Jumat, 02 November 2012

Kisah Cinta

Ibu membawanya pulang dari perjalanan ke rumah. Tubuhnya penuh duri tanaman tajam dan begitu kurus sampai sampai tulang rusuknya begitu kelihatan.
"Astaga!"Kata ibu "Dia kotor sekali."
"Ah tidak! Namanya buck ." Kata Alex, adikku yang berumur 7 tahun. "Boleh kita memeliharanya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Dia akan menjadi anjing yang besar," Ibu mengingatkan sambil mengangkat salah satu kaki Buck yang penuh lumpur. "Mungkin itu sebabnya dia dibuang oleh pemiliknya."
"Anjing jenis apa dia, Bu?" tanyaku. Aku tidak mau dekat dekat dengannya. Baunya bukan main.
"Kemungkinan besar anjing gembala jerman," kata Ibu. "Keadaannya parah, Lex. Mungkin dia tidak akan bertahan hidup."
Dengan lembut Alex mencabuti duri duri itu dari tubuh Buck.
"Aku yang akan merawatnya. Aku janji."
Ibupun menyerah, seperti biasanya, kalay pada Alex. Adikku itu mengidap hemofilia ringan. 5tahun yang lalu ia hampir meninggal karena operasi amandel. Sejak itu kami sangat berhati hati memperlakukannya.
"Baiklah, Alex." kata Ayah. "Kau boleh memelihara Buck, tapi dia menjadi tanggung jawabmu."
"Oke."
Begitulah. Sejak Buck tinggal bersama kami. Sejak awal ia sudah menjadi anjing Alex, tapi ia mau mentolerir kami semua.
Alex menepati janjinya. Ia yang memberi makan - minum pada Buck, juga mengobati dan mengurus anjing yang menyedihkan itu. Kurasa anak itu lebih suka merawat makhluk lain daripada dirinya yang diurus orang lain.
Setelah musim panas, Buck tumbuh menjadi anjing besar yang gagah. Ia dan Alex selalu bersama-sama. Ke manapun Alex pergi, Buck selalu mendampinginya. Ketika sekolah dimulai kembali, Buck akan menemani Alex berjalan enam blok ke sekolah, lalu pulang kembali. Setiap hari, Pukul tiga. entah cuaca cerah ataupun hujan, Buck akan menunggu Alex di lapangan.
"Itu dia si Buck." kata para tetangga. "Berarti sudah hampir jam tiga. Kita bisa tahu sudah jam berapa dari anjing itu."
Bukan hanya itu yang istimewa dari Buck. Entah bagaimana, ia bisa merasakan bahwa Alex tak bisa bermain kasar seperti anak lelaki lainnya. Ia sangat protektif terhadap Alex. Ketika anak berandal di lingkungan kami mengganggu Alex yang tubuhnya kecil, bulu Buck meremang dan geraman menakutkan keluar dari mulutnya. Si anak berandal berhenti mengganggu setelah diancam Buck. Ketika Alex dan teman karibnya, John, bergulat, Buck mengawasi permainan mereka dari jauh. Kalau Alex yang berada di atas tidak apa apa. Tapi kalau John menindihnya, Buck akan maju dan menggigit kerah leher John lalu menariknya. Alex dan John merasa permainan ini sangat menyenangkan, dan mereka sering sekali melakukannya hingga ibuku cemas.
"Nanti kau terluka, Alex." kata Ibu selalu. "Dan kau tidak adil pada John."
Alex tidak suka dibatasi. Ia tak senang mesti harus berhati hati, karena ia berbeda dari anak lain. "Ini kan cuma permainan. Bu. Buck saja tau. Iya kan, Buck ?" Buck seakan menelengkan kepala dan tersenyum senang kepada Alex.
Pada malam semi, Alex mendapat giliran mengantar koran. Sepulang sekolah, ia mengambil koran-koran, lalu naik sepeda untuk mengantarnya. Ia selalu melewati rute yang sama, dalam urutan yang sama. Tentu saja Buck ikut bersamanya.
Suatu hari, entah kenapa, Alex mengubah rutenya. Bukannya belok kiri seperti biasa di suatu jalan, ia belok ke kanan. Buk!... Ciiiit!... Bunyi rem dan tubuh Buck melayang.
Kami diberi kabar tentang kecelakaan itu. aku mesti melepas cengkeraman tangan Alex dari tubuh Buck yang tak bernyawa lagi, supaya Ayah bisa membawa anjing itu pulang.
"Ini semua salahku," kata Alex berulang-ulang. "Buck mengira mobil itu akan menabrakku. Dia pikir ini cuma permainan juga."
"Buck cuma ingin menunjukkan cintanya padamu," kata Ibu. "Kalian berdua telah menunjukkannya rasa cinta itu dengan baik."
Alex terisak."Apa?"
"Kau mendampingi Buck saat dia membutuhkanmu. Dan sekarang dia mendampingimu saat dia merasa kau membutuhkannya. Itulah namanya permainan cinta."
"Aku ingin dia kembali," ratap Alex. "Buck-ku sudah pergi."
"Tidak, ia tidak pergi," kata Ayah sambil memelukku dan Alex. "Buck akan senantiasa hidup di dalam kenanganmu."
Dan memang begitulah adanya.
..............................................................................................

Dari cerpen di atas, dapat kalian ketahui kalau "Cinta Itu ABADI" :"")

Created by : M.Zaki ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar