis.
"Apa maksudnya ini ?" bentak Fikri. "Maksud kamu apa sih ?" balas Gita. "Play tuh rekamannya!" kata Fikri. Gita memainkan rekaman itu. Gita kaget. "Ini maksudnya apa ?" tanya Gita.
"Alah gausah pura pura gatau deh. Di rekaman itu lo kan ?" kata Fikri. "Bu.. Bukann!" balas Gita. "Gue ga percaya!" kata Fikri sambil pergi.
Bel masuk pun berbunyi. 4 pelajaran dilewatinya dengan tak semangat. Diam diam Gita mengirim bbm ke Fikri. "Fik, temuin gue di taman abis pulang sekolah. Gue mau ngomong untuk yang terakhir kali." isi bbmnya. Dan seperti biasa tak ada balasan.
Bel pulang pun berbunyi. Fikri langsung lari ke taman untuk menemui Gita. Sesampainya di taman, Gita sudah menunggu.
"Fik, gue kira lo ga akan dateng." sapa Gita. "Yaudah mau ngomong apaan ?" kata Fikri. "Gue berani sumpah Fik! Kalo di rekaman itu bukan gue!" kata Gita. "Gue gapercaya, Git!" balas Fikri.
Disela sela pembicaraan mereka, muncul seseorang. "Itu suara gue. Gue dibayar sama Ani untuk ngefitnah Gita. Maaf ya, Git!" kata orang itu. "Iya gapapa kok :")...." balas Gita.
"Sekarang mana dia ?" kata Fikri. "Udah pulang kali." jawab Gita.
"Anter gue, Git!" kata Fikri. "Ke mana?" tanya Gita.
"Ke rumah Ani. Ayo!" jawab Fikri.
Dalam perjalanan, ia sangat emosi. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan maksimum. Sesampainya di rumah Ani, rumah Ani sangat sepi.
"Assalamualaikum." kata Fikri. "Wa alaikum salam. Eh Fikri masuk!" kata Ani.
"Gausah deh. Lo sini dong!" pinta Fikri. Waktu Ani keluar dari gerbang, Ani melihat Gita dan langsung kaget. "Kenapa ? Kaget ya ?" kata Gita. "Ah biasa aja!" balas Ani.
"Mulai sekarang, gue sama lo udah ga ada apa apa yaa. Sahabat atau temen pun juga gue gamau!" kata Fikri. "Gue juga sama kaya Fikri!" sambung Gita.
"Tapi Git,Fik!" belum selesai Ani berbicara, mereka sudah pergi.
Fikri dan Gita memutuskan untuk pergi ke taman.
"Fik, kamu tau kan siapa yang salah sekarang ? Aku gapernah boong sama kamu." kata Gita.
"Iyaaa...Maaf aku udah salah sangka sama kamu. Do you want to be mine again, Gita?" kata Fikri. "Of course." balas Gita.
"Aku sayang kamu, Git." kata Fikri sambil mencium kening Gita. "Aku juga, Fik." balas Gita dengan pelukan.
ENNDDD!!! :")
......................................................................................................
Satu kalimat dari gua : Persahabatan bisa rusak karena cinta. Maka, Jagalah persahabatan kalian seperti kalian menjaga cinta sejati kalian :)
Created by : Me. Muhammad Zaki :)
Sabtu, 17 November 2012
Jumat, 02 November 2012
Kisah Cinta
Ibu membawanya pulang dari perjalanan ke rumah. Tubuhnya penuh duri tanaman tajam dan begitu kurus sampai sampai tulang rusuknya begitu kelihatan.
"Astaga!"Kata ibu "Dia kotor sekali."
"Ah tidak! Namanya buck ." Kata Alex, adikku yang berumur 7 tahun. "Boleh kita memeliharanya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Dia akan menjadi anjing yang besar," Ibu mengingatkan sambil mengangkat salah satu kaki Buck yang penuh lumpur. "Mungkin itu sebabnya dia dibuang oleh pemiliknya."
"Anjing jenis apa dia, Bu?" tanyaku. Aku tidak mau dekat dekat dengannya. Baunya bukan main.
"Kemungkinan besar anjing gembala jerman," kata Ibu. "Keadaannya parah, Lex. Mungkin dia tidak akan bertahan hidup."
Dengan lembut Alex mencabuti duri duri itu dari tubuh Buck.
"Aku yang akan merawatnya. Aku janji."
Ibupun menyerah, seperti biasanya, kalay pada Alex. Adikku itu mengidap hemofilia ringan. 5tahun yang lalu ia hampir meninggal karena operasi amandel. Sejak itu kami sangat berhati hati memperlakukannya.
"Baiklah, Alex." kata Ayah. "Kau boleh memelihara Buck, tapi dia menjadi tanggung jawabmu."
"Oke."
Begitulah. Sejak Buck tinggal bersama kami. Sejak awal ia sudah menjadi anjing Alex, tapi ia mau mentolerir kami semua.
Alex menepati janjinya. Ia yang memberi makan - minum pada Buck, juga mengobati dan mengurus anjing yang menyedihkan itu. Kurasa anak itu lebih suka merawat makhluk lain daripada dirinya yang diurus orang lain.
Setelah musim panas, Buck tumbuh menjadi anjing besar yang gagah. Ia dan Alex selalu bersama-sama. Ke manapun Alex pergi, Buck selalu mendampinginya. Ketika sekolah dimulai kembali, Buck akan menemani Alex berjalan enam blok ke sekolah, lalu pulang kembali. Setiap hari, Pukul tiga. entah cuaca cerah ataupun hujan, Buck akan menunggu Alex di lapangan.
"Itu dia si Buck." kata para tetangga. "Berarti sudah hampir jam tiga. Kita bisa tahu sudah jam berapa dari anjing itu."
Bukan hanya itu yang istimewa dari Buck. Entah bagaimana, ia bisa merasakan bahwa Alex tak bisa bermain kasar seperti anak lelaki lainnya. Ia sangat protektif terhadap Alex. Ketika anak berandal di lingkungan kami mengganggu Alex yang tubuhnya kecil, bulu Buck meremang dan geraman menakutkan keluar dari mulutnya. Si anak berandal berhenti mengganggu setelah diancam Buck. Ketika Alex dan teman karibnya, John, bergulat, Buck mengawasi permainan mereka dari jauh. Kalau Alex yang berada di atas tidak apa apa. Tapi kalau John menindihnya, Buck akan maju dan menggigit kerah leher John lalu menariknya. Alex dan John merasa permainan ini sangat menyenangkan, dan mereka sering sekali melakukannya hingga ibuku cemas.
"Nanti kau terluka, Alex." kata Ibu selalu. "Dan kau tidak adil pada John."
Alex tidak suka dibatasi. Ia tak senang mesti harus berhati hati, karena ia berbeda dari anak lain. "Ini kan cuma permainan. Bu. Buck saja tau. Iya kan, Buck ?" Buck seakan menelengkan kepala dan tersenyum senang kepada Alex.
Pada malam semi, Alex mendapat giliran mengantar koran. Sepulang sekolah, ia mengambil koran-koran, lalu naik sepeda untuk mengantarnya. Ia selalu melewati rute yang sama, dalam urutan yang sama. Tentu saja Buck ikut bersamanya.
Suatu hari, entah kenapa, Alex mengubah rutenya. Bukannya belok kiri seperti biasa di suatu jalan, ia belok ke kanan. Buk!... Ciiiit!... Bunyi rem dan tubuh Buck melayang.
Kami diberi kabar tentang kecelakaan itu. aku mesti melepas cengkeraman tangan Alex dari tubuh Buck yang tak bernyawa lagi, supaya Ayah bisa membawa anjing itu pulang.
"Ini semua salahku," kata Alex berulang-ulang. "Buck mengira mobil itu akan menabrakku. Dia pikir ini cuma permainan juga."
"Buck cuma ingin menunjukkan cintanya padamu," kata Ibu. "Kalian berdua telah menunjukkannya rasa cinta itu dengan baik."
Alex terisak."Apa?"
"Kau mendampingi Buck saat dia membutuhkanmu. Dan sekarang dia mendampingimu saat dia merasa kau membutuhkannya. Itulah namanya permainan cinta."
"Aku ingin dia kembali," ratap Alex. "Buck-ku sudah pergi."
"Tidak, ia tidak pergi," kata Ayah sambil memelukku dan Alex. "Buck akan senantiasa hidup di dalam kenanganmu."
Dan memang begitulah adanya.
..............................................................................................
Dari cerpen di atas, dapat kalian ketahui kalau "Cinta Itu ABADI" :"")
Created by : M.Zaki ;)
"Astaga!"Kata ibu "Dia kotor sekali."
"Ah tidak! Namanya buck ." Kata Alex, adikku yang berumur 7 tahun. "Boleh kita memeliharanya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Dia akan menjadi anjing yang besar," Ibu mengingatkan sambil mengangkat salah satu kaki Buck yang penuh lumpur. "Mungkin itu sebabnya dia dibuang oleh pemiliknya."
"Anjing jenis apa dia, Bu?" tanyaku. Aku tidak mau dekat dekat dengannya. Baunya bukan main.
"Kemungkinan besar anjing gembala jerman," kata Ibu. "Keadaannya parah, Lex. Mungkin dia tidak akan bertahan hidup."
Dengan lembut Alex mencabuti duri duri itu dari tubuh Buck.
"Aku yang akan merawatnya. Aku janji."
Ibupun menyerah, seperti biasanya, kalay pada Alex. Adikku itu mengidap hemofilia ringan. 5tahun yang lalu ia hampir meninggal karena operasi amandel. Sejak itu kami sangat berhati hati memperlakukannya.
"Baiklah, Alex." kata Ayah. "Kau boleh memelihara Buck, tapi dia menjadi tanggung jawabmu."
"Oke."
Begitulah. Sejak Buck tinggal bersama kami. Sejak awal ia sudah menjadi anjing Alex, tapi ia mau mentolerir kami semua.
Alex menepati janjinya. Ia yang memberi makan - minum pada Buck, juga mengobati dan mengurus anjing yang menyedihkan itu. Kurasa anak itu lebih suka merawat makhluk lain daripada dirinya yang diurus orang lain.
Setelah musim panas, Buck tumbuh menjadi anjing besar yang gagah. Ia dan Alex selalu bersama-sama. Ke manapun Alex pergi, Buck selalu mendampinginya. Ketika sekolah dimulai kembali, Buck akan menemani Alex berjalan enam blok ke sekolah, lalu pulang kembali. Setiap hari, Pukul tiga. entah cuaca cerah ataupun hujan, Buck akan menunggu Alex di lapangan.
"Itu dia si Buck." kata para tetangga. "Berarti sudah hampir jam tiga. Kita bisa tahu sudah jam berapa dari anjing itu."
Bukan hanya itu yang istimewa dari Buck. Entah bagaimana, ia bisa merasakan bahwa Alex tak bisa bermain kasar seperti anak lelaki lainnya. Ia sangat protektif terhadap Alex. Ketika anak berandal di lingkungan kami mengganggu Alex yang tubuhnya kecil, bulu Buck meremang dan geraman menakutkan keluar dari mulutnya. Si anak berandal berhenti mengganggu setelah diancam Buck. Ketika Alex dan teman karibnya, John, bergulat, Buck mengawasi permainan mereka dari jauh. Kalau Alex yang berada di atas tidak apa apa. Tapi kalau John menindihnya, Buck akan maju dan menggigit kerah leher John lalu menariknya. Alex dan John merasa permainan ini sangat menyenangkan, dan mereka sering sekali melakukannya hingga ibuku cemas.
"Nanti kau terluka, Alex." kata Ibu selalu. "Dan kau tidak adil pada John."
Alex tidak suka dibatasi. Ia tak senang mesti harus berhati hati, karena ia berbeda dari anak lain. "Ini kan cuma permainan. Bu. Buck saja tau. Iya kan, Buck ?" Buck seakan menelengkan kepala dan tersenyum senang kepada Alex.
Pada malam semi, Alex mendapat giliran mengantar koran. Sepulang sekolah, ia mengambil koran-koran, lalu naik sepeda untuk mengantarnya. Ia selalu melewati rute yang sama, dalam urutan yang sama. Tentu saja Buck ikut bersamanya.
Suatu hari, entah kenapa, Alex mengubah rutenya. Bukannya belok kiri seperti biasa di suatu jalan, ia belok ke kanan. Buk!... Ciiiit!... Bunyi rem dan tubuh Buck melayang.
Kami diberi kabar tentang kecelakaan itu. aku mesti melepas cengkeraman tangan Alex dari tubuh Buck yang tak bernyawa lagi, supaya Ayah bisa membawa anjing itu pulang.
"Ini semua salahku," kata Alex berulang-ulang. "Buck mengira mobil itu akan menabrakku. Dia pikir ini cuma permainan juga."
"Buck cuma ingin menunjukkan cintanya padamu," kata Ibu. "Kalian berdua telah menunjukkannya rasa cinta itu dengan baik."
Alex terisak."Apa?"
"Kau mendampingi Buck saat dia membutuhkanmu. Dan sekarang dia mendampingimu saat dia merasa kau membutuhkannya. Itulah namanya permainan cinta."
"Aku ingin dia kembali," ratap Alex. "Buck-ku sudah pergi."
"Tidak, ia tidak pergi," kata Ayah sambil memelukku dan Alex. "Buck akan senantiasa hidup di dalam kenanganmu."
Dan memang begitulah adanya.
..............................................................................................
Dari cerpen di atas, dapat kalian ketahui kalau "Cinta Itu ABADI" :"")
Created by : M.Zaki ;)
Langganan:
Postingan (Atom)