Rabu, 18 Desember 2013

Cerbung My Diary Part 7 Season 2


Hai :))
Hope you like!!!

Check this out!!
---
Cindai tetep diam. Dia ngga abis pikir, kenapa cowok ini bisa bersikap seakan akan ga ada apa apa. Apa dia ngga tau gimana perasaan cindai saat dia hilang? Bayangan bayangan yang sempat terlintas saat dia ga ada? Apakah cowok ini ngga ngerti perasaan cewek?
“Ini diaa tempat baksonyaa…” kata bagas sambil menepikan mobil. “Kalo pengen nyoba, kita bisa makan disini dulu.”
“Lo bisa berenti pura pura nggak sih?” Cindai menahan emosi. “Tujuan awalnya nggak kesini kan?”
“Emang nggak.. abis suasananya dingin sih, jadi perlu diangetin dulu..” ujar bagas.
Cindai mengepalkan tangan dan menatap lurus ke jalanan. Apa sih maunya cowok ini?!
“Ndai..” ujar bagas sambil menyentuh pundak Cindai
Refleks cindai menepis tangan cowok itu kuat kuat. Sehingga bagas kaget dibuatnya. “LO APA APAAN SIH?!” sergah cindai
“Ndai, lo kenapa sih?! Bagas berusaha tetap tenang.
“Ndai….” Bagas mendesah. Dia jadi serbasalah. “Lo kenapa? Gue salah, ya? Gue bikin lo marah? Gue bikin lo…”
“IYA!! GUE EMANG MARAH, GUE SEDIH, GUE KECEWA. PUAS?!” Cindai berteriak sekencang kencangnya. Tangisnya pecah. Dia menutup wajahnya dan menangis melepaskan perasaan yang tadi menghantam dadanya.
Bagas terdiam, tak tau harus bilang apa. Dia tau cewek itu memendam perasaan terhadapnya. Tapi bagas tidak mau membahasnya sampe mereka benar benar berada di tempat yang tepat. Namun, dia juga tak ingin diam diaman seperti ini.
“Maaf, ndai.. gue ngga bermaksud bikin lo marah.” Bagas membelai rambut cindai lembut. “Lo jangan nangis lagi ya.. kita lanjutin perjalanan.. bentar lagi nyampe kok”
Cindai masih menunduk. Diusapnya air matanya, kemudian mengangguk. “gue juga minta maaf” katanya kemudian
***
Jumat, 12 Desember 2013

              Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas. Gue marah, gue sedih, gue kecewa sama bagas.

-Cindai
---
“Nulis apaan sih?” Tanya bagas yang mengalihkan pandangan kea rah cindai
“Fokus nyetir aja!” ujar cindai lalu membuang muka
“Iyadeh..” balas bagas lalu kembali focus
Ditaronya buku itu dan segera tertidur.

Beberapa menit kemudian.

Cindai memandang keluar. Iya. Mereka sudah sampai di pantai yang pernah mereka datangi sebelumnya. Cindai tersenyum samar. Matahari memerah, namun belum tenggelam sepenuhnya.
“Ini apa?” Tanya cindai bingung sambil membuka kantong kertas itu
“buat lo ndai. Soalnya disini dingin banget. Inget, kan?” jelas bagas. “Dan gue gamau lo masuk angin terus sakit..”
Cindai menarik sweater biru itu dengan lembut dari dalam kertas. “Wooww..” spontan ia berseru. “Bagus banget…”
“Dipake yaa..”
Cindai menatap bagas sesaat, ragu gimana harus bersikap terhadapnya. Kalau teringat kejadian beberapa hari lalu, hatinya sakit lagi. Namun jika melihat sikap bagas yang lembut dan perhatian, hati cindai yang sebeku es seakan mencair begitu saja.
“makasih ya…” katanya sambil mengenakan sweaternya
Bagas mengenakan jaket pemberian cindai waktu itu, lalu mengajaknya keluar mobil. Mereka berjalan diam. Sesekali dia melirik cowok itu.
Sekelebat cindai teringat sesuatu, sesuatu yg dilihatnya ketika bersama aldi. Gak salah lagi. “Mobil itu,” cindai berkata ragu. “Bella, kan?”
Bagas heran cindai tau. “iya..” jawabnya singkat.
Semakin jelas, batin cindai. Mereka pasti lebih dekat daripada yang disangkanya. Mereka pasti lebih sering menghabiskan waktu bersama dibanding dengan cindai. Hal hal kecil seperti itu membuat cindai merasa tersingkir. Dia benar benar ingin mengeja ombak dan segera menumpahkan isi hatinya.
Bagas menggenggam tangan cindai, dan seakan membaca pikirannya, mengajak cindai mendekat ke pantai . hanya ada mereka dan ombak. Cindai menatap batas langit. Sedikit diatasnya tampak matahari bersemu merah terlihat jauh lebih besar dan bulat, beranjak pelan ke peraduan.
Mereka melangkah diem dieman. Bagas ngga memperlihatkan gelagat ingin menjelaskan sesuatu. Cindai pun menikmati kebisuan itu. Mereka menyusuri pantai, lalu beranjak sedikit menjauhi ombak.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, bagas duduk di pasir dan cindai mengikutinya. Cowok itu sepertinya masih sibuk dengan pikirannya sehingga Cuma diam memandang nanar jauh ke hadapannya.
“Jangan pernah tinggalin gue kaya gitu lagi.” Cindai memecah keheningan. Tiupan angin membuat perasaannya tenang.
Deg. Seperti déjà vu. Nyaris dalam mimpinya tempo hari dengan Chelsea. Cindai teringat sekilas banyangan Chelsea yang mengatakan hal yang sama kepadanya..
Bagas menoleh dan menatap Cindai sesaat, lalu pandangannya lurus lagi ke depan. “Gue emang mau minta maaf soal itu.” Ujarnya sungguh. “Maaf gue udah bikin lo marah. Bikin lo kecewa.”
Dan untuk itulah kita disini,Cindai berkata dalam hati. Awalnya dia ingin marah marah sepuasnya, begitu mendapat kesempatan bicara . dia ingin menumpahkan semuanya, semua yang telah ia tahan selama ini, semua yang membuat hatinya pedih.
Apapun. Apapun yang akan dikatakan cowok ini sekarang, cindai akan mendengarnya. Ngga peduli itu baik atau buruk. Apapun itu, tumpahkan saja.
“Maaf.” Ulang Bagas. “Waktu itu gue kalut. Ngeliat bella kaya gitu, gue ga bia ninggalin dia. Gue serbasalah, dan gue terdesak oleh 2 pilihan. Gue sadar bella tanggung jawab gue, jadi…”
Lo memilih bella, di dalam hati cindai ngelanjutin kata kata yang ngga sanggup diutarakan cowok itu. Perasaannya kembali sesak. Dia merasa kalah, merasa kembali tersingkir, merasa bukan siapa siapa, merasa orang asing dan merasa ngga berarti. Dia menyesal mendengarnya, tapi ini kenyataan yang ngga bisa dipungkiri. Apakah ngga ada kata yang lebih halus lagi? Pikir cindai. Digenggamnya pasir sekuat tenaga namun butir pasir itu melarikan diri dan jatuh kembali. Seandainya gue juga bisa melarikan diri semudah dan secepat itu, batin Cindai.
“Tanggung Jawab?” Cindai bertanya pelan, lebih kepada diri sendiri. Gue emang bukan siapa siapa lo, sekarang lo bebas ngutarain kedekatan lo dengan bella. Ya, ya, sakitin aja perasaan gue terus.
“Betul, bella emang bukan pacar gue, tapi apapun yang terjadi sama dia, gue ngga bisa mengabaikannya karena…”
“Udah! Lo jangan berbelit belit! Nggak usah pake ucapan ucapan ngga mutu itu! Ngga usah ngerangkai kata kata indah buat sekedar ngomongin ini.” Akhirnya Cindai meledak juga. Susah payah ia melapangkan hati dan menahan perasaan, tapi akhirnya ngga tahan juga.
“KALO LO MAU CERITAIN KISAH INDAH LO SAMA BELLA, APAPUN TUJUAN LO, LANGSUNG AJA! GUE DENGERIN! BIAR LO PUAS! BIAR LO SENENG!” bentak Cindai seraya bangkit dan berdiri. Dia mulai menangis, berusaha tidak bersuara.
“Ndai…” kata bagas meraih tangannya.
“UDAH!!” Cindai merenggut tangannya dan berlari menuju ombak. Dibiarkannya ombak menelan sedikit kakinya agar perasaan amarahnya sedikit mereda.
Bagas bangkit dan berlari menyusulnya. “TAPI INI BUKAN TENTANG GUE DAN BELLA, NDAI!” serunya
“TERUS SIAPA LAGI?” Cindai ngga mau kalah.
Lama mereka sama sama diam, mengatur perasaan, membujuk emosi mereka agar reda. “Oke gue dengerin lo.” Kata cindai tenang. Dia berusaha meredam api yang menari nari dihatinya
Mereka kembali ke tempat tadi dan duduk sesaat dalam diam, memandangi titik terakhir matahari itu. Pelan langit mulai gelap sementara bias merah senja masih terlukis indah di ujung sana.
“Ini tentang bella, dan mamanya.” Bagas mulai bicara
“Mama Bella udah lama dirawat di panti rehabilitasi.” Lanjut bagas pelan. “Seharusnya nggak lama lagi mamanya udah bisa pulang dan ngumpul lagi bareng bella. Tapi hari itu bella dapat kabar kalau mamanya… mencoba bunuh diri lagi.”
“Lagi?” ujar cindai spontan. Dia membayangkan dirinya berada diposisi bella. Menyedihkan. Cindai menoleh dan memandang bagas penuh tanda Tanya.
“Ya, untuk kedua kali. Gue juga ngga tau pasti kenapa mamanya bisa bertindak seperti itu. Padahal hanya dia milik bella saat ini. Gue tau derita batin yang dialami bella jauh lebih berat daripada yg bisa gue bayangin. Walaupun dia selalu berusaha meyakinkan gue bahwa dia baik baik aja. Gue sampe nggak abis pikir kenapa cewek kaya bella bisa tegar menghadapi semuanya.”
“bella hanya memiliki mamanya?”
“Ya gitu deh… tapi bella ngga cerita banyak tentang itu. Yang gue tau, bella berasal dari keluarga yang Broken home. Waktu orangtuanya bercerai, bella dipaksa ikut mamanya, meskipun hal itu sangat bertentangan dengan keinginannya. Merekapun pindah kesini dan tinggal di apartmen”
“Sejak itu hidup bella berantakan. Karier mamanya hancur dan dia memperlakukan putrinya dengan buruk. Bella menjadi pelampiasan kekecewaannya saat dia dilanda masalah.”
Cindai ngga tau harus ngomong apa. Yang jelas dia merasa beruntung memiliki mama yang sangat menyayanginya. Menyadari itu rasa kasian pun muncul dihatinya. Dia sendiri nggak mungkin bisa setegar bella.
“Dan selama itulah gue selalu berusaha jadi sahabat bella. Gue berusaha selalu ada saat dia butuh gue, saat dia sendirian atau ketakutan.”
Sekelebat rasa cemburu datang membakar hatinya. Namun dia mencoba tetap tenang untuk mendengarkan.
“Gue membantu sebisa gue. Ketika bella tau mamanya mencoba bunuh diri, dia langsung lari ke gue. Akhirnya gue minta tolong ortu gue buat nolong nyokap bella. Sejak itu mama bella aman bersama ortu gue, terutama nyokap. Dan selama itu pula bella dititipkan ke gue. Gue ngejaga dan ngawasin dia. Biar bella ngga salah arah. Biar dia ngga macem macem. Karena gue sendiri sadar bella labil dan nekat.”
Cindai terdiam lama sekali. Semua jadi jernih dan jelas baginya. “Keadaan mama bella gimana?” Tanya cindai sambil menerawang jauh ke langit
“Baru melewati masa kritis, jadi kami bisa pulang dari panti. Tapi dia masih belum sadar, jadi masih harus dirawat.”
“Terus kenapa kalian balik?” Tanya cindai
“ada tugas mata kuliah besok. Jadi kami memutuskan untuk pulang dulu.” Jawab bagas singkat
“Terus bella? Apa dia ngga apa apa ditinggal… sendirian?”
“Nggak masalah. Malah dia yang nyaranin gue untuk ketemu lo” balas bagas
Sebelum cindai sempat bertanya kenapa, cowok itu melanjutkan, “Dia ngomong sebelum gue minta.”
Cindai tertegun. Banyak hal yang ngga terduga yang diketahuinya malam itu.
“Kenapa?”
“Entahlah…” sahut bagas pasrah. “Tapi yang jelas, bella ngga buta, ngga tuli dan dia juga punya perasaan. Dia sadar perbuatannya salah karena terlalu memonopoli gue, dan menghalangi cewek cewek lain yang mau temenan sama gue. Tapi disisi lain dia juga adar ada satu hal yang ngga bisa dia halang halangin. Dan itu adalah……. Perasaan gue.”

-Bersambung-

Kritik & saran mention @zaakyki ya :) 

1 komentar:

  1. kk.. maaf aku lagi bosan jadi aku ngacari cerbung.aku baca cerbung ini udah ampe part 9 season 2 tapi kok ga ada sambungannya?? pliase kk ganttungg !!

    BalasHapus