Hai :)
Semoga kalian suka yaa......
---
Cekidot!
---
---
“UDAH!!” Cindai merenggut
tangannya dan berlari menuju ombak. Dibiarkannya ombak menelan sedikit kakinya
agar perasaan amarahnya sedikit mereda.
Bagas bangkit dan berlari
menyusulnya. “TAPI INI BUKAN TENTANG GUE DAN BELLA, NDAI!” serunya
“TERUS SIAPA LAGI?” Cindai ngga
mau kalah.
Lama mereka sama sama diam,
mengatur perasaan, membujuk emosi mereka agar reda. “Oke gue dengerin lo.” Kata
cindai tenang. Dia berusaha meredam api yang menari nari dihatinya
Mereka kembali ke tempat tadi
dan duduk sesaat dalam diam, memandangi titik terakhir matahari itu. Pelan
langit mulai gelap sementara bias merah senja masih terlukis indah di ujung
sana.
“Ini tentang bella, dan
mamanya.” Bagas mulai bicara
“Mama Bella udah lama dirawat di
panti rehabilitasi.” Lanjut bagas pelan. “Seharusnya nggak lama lagi mamanya
udah bisa pulang dan ngumpul lagi bareng bella. Tapi hari itu bella dapat kabar
kalau mamanya… mencoba bunuh diri lagi.”
“Lagi?” ujar cindai spontan. Dia
membayangkan dirinya berada diposisi bella. Menyedihkan. Cindai menoleh dan
memandang bagas penuh tanda Tanya.
“Ya, untuk kedua kali. Gue juga
ngga tau pasti kenapa mamanya bisa bertindak seperti itu. Padahal hanya dia
milik bella saat ini. Gue tau derita batin yang dialami bella jauh lebih berat
daripada yg bisa gue bayangin. Walaupun dia selalu berusaha meyakinkan gue
bahwa dia baik baik aja. Gue sampe nggak abis pikir kenapa cewek kaya bella
bisa tegar menghadapi semuanya.”
“bella hanya memiliki mamanya?”
“Ya gitu deh… tapi bella ngga
cerita banyak tentang itu. Yang gue tau, bella berasal dari keluarga yang Broken home. Waktu orangtuanya bercerai,
bella dipaksa ikut mamanya, meskipun hal itu sangat bertentangan dengan
keinginannya. Merekapun pindah kesini dan tinggal di apartmen”
“Sejak itu hidup bella
berantakan. Karier mamanya hancur dan dia memperlakukan putrinya dengan buruk.
Bella menjadi pelampiasan kekecewaannya saat dia dilanda masalah.”
Cindai ngga tau harus ngomong apa. Yang jelas dia merasa beruntung memiliki mama yang sangat menyayanginya. Menyadari itu rasa kasian pun muncul dihatinya. Dia sendiri nggak mungkin bisa setegar bella.
Cindai ngga tau harus ngomong apa. Yang jelas dia merasa beruntung memiliki mama yang sangat menyayanginya. Menyadari itu rasa kasian pun muncul dihatinya. Dia sendiri nggak mungkin bisa setegar bella.
“Dan selama itulah gue selalu
berusaha jadi sahabat bella. Gue berusaha selalu ada saat dia butuh gue, saat
dia sendirian atau ketakutan.”
Sekelebat rasa cemburu datang
membakar hatinya. Namun dia mencoba tetap tenang untuk mendengarkan.
“Gue membantu sebisa gue. Ketika
bella tau mamanya mencoba bunuh diri, dia langsung lari ke gue. Akhirnya gue
minta tolong ortu gue buat nolong nyokap bella. Sejak itu mama bella aman
bersama ortu gue, terutama nyokap. Dan selama itu pula bella dititipkan ke gue.
Gue ngejaga dan ngawasin dia. Biar bella ngga salah arah. Biar dia ngga macem
macem. Karena gue sendiri sadar bella labil dan nekat.”
Cindai terdiam lama sekali.
Semua jadi jernih dan jelas baginya. “Keadaan mama bella gimana?” Tanya cindai
sambil menerawang jauh ke langit
“Baru melewati masa kritis, jadi
kami bisa pulang dari panti. Tapi dia masih belum sadar, jadi masih harus
dirawat.”
“Terus kenapa kalian balik?”
Tanya cindai
“ada tugas mata kuliah besok.
Jadi kami memutuskan untuk pulang dulu.” Jawab bagas singkat
“Terus bella? Apa dia ngga apa
apa ditinggal… sendirian?”
“Nggak masalah. Malah dia yang
nyaranin gue untuk ketemu lo” balas bagas
Sebelum cindai sempat bertanya
kenapa, cowok itu melanjutkan, “Dia ngomong sebelum gue minta.”
Cindai tertegun. Banyak hal yang
ngga terduga yang diketahuinya malam itu.
“Kenapa?”
“Entahlah…” sahut bagas pasrah. “Tapi yang jelas, bella ngga buta, ngga tuli dan dia juga punya perasaan. Dia sadar perbuatannya salah karena terlalu memonopoli gue, dan menghalangi cewek cewek lain yang mau temenan sama gue. Tapi disisi lain dia juga adar ada satu hal yang ngga bisa dia halang halangin. Dan itu adalah……. Perasaan gue.”
“Entahlah…” sahut bagas pasrah. “Tapi yang jelas, bella ngga buta, ngga tuli dan dia juga punya perasaan. Dia sadar perbuatannya salah karena terlalu memonopoli gue, dan menghalangi cewek cewek lain yang mau temenan sama gue. Tapi disisi lain dia juga adar ada satu hal yang ngga bisa dia halang halangin. Dan itu adalah……. Perasaan gue.”
Cindai ngga yakin dia ngerti apa
yang dimaksud bagas. namun wajahnya memanas dan darahnya mengalir begitu cepat.
“Mungkin selama ini gue emang
ngga peduli apa yang dipengenin bella. Gue juga ngga peduli sama cewek cewek
yang batal ngedeketin gue lantaran takut sama bella. Semua itu ngga penting
buat gue,” bagas berkata serius
“Tapi semua itu ngga berlaku
setelah gue ketemu lo lagi, Ndai. Gue ngga mau lo diperlakukan buruk lagi oleh
bella layaknya dulu lo diperlakukan buruk sama misel karna kita deket. Gue
ngelarang bella ngelakuinnya. Gue tau dia kecewa . tapi gue juga ngga tau harus
gimana, apalagi bella ngga mau tau, tetep keras kepala, dan menutup mata
terhadap apa yang gue rasain.”
Bagas menatap cindai lurus sampe
cewek itu menunduk dan nyaris salting.
“Rasa itu ngga pernah di hati
gue sebelumnya. Perasaan yang mungkin ngga selalu indah untuk dirasakan.
Apalagi kalo lo jauh dari gue. Lo ngga tau gimana resahnya gue waktu ninggalin
lo kemaren. Tapi disisi lain gue merasa bertanggung jawab sama bella. Gue jadi
serbasalah.”
Cindai tetap diam. Dia masih
tertunduk dan membisu, semakin kehilangan kata dan suara. Mungkin udara
dinginlah yang membekukan semuanya. Hatinya lelah karena semua ini.
“Ndai…” bagas menyapa cindai
yang membatu. “Cindai Gloria…?”
“Hmm.. ya maaff…” ujar cindai terburu buru, malu sendiri. Bagas melihat kilatan aneh dari mata cindai.
“Hmm.. ya maaff…” ujar cindai terburu buru, malu sendiri. Bagas melihat kilatan aneh dari mata cindai.
“bella titip ini sebelum gue
pergi. Katanya buat elo. Gue ngga tau apa isinya, tapi gue udah janji akan
nyampein ke lo.”
Dengan bimbang cindai membuka
lipatan kertas itu. Apasih maunya bella? Batinnya. Lalu Cindai mulai membaca…
***
Gue tau, nggak semua yang kita
inginkan selalu dapat diraih. Dan gue tau, ngga selalu orang yang kita cintai
balas mencintai. Waktu terus bergulir dan akhirnya gue sadar, dia telah
menemukan cintanya.
Mungkin inilah saatnya dia
menyelami hatinya sendiri, gue ngga bisa mencegah itu, walaupun hati gue sakit.
Tapi entah kenapa, melihat dia hampa tanpa cintanya, hati gue lebih sakit. Gue
seakan ngga ada baginya, walaupun gue dekat di sampingnya. Gue masih ingin
melihatnya tersenyum dan tertawa lepas, walaupun itu bukan buat gue, walaupun
itu bikin hati gue sakit.
Walaupun gue belum sepenuhnya
yakin atas keputusan gue ini, namun kali ini gue membiarkan dia menemui
cinta-nya.
-Bella-
***
Beberapa saat mereka terdiam
“Apa bella ngomong kasar?” Tanya
bagas ingin tau
“Ngga kok..” jawab cindai.
“Mungkin sedikit banyak gue bisa ngerti perasaan dia. Gue juga ga bisa
berkomentar banyak. Sebenarnya yang dialamin bella nggak jauh beda sama yang
gue alami. Bedanya gue hanya sedikit lebih beruntung, mungkin.”
“Maksud lo, Ndai?”
Cindai tersenyum miris. “emang
sih dikeluarga gue ngga ada yang harus direhabilitasi atau mencoba buat bunuh
diri berulang kali. Tapi bagian hidup gue cukup menyedihkan. Namun yang paling
penting sekarang gue masih punya mama yang sayang sama gue”
Cindai memeluk kakinya dan
menopangkan dagunya dilutut. Keheningan kembali menyelimuti mereka. Bagas
memandang cewek itu sesaat. Sosok yang membuatnya selalu rindu dan ingin
bertemu. Kemudian dia menatap langit, mengharapkan keberanian untuk bersuara,
keberanian untuk menyampaikan perasaan.
Bagas kembali memandang cindai
dan berkata, “Ndai, apapun penilaian lo terhadap gue setelah ini, gue mungkin
ga peduli. Karena gue Cuma pengen lo tau kalo gue sayang sama lo…..”
Degup jantung cindai sangat kuat
dan dekat. Tiba tiba dia merasa hangat, karena bagas merangkulnya dekat ke
tubuhnya.
“Gue ga mau kehilangan lo, sama
sekali ga mau, Ndai.” Bisik bagas
Cindai ngga ngomong apa apa.
Bahasa diamnya sudah lebih dari cukup bagi bagas. itu artinya cindai yakin tapi
masih ada rasa yang mengganjal dihatinya.
“Tapi, gue gamau bella jadi kaya
misel dulu gas. Bisa?” Cindai menoleh ke bagas penuh harapan
Bagas kaget dan menoleh ke
cindai. Mata mereka bertemu. Dengan keberanian. “Bisa” jawab bagas mantap
“makasih ya gas….” Peluk cindai
ke bagas. disaksikan oleh ombak yang berdebar debur di hadapan mereka dan juga
oleh angin yang makin membuat mereka merasa nyaman menghabiskan waktu berdua.
***
Zrrt…Zrrtt…
Bella menekan tombol hijau di
hapenya yang bergetar
“Ya. Saya sendiri. APA?! Sekarang
juga? Baiklah…”
Dengan panic bella keluar kamar
mandi dan menuju kelas. Mamanya kembali kritis. apakah semua ini belum cukup
buruk?! Jeritnya
Sial! Dia tidak menemukan bagas.
bella menghubungi bagas, tapi tidak berhasil. Dengan gusar dia merenggut
tasnya, lalu berjalan secepat mungkin menuju lobby untuk izin mata kuliah
selanjutnya.
“Bel, lo mau kemana?” aldi tau
tau muncul dihadapannya. “Lo kenapa bel?” Tanya aldi cemas
“Bukan urusan lo! Minggir!”
bentak bella sambil mendorong aldi. Dia kembali melangkah.
“Nggak!” aldi meraih pergelangan
tangan cewek itu.
“Eh apa apaan sih lo?! Lo
nyakitin gue tau! Lepasin!” bella meronta ronta. Tapi percuma, cowok itu jauh
lebih kuat.
“Apasih mau lo?! Tantang bella
“Gue Cuma pengen lo berhenti
bersikap kaya gini ke gue!”tukas aldi tegas. “gue pengen lo ngomong lagi ke
gue. Gue mau kita kaya dulu lagi” suara aldi melunak
“In your dreams!” tukas bella ketus. “gue ga butuh lo atau siapapun
yang bersama lo! Ngerti?”
“Lo dulu ga kaya gini,” kata aldi dengan nada menyesal
“Lo dulu ga kaya gini,” kata aldi dengan nada menyesal
“Makasih buat perhatian lo,”
sahut bella tanpa memandang aldi
“Gue nyesel, bel. Gue…”
“Maaf gue buru buru, gue ga punya waktu dengerin rentetan penyesalan lo. Permisi!”
“Maaf gue buru buru, gue ga punya waktu dengerin rentetan penyesalan lo. Permisi!”
“Gue sayang lo. Dan gue yakin lo
juga masih sayang sama gue. Karena gue kenal gimana lo, Bel! Lebih daripada
siapapun.” Bisik aldi memandangi bella yang bergegas menuju gerbang.
***
Dalam sekejap cindai menyesap
habis minuman dingin yang mereka beli. Mereka duduk di bawah pohon mahoni yang
tua di sudut lapangan basket. Rindangnya pohon membuat mereka terlindung dari
sengatan cahaya matahari. Cindai duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
“Capek juga ya..” katanya
“Capek juga ya..” katanya
“Hmm…” gumam aldi setuju.
Dihabiskannya sisa minumannya. “Jadi?”
“Jadi apa?” Tanya cindai setengah tolol.
“Jadi apa?” Tanya cindai setengah tolol.
“Ndai, lo ga lupa kan kita
kesini buat apa?”
“Oh iya..” Cindai menepuk kening. “Gue nyaris lupa!”
“Oh iya..” Cindai menepuk kening. “Gue nyaris lupa!”
“Gue mau lo ngasih tau gue semua
yang lo tau tentang bella.” Kata aldi. “Sekarang juga.”
Cindai mulai bercerita sambil
menerawang, seakan kata katanya tertulis di langit biru. Diceritakannya semua
yang telah diceritakan bagas kepadanya
“Kenapa bella bersikeras
menghadapi semua itu sendirian ? padahal gue selalu siap membantunya.” Balas
aldi. “gue selalu mau tau keadaannya, apa aja yang dirasakannya, tapi dia ga
pernah nganggep gue ada. Gue ga tau apa salah gue, keadaan lah yang bikin gue
sama dia jadi serbasalah!”
Sesaat mereka terdiam
“Lo pasti sayang banget ya sama
bella. Yakan?” Tanya cindai tanpa menoleh. “Lo ngga perlu cerita kok tentang
dia. Gue rasa udah cukup yang gue ketahui tentang dia.
Aldi diam sejenak. “Benar, gue
emang sayang sama bella, tapi kalo boleh jujur….. gue juga sayang sama lo.”
Apa? Cindai yakin dia salah dengar. Ditatapnya aldi yang sedang
menatap nanar ke rerumputan di sela sela kakinya, seakan akan jawaban akan
datang dari rumput hijau yang bisu itu.
“Lo tadi bilang apa?!” Tanya
cindai kaget, masih ngga yakin dengan apa yang didengarnya barusan
Dia menatap ga percaya cowok
yang duduk di sampingnya itu. Tapi ngga ada keraguan di wajah yang tenang itu,
poni hitamnya tertiup sejuknya angin dibawah rindangnya pohon mahoni yang
melindungi mereka.
“Gue sayang bella, dan gue juga
sayang lo.” Ulangnya. “gue gatau sejak kapan perasaan itu muncul. Yang jelas,
makin hari rasa itu makin kuat di hati gue.” Ujar aldi lirih
“Tapi…” suara cindai tercekat.
Dia ga sanggup mengatakannya. Ini ga boleh terjadi, benar benar ga boleh!
Cindai langsung teringat pada salsha yang sangat memuja cowok ini. Sudah cukup
dia menahan perasaan melihat aldi selalu memperhatikan bella. Cewek yang
kemungkinan besar adalah cinta masa lalu aldi. Sudah cukup tanpa cowok itu
harus memendam perasaan yang sama terhadap cindai
“Lo jangan konyol, Al!” kata cindai seraya
berdiri, lalu pergi dari situ
-Bersambung-
Kritik saran mention @zaakyki :) makasihyaaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar