Senin, 18 November 2013

Cerbung My Diary part 5 Season 2


Ini dia part 5!!!
Semoga suka :)

Cek this out!!!

---
“NDAAAAAAAAAAI” suara Salsha membuat Cindai yang sedang menggambar terkaget kaget
“Hmmm?”
“Lo kok kaya gak penasaran gitu sih?” Tanya Salsha manyun
Cindai menegakkan kepala dan memandang wajah sahabatnya yang berseri seri. “Emang ada cerita apa?” Tanya-nya
“Gue lagi seneng banget, tau gak?”
“Tauu… banget! Emang ada apa sih? Ada pembagian sembako?”
“Ih.. bukan!” tukas Salsha gemas. “Tadi gue ngomong lagi sama Aldi! Senenggggggg!!” ujar Salsha girang
“Dia nanggepin omongan gue banget lhoo… Trus kalo ketawa.. duh makin cakep!” Girang Salsha, “Ternyata aldi kalo diajak ngomong tuh heboh juga ya. Gue kira pendiem banget” lanjut Salsha
“Wah selamat deh! Ciee makin deket aja nih sama target” goda Cindai. Wajah Salsa merona merah.
“Ngga secepat itu kali, Ndai” tukas Salsha
“Ndai!” sebuah suara mengalihkan perhatian keduanya. Mereka melihat Bagas masuk kelas dan berjalan mendekat.
“Gue ke toilet dulu ya” kata Salsha sambil mengedipkan satu matanya
“Apaan sih?!” desis Cindai
Bagas duduk di bangku Salsha sambil menghadap belakang, sehingga mereka berhadap hadapan.
“Ntar malem lo ngga ada acara kan?”
“Hmm. Ngga.” Balas Cindai
“Jadi lo mau kan gue ajak keluar?” Tanya bagas antusias. Cindai mengangguk manis.

“Yaudah, gue balik ya, ntar Bella uring uringan lagi nyariin gue!” ujar Bagas seraya berbalik cepat.
Mendengar itu, kebahagiaan yang tadi sempat singgah di dada Cindai tiba tiba lenyap. Cindai membuka buku dan mencoret coret dengan gusar. Kenapa sih selalu Bella, Bella, Bella! Nama itu selalu sukses melenyapkan kegembiraan Cindai.
***
“Bell! Bellaa!”
Bella mendengar langkah kaki mendekat dengan kecepatan pasti. Irama langkah yang sangat ia kenal. Dan semakin dekat…
Semakin dekat…
Sangat dekat…
Bella melihat wajah cemas dibalik air matanya. Dan tangisnya pun pecah, dipeluknya cowok itu erat erat…
“Bell, lo kenapa bel? Ada apa?!”
Bella mencoba bersuara, “Mama, Gas.. mama…”
Semua nyaris terasa lebih baik bagi Bella. Tapi tidak untuk Cindai. Ia menyaksikan sendiri mereka berpelukan. Tubuh cowok itu berguncang seiring tangis yang ditumpahkan Bella. Cowok itu bahkan tidak menoleh kea rah Cindai lagi, seolah olah cindai tak pernah ada disana bersama mereka.
Satu detik.
Dua detik.
Mungkin gue harus sabar, batin Cindai
Tiga menit.
Mereka ngomongin apasih?!
Lima menit.
Cukup, Cindai menghela napas, menengadahkan wajah ke langit, berharap hujan segera turun, dan membiarkan dia menangis. Tapi tidak semudah itu membujuk cuaca. Cindai berlari, dia tidak akan menangis disitu. Tidak seperti Bella.
***
“Lo kenapa, Ndai?” cerocos Salsha tanpa ampun di telepon.
Cindai menjauhkan ponselnya, “Lo bisa jaga suara nggak sih?” omelnya
“Oke oke” suara Salsha melunak, tapi jelas gak sabar.
“Jadi, kenapa lo tiba tiba ilang tadi di kampus pas istirahat, terus ngga balik balik? Dan apa maksud lo nyuruh gue bawa tas lo yang segede karung beras ini, hah?!” tuntut Salsha
Cindai memijat dahinya dengan dua jari. “Maaf. Ngga bermaksud apa apa, gue sakit”
“Sakit? Emangnya gue gampang dibohongin?”
“Sal, please… kepala gue sakit nih… biarin gue istirahat dulu…” Cindai memohon dengan suara melas
“No Way!”
“Sal…”
“Ada apa sih dengan lo dan bagas?” tuding Salsha
Air mata Cindai kembali bercucuran, “Gue nggak ada masalah sama dia.” Katanya
“Jelas ada masalah! Gue liat dia balik bareng si nenek sihir, sebelumnya kan dia bareng lo!”
Hati Cindai mencelos. Dia menyesal mendengarnya.
“Nggak ada hubungannya sama gue. Jelas?!” tukasnya kesal
“Jelas banget,” sahut Salsha. “bohongnya”
“Sal, lo kenapa sih?!” Cindai benar benar gak mau bahas hal itu
“Lo tuh yang kenapa?” Salsha masih ngotot
“Sorry, Sal” ujar Cindai dengan sangat menyesal sambil menutup telepon. Dengan asal dia melempar teleponnya lalu bangkit menuju meja belajar.
---
Jumat, 15 November 2013

                Bella, bella, bella dan bella. Ah gue muak! Gue muakkkk!!!!! Gue niat ke Jakarta untuk memperbaiki semuanya! Bukan malah ngerubah rencana gue jadi merusak gini. Bella kenapa sih selalu berhasil ngerebut perhatian bagas?! Terus kenapa lo ndai? Kenapa? Bagas bukan siapa siapa lo! Ngapain lo masih ngarepin dia. Dulu, Misel-Bagas-Gue. Sekarang Salsha-Aldi-Bella-Bagas-Gue. Ah!

-Cindai-
---
Di sekolah…
Saat Cindai sampai di kelas, tasnya sudah ditempat duduknya. Salsha sedang sibuk menulis. Cindai duduk dibangku sebelahnya. Tapi tidak seperti biasanya, Salsha mengabaikannya
“Sal, gue minta maaf karna matiin telepon kemaren,” Cindai angkat bicara.
Salsha berpura pura tidak mendengar, dan terus nulis. Cindai sekali lagi membujuk, namun Salsha tetap diam.
“Sal, gue akan jelasin kalo lo mau dengerin dan berenti bersikap kaya gini!”
Salsha tetap cuek.
“Lo ngapain sih?” Cindai mencoba teknik lain, tapi sayang dosen yang sangat garang itu telah masuk.
“Makalah yang saya suruh bawa, kumpulkan sekarang. Yang tidak bawa, mohon keluar” ujarnya
Astaga, gue lupa!! Ketinggalan diatas meja
Tanpa disuruh, Cindai keluar ruangan.Benar benar mimpi buruk! Dia berjalan gontai menyusuri koridor. Masalah kemarin saja udah cukup membuatnya muak, masih juga ditambah masalah pagi ini. Cindai melihat jam tangannya. Baru jam 8 pagi, tapi masalah udah bejibun. Tau tau dia sudah sampai di depan aula, dekat parkiran motor. Disusurinya daerah itu, sepeda motor bagas tidak ada! Cindai heran sekaligus takjub.
Jangan jangan…
Dengan langkah pasti dia berbalik menuju mading untuk melihat jadwal anak multimedia.
“Anak multimedia lagi di ruang computer.” Ujar Cindai saat melihat jadwal pelajaran. “Kalo ga ada alesan apa apa mana boleh masuk”
Dengan lemas dia berjalan menuju perpustakaan. Tiba tiba…
“Hei, tunggu sebentar!” sebuah suara mengejutkannya.
Cindai memutar kepala. Duh, apalagi nih? Dia mendongkol dan ketakutan saat melihat Pak darsono dosen tergalak kedua setelah dosen di kelas tadi.
“ya pak?” Tanya cindai
“Tolong antarkan ini ke ruangan computer. Sekarang!” ujarnya sambil memberi map
“Ruang computer pak?” Tanya-nya. “Iyaa! Sekarang!”
“Oke pakk..”
Pas banget!!! Terimakasih pak darsonoo.. I love u so muchhh.. rencananya berjalan mulus berkat bantuan pak darsono
***
Tok!Tok!Tok!
”masukk” sebuah suara menjawab dari dalam ruang computer.
Cindai membuka pintu dan merasakan semua mata tertuju padanya. Mau tak mau, dia sedikit gugup.
“Ada apa?” Tanya seorang dosen.
“Ini bu. Dari pak darsono” kata Cindai seraya menghampiri sang dosen. Lalu sekilas dia mengedarkan
Pandangan.
Dia tidak ada.
Sekali lagi dia mengedarkan pandangan. Keduanya tidak ada. Cindai yakin itu. Dan itu sudah cukup baginya
“Sudah lengkap. Terimakasih ya” ucapan Bu Ria yang ramah menyadarkannya. Cindai berbalik dan keluar diiringi suit suit jahil dari mahasiswa cowok.  
***
Dari sana cindai menuju perpustakaan dan menghabiskan waktu dengan membaca majalah. Semua jadi tanda tanga baginya : sebenarnya sedekat apa sih mereka, sejauh apa sih cowok itu terjebak dalam labirin kehidupan Bella? Di perpustakaan yang sepi itu waktu terasa sangat panjang. Akhirnya cindai mendengar bel tanda istirahat berbunyi.
Tak lama dia melihat Aldi masuk ke perpustakaan, mengambil beberapa buku dan duduk di sudut. Sebuah ide cemerlang datang ke Cindai. Mungkin dia bisa mendapat petunjuk dari cowo itu.
“Hai” sapa cindai kelewat semangat
“Hai juga” balas Aldi
“Serius banget sih!”
“Tumben lo sendirian. Biasanya bareng Salsha, kan? Dan nyari buku di rak itu” ujar aldi sambil menunjuk rak kesayangan salsha, tempat dia biasa mengawasi Aldi
Kok dia tau? Batin Cindai.
“Oh ya?” cindai pura pura terkejut
“Hmm gini, gue Cuma mau nanya sesuatu” ujar cindai
“Kayanya serius?” aldi menutup buku.
“Gue Cuma pingin tau apa aja yang lo ketahui tentang bella? Karena gue yakin lo tau banyak tentang dia, apalagi lo selalu nguntit dia selepas pulang sekolah.”
Ekspresi aldi berubah.
“Gue bukan penguntit! Dan gue gak suka lo nuduh nuduh gue seenak jidat lo!” tukas Aldi serius
“Oh, maaf. Maksud gue yaa… ngikutin orang diem diem. Jadi apa?”
“Maksud lo?” tukas Aldi ketus
“ya semua yang lo ketahui tentang Bella!” Cindai kehilangan kesabaran.
“Nggak ada!” aldi jelas masih emosi
“Hah?! Lo yakin?” balas cindai jengkel. “gue tau kalo selama ini lo selalu ngamatin bella, dan selalu ingin tau apa aja yang dia lakuin. Tapi sayangnya, lo udah ngelewatin suatu kejadian penting kemaren”
Aldi menegakkan kepala dan memandang penuh tanda Tanya.
“Karena Cuma gue yang lait kejadian kemaren” kata cindai
“emangnya ada apaan?” desak aldi.
“Wah gue gak bisa kasih tau lo. Mengingat kata lo tadi, lo gak tau apapun tentang bella.” Cindai sok jual mahal
“Oke deh. Kita barter informasi. Tapi lo duluan!” kata aldi nyerah
“Ngga masalah.” Sahut cindai
“Jadi?”
“Hmm.. jadi gini..kemaren gue liat bella nyamperin bagas sambil nangis. Dan gue liat mereka…. Pelukan” hati cindai mencelos.
Dia yakin aldi pasti merasakan hal yang sama setelah mendengar ucapannya barusan
“Dan anehnya, hari ini mereka sama sama gak masuk kuliah”
“…”
Cindai memandang aldi. Ternyata sekarang ganti aldi yang nunduk dan ngga sanggup ngomong.
“gue ngerti perasaan lo. Karna itu gue pengen tau info tentang bella. Mungkin aja kita dapet petunjuk tentang keberadaan mereka. Yakan?” kata cindai
“kenapa sih lo peduli banget sama bella?” Tanya aldi
Cindai langsung diam. Ngga mungkin dia ngaku bahwa sebenernya yang dipikirinnya adalah Bagas.
“eh, Cuma kebetulan kok. Kebetulan aja gue liat bella kayanya lagi ada masalah, lalu kebetulan gue tau mereka ga masuk hari ini, terus kebetulan gue liat lo disini, dan gue jadi pengen ngasih tau semuanya ke lo. Soalnya gue yakin, info ini pasti penting  banget buat lo” Cindai mencoba mengelak. “Ya kebetulan kadang berharga banget” lanjutnya.
“Makasih banget yaa. Ternyata lo peduli banget sama gue” ujar aldi
“Iyaa, namanya juga temen” cindai jadi salah tingkah
“Tapi sayangnya gue gak punya informasi penting yang berkaitan dengan itu” aldi sangat menyesal. “Kalau aja gue tau banyak…”
Cindai tau betul dengan perasaan aldi jadi iba kepada cowok itu. “Lo yang sabar ya, al…” katanya.
Tiba tiba terdengar bel istirahat usai. “Gue duluan ya…” kata Cindai lalu pergi
Aldi mengangguk pelan. Ditatapnya cewek itu…dia selalu aja bikin dia berdebar debar. Aldi menyusun buku buku yang tadi diambilnya dan segera mengembalikannya.
Aldi melangkah keluar perpustakaan, sama sekali tidak menyadari bahwa sejak tadi sepasang mata tak berhenti mengawasinya.
“Oh, jadi gini maksud lo, Ndai?” bisik salsha pait. Matanya basah dan ngga beranjak dari rak buku tempatnya mengawasi aldi dan cindai sejak tadi. Dia memang ga mendengar apa yang mereka bicarakan tadi. Tapi dia bisa ngerasain ketegangan emosional keduanya. Dia juga bisa melihat dengan jelas bagai mana aldi menatap cindai, walaupun dia ga tau gimana cindai nge bales tatapan itu.
“Akhirnya gue tau juga kan, Ndai? Pantes lo ga mau cerita ke gue…”
Hati salsha hancur berkeping keping oleh rasa sakit yang dihiasi kekecewaan karena pengkhianatan seorang sahabat.


-Bersambung-

Follow @zaakyki & @Difamdp untuk kritik saran~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar