MAAF NGARET BANGET :(
SEKARANG UDAH SUSAH BAGI WAKTU ANTARA SEKOLAH SAMA WAKTU BUAT BDS :( MAAF YA :((
---
SEKARANG UDAH SUSAH BAGI WAKTU ANTARA SEKOLAH SAMA WAKTU BUAT BDS :( MAAF YA :((
---
“Gue bukan penguntit! Dan gue
gak suka lo nuduh nuduh gue seenak jidat lo!” tukas Aldi serius
“Oh, maaf. Maksud gue yaa…
ngikutin orang diem diem. Jadi apa?”
“Maksud lo?” tukas Aldi ketus
“Maksud lo?” tukas Aldi ketus
“ya semua yang lo ketahui
tentang Bella!” Cindai kehilangan kesabaran.
“Nggak ada!” aldi jelas masih
emosi
“Hah?! Lo yakin?” balas cindai
jengkel. “gue tau kalo selama ini lo selalu ngamatin bella, dan selalu ingin
tau apa aja yang dia lakuin. Tapi sayangnya, lo udah ngelewatin suatu kejadian
penting kemaren"
Aldi menegakkan kepala dan
memandang penuh tanda Tanya.
“Karena Cuma gue yang liat
kejadian kemaren” kata cindai
“emangnya ada apaan?” desak
aldi.
“Wah gue gak bisa kasih tau lo.
Mengingat kata lo tadi, lo gak tau apapun tentang bella.” Cindai sok jual mahal
“Oke deh. Kita barter informasi.
Tapi lo duluan!” kata aldi nyerah
“Ngga masalah.” Sahut cindai
“Jadi?”
“Hmm.. jadi gini..kemaren gue
liat bella nyamperin bagas sambil nangis. Dan gue liat mereka…. Pelukan” hati
cindai mencelos.
Dia yakin aldi pasti merasakan
hal yang sama setelah mendengar ucapannya barusan
“Dan anehnya, hari ini mereka
sama sama gak masuk kuliah”
“…”
Cindai memandang aldi. Ternyata
sekarang ganti aldi yang nunduk dan ngga sanggup ngomong.
“gue ngerti perasaan lo. Karna
itu gue pengen tau info tentang bella. Mungkin aja kita dapet petunjuk tentang
keberadaan mereka. Yakan?” kata cindai
“kenapa sih lo peduli banget
sama bella?” Tanya aldi
Cindai langsung diam. Ngga
mungkin dia ngaku bahwa sebenernya yang dipikirinnya adalah Bagas.
“eh, Cuma kebetulan kok.
Kebetulan aja gue liat bella kayanya lagi ada masalah, lalu kebetulan gue tau
mereka ga masuk hari ini, terus kebetulan gue liat lo disini, dan gue jadi
pengen ngasih tau semuanya ke lo. Soalnya gue yakin, info ini pasti
penting banget buat lo” Cindai mencoba
mengelak. “Ya kebetulan kadang berharga banget” lanjutnya.
“Makasih banget yaa. Ternyata lo
peduli banget sama gue” ujar aldi
“Iyaa, namanya juga temen”
cindai jadi salah tingkah
“Tapi sayangnya gue gak punya
informasi penting yang berkaitan dengan itu” aldi sangat menyesal. “Kalau aja
gue tau banyak…”
Cindai tau betul dengan perasaan
aldi jadi iba kepada cowok itu. “Lo yang sabar ya, al…” katanya.
Tiba tiba terdengar bel
istirahat usai. “Gue duluan ya…” kata Cindai lalu pergi
Aldi mengangguk pelan.
Ditatapnya cewek itu…dia selalu aja bikin dia berdebar debar. Aldi menyusun
buku buku yang tadi diambilnya dan segera mengembalikannya.
Aldi melangkah keluar
perpustakaan, sama sekali tidak menyadari bahwa sejak tadi sepasang mata tak
berhenti mengawasinya.
“Oh, jadi gini maksud lo, Ndai?”
bisik salsha pait. Matanya basah dan ngga beranjak dari rak buku tempatnya
mengawasi aldi dan cindai sejak tadi. Dia memang ga mendengar apa yang mereka
bicarakan tadi. Tapi dia bisa ngerasain ketegangan emosional keduanya. Dia juga
bisa melihat dengan jelas bagai mana aldi menatap cindai, walaupun dia ga tau
gimana cindai nge bales tatapan itu.
“Akhirnya gue tau juga kan,
Ndai? Pantes lo ga mau cerita ke gue…”
Hati salsha hancur berkeping
keping oleh rasa sakit yang dihiasi kekecewaan karena pengkhianatan seorang
sahabat.
***
Siang itu Cindai asyik main
kartu dengan mamanya, berharap dengan begitu ia bisa sedikit melupakan masalah
yang semakin menekannya. Wajahnya yang penuh coreng-moreng adonan kue yang
memang sengaja disisihkan untuk main kartu.
Cindai menarik nafas dalam, dan
mengeluarkan kartu yang menurutnya dapat merubah nasibnya. Ditatapnya mamanya
dengan penasaran.
“Hmm..” ify menggumam
mencurigakan. Dia senyum simpul, penuh kemenangan
Oh my God! Batin Cindai... Jangan
bilang mama…
“Mama menang lagii…!!!” seru ify
puas sambil menyambar mangkuk kecil berisi adonan kue. Namun tau tau bel pintu
berbunyi
“Aku harus buka pintu.. bye
mamaaa!” ujar cindai lalu ngibrit menuju pintu.
Dia masih tersenyum gila saat
membuka pintu dengan santainya. Namun seketika wajahnya langsung dingin tak
bersahabat.
Bagas yang berdiri di depan
pintu nyaris tidak mengenali makhluk yang menatapnya sangar itu. Nyaris seluruh
wajahnya belepotan. Sungguh ngga indah dipandang!
“Ehm… apa saya lagi berhadapan
dengan Gloria Chindai Saputra?” Tanya bagas menahan tawa
Cindai merasakan sensasi aneh
saat bagas menyebutkan nama itu,”Nggaak! Kamu salah orang.” Tukasnya judes
“Cindaai…” bujuk Bagas.
ditatapnya wajah cindai yang benar benar lucu. Sepertinya gadis itu tak
menyadari kalau penampilannya amburadul.
“Apaan sih?!” Tanya-nya ketus
“Ehm.. lo ngga lagi sibuk kan?”
bagas mengalihkan pandangan
“Lumayan” sahut cindai singkat.
“Lo kenapa sih? Mau ngetawain gue? Emangnya ada yang salah dengan tampang gue,
heh?” tantangnya sebal.
“Hmmphh… hahahahaha…mmphh...”
Bagas membekap mulut, berusaha menahan tawa. “ya, maaf deh kalau gue bikin lo
sebel karna ganggu acara maskeran lo yang belom kelar. Gue tunggu sampe selesai
deh!” katanya sambil menahan geli.
Tau tau setetes adonan kental
jatuh dari wajah Cindai dan menodai bajunya. Menyadari itu, cindai merasa
konyol sendiri. Dirabanya wajahnya,adonan lengket itu menempel di telapak
tangannya.
“Oh, TIDAAAAAAAAAAAKKK!!” reflex
Cindai berteriak dan lari kedalam rumah.
“Bodoh!Bodoh!Bodoh!!” umpat
cindai sebal.
***
Cindai gak banyak ngomong. Selain masih kebayang kejadian memalukan tadi, berbagai pertanyaan masih tersusun seperti puzzle dalam benaknya. Belum lagi dia penasaran dengan mobil yang dikendarai bagas ini. Sepertinya kok familiar ya? Honda jazz merah dengan stiker lumba lumba biru disetiap sudut jendela. Cindai yakin pernah ngeliat mobil ini. Tapi entah dimana…
Cindai gak banyak ngomong. Selain masih kebayang kejadian memalukan tadi, berbagai pertanyaan masih tersusun seperti puzzle dalam benaknya. Belum lagi dia penasaran dengan mobil yang dikendarai bagas ini. Sepertinya kok familiar ya? Honda jazz merah dengan stiker lumba lumba biru disetiap sudut jendela. Cindai yakin pernah ngeliat mobil ini. Tapi entah dimana…
“AC-nya gak nyala kan? Kayanya
dingin banget..” Bagas memecah kebisuan yang sejak tadi melingkupi mereka.
“Apaan sih…” Cetus Cindai. Dia
tau bagas menyindirnya. Sejak tadi memang tampang cindai cemberut dan bersikap
dingin.
“Eh ngga jauh dari sini ada
bakso super enak lohh..” Bagas tidak meladeni kejengkelan cindai. “katanya bisa
bikin hangat suasana yang lagi dingin gitu deh…” lanjutnya sok polos
“bawel!” gumam Cindai jaim.
Padahal perasaannya jungkir balik, cowok yang udah bikin dia merasa kehilangan
beberapa hari terakhir ini kini hadir di sampingnya, berdua… Cindai gak tau apa
yang dia rasakan. Entah itu senang, kesel, ataukah marah?
“Tapi, beneran enak loh, Ndai…”
kata bagas sabar
Cindai tetep diam. Dia ngga abis
pikir, kenapa cowok ini bisa bersikap seakan akan ga ada apa apa. Apa dia ngga
tau gimana perasaan cindai saat dia hilang? Bayangan bayangan yang sempat
terlintas saat dia ga ada? Apakah cowok ini ngga ngerti perasaan cewek?
“Ini diaa tempat baksonyaa…”
kata bagas sambil menepikan mobil. “Kalo pengen nyoba, kita bisa makan disini
dulu.”
“Lo bisa berenti pura pura nggak
sih?” Cindai menahan emosi. “Tujuan awalnya nggak kesini kan?”
“Emang nggak.. abis suasananya
dingin sih, jadi perlu diangetin dulu..” ujar bagas.
Cindai mengepalkan tangan dan
menatap lurus ke jalanan. Apa sih maunya
cowok ini?!
“Ndai..” ujar bagas sambil
menyentuh pundak Cindai
Refleks cindai menepis tangan
cowok itu kuat kuat. Sehingga bagas kaget dibuatnya. “LO APA APAAN SIH?!”
sergah cindai
“Ndai, lo kenapa sih?! Bagas
berusaha tetap tenang.
“Ndai….” Bagas mendesah. Dia
jadi serbasalah. “Lo kenapa? Gue salah, ya? Gue bikin lo marah? Gue bikin lo…”
“IYA!!
GUE EMANG MARAH, GUE SEDIH, GUE KECEWA. PUAS?!” Cindai berteriak sekencang
kencangnya. Tangisnya pecah. Dia menutup wajahnya dan menangis melepaskan
perasaan yang tadi menghantam dadanya.
Bagas terdiam, tak tau harus
bilang apa. Dia tau cewek itu memendam perasaan terhadapnya. Tapi bagas tidak
mau membahasnya sampe mereka benar benar berada di tempat yang tepat. Namun,
dia juga tak ingin diam diaman seperti ini.
“Maaf, ndai.. gue ngga bermaksud bikin lo marah.” Bagas membelai rambut cindai lembut. “Lo jangan nangis lagi ya.. kita lanjutin perjalanan.. bentar lagi nyampe kok”
“Maaf, ndai.. gue ngga bermaksud bikin lo marah.” Bagas membelai rambut cindai lembut. “Lo jangan nangis lagi ya.. kita lanjutin perjalanan.. bentar lagi nyampe kok”
Cindai masih menunduk. Diusapnya
air matanya, kemudian mengangguk. “gue juga minta maaf” katanya kemudian
***
Jumat, 12 Desember 2013
Gue
marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama
bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue
kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue
sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue
marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas.
-Cindai-
---
“Nulis apaan sih?” Tanya bagas
yang mengalihkan pandangan kea rah cindai
“Fokus nyetir aja!” ujar cindai
lalu membuang muka
“Iyadeh..” balas bagas lalu
kembali focus
Ditaronya buku itu dan segera
tertidur dijok mobil bagas.
-Bersambung-
Kritik saran mention @zaakyki aja ;) thanks!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar