Selasa, 23 Desember 2014

Cerpen Slow Down, Baby! (BaDai)


Dia menghalangi jalan Cindai (lagi), sudah 2 hari belakangan ini dia – Bagas selalu menghalangi Cindai saat mau masuk kelas. Cindai sih Bodoamat, malah ada inisiatif mau ngerjain. HAHA
“Misi dong..” ujar Cindai
“Nggak.” Balas bagas
“Misi kekk…” Cindai mulai merasa kesal
“nggak mau!”
“Eh itu apaan?” Ujar Cindai tiba tiba sambil menunjuk sebuah pohon. Bagas tak refleks menoleh.
“Gak bisa lo kibulin gue lagi.. Dari 2 hari yang lalu itu terus caranya haha..” bagas sedikit tertawa
Cindai menempelkan badannya ke dinding, “Jadi lo mau apasih?” Tanya Cindai
“Gak ngapa ngapain.” Jawab bagas selow.
“Minggir kek udah mau masuk tau!” bentak cindai beranjak dari sandaran temboknya
“Gue minggir kalo lo mau ini nih…” ujar bagas sambil menunjuk nunjuk pipinya
“Ewh… udah ah minggir.” Cindai menyingkirkan bagas dengan paksa dari hadapannya, lalu dia pergi ke kelas.
“GUE GAK AKAN NYERAH NDAI!!” teriak bagas.
‘Bagas apa apaan sih?!’ batin Cindai disela larinya.
---
Di kelas Cindai sedang ada pelajaran Fisika. Ewh ewh ewh… pelajaran yang paling menjijikan untuk gadis kelas 11 ini. Cindai sedang memikirkan cara menghitung sebuah jarak pandangan ikan dari dalam akuarium ke pandangan manusia diluar akuarium, dengan mengetuk ngetukan pensilnya ke meja ia mulai berpikir.
‘Pikir cindai pikirrr!!!’ batinnya memberontak. Karena sudah susah payah dan hasilnya sia sia, ia menyalakan lagu dari ponselnya dan segera ia dengarkan menggunakan headset sambil menaruh kepalanya di tumpukkan tangannya menghadap jendela.
Tiba tiba cowok yang tadi pagi menghalangi jalannya melewati kelas Cindai. Hanya lewat. Fiuhhhh……
Tak lama cowok itu – Bagas kembali melewati kelas Cindai, berbeda dengan yang tadi kini langkahnya lebih dipelankan.

DAG DIG DUG….
‘Mau ngapain dia?!?!’ Batin cindai panic.

Bagas berhenti lalu menghadapnya. Dari dalam Cindai merasa was was. Apa yang akan bagas lakukan ?

setelah itu, Bagas mengangkat sebuah Karton besar bertuliskan “HAI CINDAI!” diturunkannya tulisan itu, tidak habis. Dia mengangkat lagi tulisan yang baru yang bertuliskan “SEMANGAT YA BELAJAR FISIKANYA!!” tidak berhenti disitu! Ada lagi!! “ABANG BAGAS SELALU NGESUPPORT NENG CINDAI MWAHHHH… :*<3” Kini sudah habis.

‘EWH BAGAAAAAAAAAAAAAAS’ Batin cindai berteriak dengan sejadi jadinya! OMG!!
---
“Ndai, kenapa sih lo gak mau nge respon bagas sedikitpun?” Tanya Chelsea
“iya nih cindai… padahal kalo gue liat sih Bagas beneran serius.” Sahut Marsha
“Apaan sih lu berdua. Kalo lu berdua mau, ya ambil aja sana. Gue sih gak mau!” balas Cindai ketus sambil menyeruput Es teh manisnya
“Ciusss? Nanti benci bilang cinta lohhh…” ledek Chelsea. Marsha hanya mengedipkan mata
“Ewh gue ga akan kali cinta sama dia.”
“Gini deh, Bagas ga ada kurangnya tau menurut gueyaaa….. jadi ga ada satu cewekpun yang gak akan gak suka sama bagas.”
“Kecuali gue.” Sahut Cindai cepat.
“lagian sekarang lagi banyak cowok yang model model kaya bagas tuh. Eh ujung ujungnya PHP doang pas kita udah berharap kejauhan. Pokoknya gak mau! Dan ga akan mau!!” Lanjut Cindai
“Ihhhh ni anak yaa!!”
“Gue yakin ndai, cepat atau lambat lo bakal suka sama bagas kalo lo diperlakukan begitu terus.” Ujar Marsha
“Let us see~~” balas Cindai dengan enteng
“Yaudah yuk balik ke kelas, udah mau bel nih.” Ajak Chelsea
“Sipsip.. gue bayar dulu ya es tehnya, kalian duluan aja.” ujar Marsha
“Daahh…” Cindai dan Chelsea meninggalkan Marsha dikantin.
---
Hari Jumat, yeay! Hari dimana besoknya adalah hari libur!!! Cindai menuju kelas dengan sedikit berlari senang. Eitsss…. Kemana Bagas? Entahlah. Yang jelas Cindai sedang senang karna tidak ada yang menjadi moodbreakernya dipagi buta ini.
“Haaaai..” sapa Cindai saat masuk ke kelasnya.
“Haaii cindai..” balas Marsha
“Chelsea belom dateng?” Tanya Cindai
“Lo udah berapa taun sih sebangku sama Chelsea?” Tanya Marsha balik
Cindai menunjukkan 4 jarinya. “Udah 4 taun kan? Kan lu tau dia ratunya te-lat.” Cerocos Marsha
“Oh iya haha….” Ujar Cindai lalu duduk dibangkunya.
Cindai hendak mengambil kartonnya di laci meja, dia merasakan ada yang tajem tajem di jarinya.
‘Apaan nih?!’ pikir cindai langsung memeriksa lacinya.
“Bunga mawar?!” Ujar Cindai kaget saat menarik benda itu dari lacinya. Begitupun Marsha.
“Aduh… Bagas pasti HAHA.” Ujar Marsha lalu kembali berkutat dengan PR matematikanya.
“Ada kertasnya, Sha..” balas Cindai. “He’eh…” Marsha masih terus focus. “Katanya apaa?” Tanya Marsha tanpa sedikitpun menoleh
“Ini nih… Nomor 1. Cintaku ke kamu tuh kaya kecoa. Ga punah dimakan zaman, Yang ke-2 Aku bakalan berenti cinta sama kamu kalo gajah udah bisa terbang sendiri, Ke-3 Daripada daftar jadi Boyband mending aku daftar jadi Boyfriend kamu aja, terus yang terakhir  Enak ya jadi kamu, kalo mau liat bidadari tinggal liat di kaca. Hehehe With Love Abang Bagas. Jijik gak sih SHAAAAAAAAAAAA?!” ujar Cindai
“Ahahahahaha…. Gue…gue…. Gueee mau ketawa njirrr…. HAHAHAAH..” ujar Marsha
“tuhkannn-_______- Marsha serius ahh..” Cindai mulai ngambek
“Hehe iyaiya… gak jijik sih, tapi garing haha… Bagas bagas…”

Tiba tiba Chelsea datang. “Eh eh ada apasih? Ketawa lo shaa sampe kedengeran ke deket IPS1.” Ujar Chelsea
“Nih baca..” Cindai memberi kertas yang tadi ia bacakan

Hening….

“AHAHAHAAHAHAHHAAH….. Ndai kok lo punya gebetan gini amatsihhh? HAHAHAHA…” Chelsea ketawa kenceng juga.
“Ih kalian apa apaan sih-_- gue jadi males deh..” Ujar Cindai lalu pergi ke kantin.
Sementara Cindai pergi, Marsha dan Chelsea meneruskan tertawanya. HAHAHAHA(???)
---
Diperjalanan ke kantin, Cindai memikirkan tentang bunga yang masih dipegangnya itu.
‘Apa bagas beneran serius? Gue takut diPHPin lagi kaya waktu itu sama kak Cakka. Ah bodo!’ Pikir Cindai lalu membuang bunganya ke tong sampah.
“dasar Cowok!!” makinya lalu meneruskan jalan.
Apaan tuh? Tanda panah? Cindai melihat tanda panah berwarna biru di dinding sebelahnya yang menunjukkan lurus. Cindai mengikutinya, dan tak lama sampai di tanda panah berikutnya yang berwarna merah menunjukkan ke arah tangga bawah. Cindai terus mengikuti sampai akhirnya berhenti di depan ruang OSIS. Cindai mencari cari tanda panah selanjutnya. Gak ada! Cindai terpaku dengan tulisan di pintu ruang OSIS yaitu “I am here…”

Cindai membuka knop pintunya pelan. Gelap.
“Masuk aja. Gausah takut.” Ujar seseorang.
‘Suara itu?!’ batin Cindai
Ada yang menariknya dari dalam dengan paksa lalu menutup pintunya.
“Ih lepasin!!!” berontak Cindai
Tak lama lampu menyala. Dihadapannya ada seseorang yang paling ia tidak sukai. Ya, Bagas.
Walaupun disekelilingnya ada aksesoris aksesoris layaknya acara ulang tahun, Cindai tetap ingin berontak. GAK SUKA!!
“Lo mau apalagi sih, Gas?” Tanya Cindai
“Gue Cuma mau ngomong kok sama lo.” Jawab bagas
“Ngomong apa?” Tanya Cindai lagi
“Gue… gue mau ngomong kalo gue itu suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?” tutur Bagas to the point.
“Kenapa harus gue?” Tanya Cindai
“Ya karna hati gue udah milih lo.” Jawab Cindai
Cindai geleng geleng, “Terus alesan lo mau jadi pacar gue itu apa?” Tanya Cindai lagi
“Karna lo cantik, friendly, pinter nyanyi, bersih, pinter biologi, rajin dan lain lain. Pokoknya banyak deh.” Jawab bagas. Bagas tak mau menyerah.
“Salah. Jawaban lo salah. Gue gak mau jadi pacar lo.” Ujar Cindai
“Kenapa? Itu kan jawabannya? Karna lo perfect?”
“Bukan. Yang namanya orang jatuh cinta sama seseorang itu gak dilandasi alasan. Kalo lo bisa nyebutin alasan kenapa lo suka sama gue, pasti lo suka sama gue karna ada alasan itu, coba kalo ga ada alesan yg tadi lo sebutin, mana bisa lo jatuh cinta sama gue?” Jawab Cindai.

SKAK!!!
Lidah bagas beku. Tak bisa berkata kata.

“Diem kan lo? Haha yaudah lahya.. bye” ujar Cindai lalu membuka pintu sedikit.
“Ndai… jadi jawaban lo apa?” Tanya Bagas
“Liat aja nanti. Lo harus buktiin selama 3 hari untuk nyenengin hati gue. Dimulai dari hari senin!”
“Oke!” tutur bagas mantap.
Cindai meneruskan jalannya keluar pintu meninggalkan Bagas
---
Cindai terus nyanyi nyanyi didepan cermin dikamarnya. Ia membayangkan ada bagas didepannya sebagai objek.
***
She – Slow down, Baby.

Slow down baby...

Take it easy just let it flow...

No, no, no, no... tunggu dulu
Cinta jangan buru-buru
Karena ku rasa terlalu cepat      
Ku takut semua palsu

o, no, no, no... tunggu dulu
Cinta jangan buru-buru
Masih ada banyak waktu
Biarkan cinta mengalir
***
“Haha bagas bagas…”
---
Sejak hari jumat, cindai masih ingat tentang perjanjian dia dengan bagas. Mana bagas?
Cindai melewati koridor, seluruh mata yang berada dikoridor melihatnya dengan bengong.
Bagas tiba tiba keluar dari kelasnya, yaitu IPA 4.
‘Ini saatnya…….’ Batin Cindai girang. Cindai mendekat ke Bagas, terus mendekat dan pas didepan Bagas.
Bagas terlihat kaget dengan Cindai makanya dia bengong
“Kenapa lo?” Tanya Cindai
“Kaget?” Tanya-nya lagi. Siapa yang gak kaget? Cindai yang awalnya selalu fashionable, dipagi itu juga mendadak culun! Dia mengenakan kacamata merah besar, Rambut dikepang dua, gigi dibehel, pake baju seragam dimasukin, rok semata kaki dan membawa tas kecil di punggungnya.
“Udah ah misi. Gue mau lewat.” Ujar Cindai lalu menyingkirkan Bagas
‘Cindai kenapa? Ah gue gak boleh terpengaruh. Inget gas, inget!!’ batin Bagas lalu kembali masuk ke kelasnya.
---
Cindai telah sampai dikelasnya, Cindai langsung duduk disamping Chelsea. Chelsea sedang memainkan ponselnya sehingga cindai dateng aja ga tau-_-
“Chel…” Ujar Cindai sambil menggoyangkan bahu Chelsea
“Hah?” Chelsea nyaut tapi ga nengok
“Chel…” Cindai
“Apasi??” Chelsea menoleh ke Cindai. “NDAII!??!?!?”
“hehehe….” Cindai cengengesan memperlihatkan behelnya.
“Lu kenapaaa?” Tanya Chelsea sambil memandang Cindai
“Gak kenapa napa….” Balas Cindai
“Penampilan lo ndai…….” Kata Chelsea
Gak lama Marsha dateng dan melihat Cindai. “CINDAI??!?!?!” marsha menampilkan mimik muka kaget.
“Lo ngapain sih ?” Tanya Marsha
“Gapapa.. kenapa sih lo pada?” Tanya Cindai
Chelsea dan Marsha hanya geleng geleng.
“Nah yaudah kan? Masalah sama kalian?” ujar Cindai lalu pergi.
“Cindai kenapa sih?” Tanya Marsha
“Mana gue tau-___- lagi salah otak kali.” Jawab Chelsea
---
Bel masuk berbunyi. Kali ini pelajaran Biologi. Pelajaran yang paling Cindai sukai! Yeay!

“Siapa yang bisa menuliskan daur hidup Fasciola hepatica? Ayo maju ke depan.” Ujar bu Raja
“Saya!!” Cindai mengacungkan tangan
“Iya Cindai silakan..”

Cindai langsung maju ke papan tulis, mengambil spidol saat dia menulis daur hidup itu seperti ada bayangan bagas yang memperhatikannya dari luar. Dia seketika menoleh. TAP!! Bagas ada disana.
‘Bagas ngapain?!’ batin Cindai. Segera Cindai menulis daur hidup Fasciola hepatica-nya dengan salah. Lalu menaro spidolnya ke tempat spidol lagi.

“Cindai! Kamu apa apaan? Kenapa jadi nyambung ke daur hidup kupu kupu?? Kalo kamu gak bisa ngerjain, gak usah sok sok-an deh!” ujar bu Raja sambil menghapus pekerjaan Cindai.

YES! Berhasil. Dia melihat wajah kecewa bagas dari luar. Can you hold it anymore, Gas? Haha.
Bagas pergi dari koridor kelas Cindai.

Bel istirahat berbunyi.

“Ndai, kantin yuk?” Ajak Chelsea
“Gue bawa bekal chel..” jawab Cindai
“HAH?” Chelsea kaget
“Kenapa?”
“Lo kan paling gamau disuruh bawa gitu gituan. Ribet kan?” sahut Marsha
“Hmm yaudah lahyaa… lagian makanan dikantin udah ga terlalu enak.” Balas Cindai
“yaudah deh.. kita ke kantin dulu ya..” Chelsea dan Marsha sudah ngacir ke kantin

“Ih ribet banget sihhhhh ini buka-bukanyaaa-____- “ gerutu Cindai saat ingin makan
Tak lama Bagas dateng. “Hey, Ndai.” Sapa-nya
“Hai.” Balas Cindai datar
“Tumben bawa bekel.”
“Masalah banget?” Tanya Cindai judes
“Gak sih…” balas bagas sambil memperhatikan Cindai
Cindai membuang plastik bekas lauknya ke laci.
“Ndai? Kok lo buang plastiknya dilaci sih?” Tanya Bagas
“Kenapasih?!” Jawab Cindai dengan nada sedikit tinggi
“Gaboleh lah. Sini gue buangin.” Ujar bagas
“oh mau buangin. Nih” Cindai memberi plastik nya ke bagas lalu Bagas segera membuangnya ke tong sampah.
“Bilang apa?” Tanya Bagas
“Bilang apaan?” Tanya Cindai balik
“Makasih gitu.”
“Lo gak ikhlas?” Tanya Cindai lagi
“Bukan gitu.” Jawab Bagas
“Ih mending lo diem gas.” Cindai menggebrak meja dan minumnya yang belum ditutup jatuh mengalirkan air putih segar ke lantai.
“Yah jatoh kan….” Ujar Cindai.
‘Aha… I know…’ batin Cindai sambil senyum senyum

Cindai menaro kakinya di atas genangan air itu. Dikecipak kecipuk(?)in kakinya lalu menimbulkan air yang keruh begitupun lantainya..
“Sekalian nyuci sepatu kemaren abis main basket ditanah tanah..” ujar Cindai ke Bagas.
‘Gue liat gimana reaksi lo Gas… HAHA’ batin Cindai merdeka!!

Bagas pergi dari hadapan Cindai.
“Tuh kan udah ga kuat dia sama gue haha.” Ujar Cindai pelan sambil melanjutkan makannya.

5 menit kemudian, Bagas datang lagi. Kini dia tidak dengan tangan kosong. Melainkan tangan kanan membawa Es teh dan tangan kiri membawa pel-an.
“Nih..” bagas menyodorkan estehnya ke Cindai lalu mengepel lantai yang basah dan kotor itu.
‘Bagas….’ Lirih batin Cindai. ‘Engga ndai… itu Cuma acting!!!’

“Udah bersih deh…….” Ujar Bagas dengan senang
“Mau lo apa sih?!” Cindai bangun dari duduknya.
“Gue Cuma mau bantu lo kok.” Balas bagas
“Gue gak perlu bantuan lo!” Cindai meninggalkan Bagas dan alat alat makannya yang belum dibenahi.
Bagas terus sabar sambil membenahi alat alat makan Cindai lalu kembali ke kelasnya.
---
Cindai telah sampai dikantin, pandangannya menyapu seluruh meja dikantin untuk mencari Chelsea Marsha. Itu dia! Cindai menghampiri Chelsea Marsha

Tanpa basa basi Cindai langsung duduk di samping Chelsea Marsha.
“Kenapa sih ndai?” Tanya Chelsea
“Bagas nyebelin tau gak!” ujar Cindai
“Kenapa?”
“Dia tuh tadi blablabla..” Cindai ngejelasin dari A sampe Z
“Itu dia gak nyebelin! Gue aneh sama lo. Lo cewek tapi gamau digituin sama bagas. Semua Cewek mana ada yang gak mau diperlakukan gitu Ndai sama bagas. lo normal gak sih?” Marsha meletakkan tangannya ke jidat Cindai
“Gue normal lah. Tapi gue tuh trauma ttg cakka. Lo berdua tau kan?!” balas cindai menepis tangan Marsha
“Gak semua cowok kaya Kak Cakka, Ndai!” balas Chelsea
“Lo gak percaya sama lawan kata? Ada gelap ada terang, ada sakit ada bahagia, Ada Permainan ada Keseriusan, Ndai. Lo gak bisa seenak udel ngejudge bagas gitu.” Cerocos Marsha
“Whatever.” Ujar Cindai meneguk es jeruk Marsha.

Tak lama, Bagas datang ke kantin.
‘Ngapain lagi sih tu anak?!?!?’ Batin Cindai
“Ehm… permisi kak, boleh gabung gak? Meja-nya udah penuh nih.” Ujar adik kelas Cindai, Chelsea dan Marsha
“Hmmm bo…” omongan Chelsea terpotong.
“Gak! Gak boleh. Masih ada yang kosong juga. Sana sana!” Cindai berbicara dengan nada keras sambil melirik lirik ke arah bagas.
Bagas mendengar dan langsung menghampiri Meja CeChiSha.
“Dek, kamu boleh duduk di meja kakak.” Ujar Bagas ke adik kelas tadi
“bener kak? Makasih..” ujar mereka langsung ngacir
‘OH SHIT!!!!!!! KENAPAAAAAAAAAAAAA?’ batin Cindai menggelegar
“Gue duduk sini ya?” Tanya bagas
“Iya..” balas CheSha.
“Kenapa gitu sih ndai sama adek kelas?” Tanya Bagas
“Lo kesini Cuma mau nyeramahin gue? Iya?” Jawab Cindai
“Bukan gitu.. tapi….”
“Talk to my hand gas!” Cindai meletakkan telapak tangannya di depan muka bagas.
Setelah lama bagas nyerocos, Cindai udah gak tahan dan memilih untuk pergi.
“Cindai!” panggil bagas dan segera bangkit untuk mengejar namun tangannya digenggam Chelsea
“Gausah dikejar, Gas.” Ujar Chelsea
“Duduk deh. Kita mau Tanya.” Sahut Marsha
Bagaspun duduk kembali sambil menyaksikan kepergian Cindai.
“Sebenernya lo tuh blablabla” Marsha nanya nanya
“Blablabla…” Bagas membalas.

10 menit kemudian,
“Oh gitu… oke! Pertahanin ya Gas! Fighting!” Kata Chelsea begitupun Marsha
“Sipsip. Makasih ya!” ujar Bagas lalu kembali ke kelas.
---
‘Mereka apa banget sih?!?! Kok gue jadi diceramahin gitu -_- ah bodo.’ Batin Cindai.
---
Pelajaran seni music!!!! OMG ini pelajaran Cindai banget!
“Bernyanyi trio. Cindai Chelsea Marsha tolong contohkan lagu ini ya.” Ujar bu Bertha. Cindai Chelsea Marsha memang selalu disuruh mencontohkan untuk semua murid karena mereka bertiga lah yang mempunyai suara yang sangat bagus dan mengikuti Ekskul Paduan suara. Cindai dan Chelsea di Sopran sedangkan Marsha di Alto.
Cindai Chelsea Marsha lalu menghampiri bu Bertha.
‘I have a dream?’ pikir Cindai.
“Contohin dengan bagus ya.” Ujar Bu Bertha
“Siap!” balas CinChelSha

***
I have a dream – Westlife

Chelsea :
I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything

Marsha :
If you see the wonder (wonder) of a fairy tale
You can take the future even if you fail

Cindai :
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels

‘Ada Bagas!’ batin Cindai
Cindai menjelek jelekkan suaranya.

When I know the time is right for me
 I'll cross the stream - I have ….
***
“STOP!! Ada apa dengan kamu Cindai? Kenapa kamu tidak sampai nada tinggi padahal kan kamu sopran?” Bu Bertha marah
“Saya males bu ngambil nada tinggi. Capek!” balas Cindai enteng
“Duduk kalian! Biar ibu yang mencontohkan.” Ujar bu bertha langsung mencontohkan.

Cindai langsung duduk dan melihat Bagas, kebetulan Bagas juga sedang melihatnya. Dia memasang wajah kemenangan!
---
Hari senin sudah berlalu. Sekarang adalah hari selasa. Cindai melakukan hal yang sama kepada bagas seperti hari senin! Namun, bagas tetap pada pendiriannya. Dia tidak akan menyerah sebelum dapat menaklukkan hati seorang Cindai!
Cindai sedang mengerjakan PR PKn dikelas, tiba tiba bagas dateng.
“Hai ndai.” Sapa-nya
Cindai tidak menjawab.
“Ndai? Lo ngapain sih?” Tanya Bagas
“Ngerjain pr.” Balas cindai tanpa menoleh
“Kok tumben?” Tanya Bagas
“Suka suka”
“Mau gue bantuin?” Tanya Bagas
“Mau! Atau ga lo aja yang ngerjain pr gue? Masih 45 soal sih, yaa tolong deh. Gue males banget! Daaahh.. Pas masuk harus udah selesai loh.” Ucap Cindai lalu pergi dari hadapan Bagas.
Bagas langsung mengerjakan pr Cindai itu. Apa boleh buat selain soalnya banyak, waktupun tidak memihak pada Bagas. Bel masuk telah berbunyi. Bagas bergegas ke kelasnya.

Cindai kembali dari kantin, dan melihat bukunya tersusun rapi diatas meja.
“Udah selesai tuh?” ujarnya lalu duduk dibangkunya.
Dibukanya buku latihan PKn-nya itu. Udah 40 soal. Kurang 5 lagi sih, tapi yaudah lah.
Ada kertas juga. Bertuliskan ‘Kalo ngerjain PR, dirumah ya Miss Rajin… Oh iya maaf nih gak selesai Cuma sampe nomor 40, kurang 5 soal lagi. Maaf ya. Tapi masa gak bisa sih 5 soal doang? Hehe…’

‘Yatuhan… gue jahat banget apa? :(‘ batin Cindai
---
Hari selasa telah berlalu. Kini hari rabu, dimana hari terakhir kesempatan bagas untuk menyenangkan hati Cindai. Bagas mencari cari dimana letak anak itu.
Nah kantin! Bagas berlari menuju kantin dan langsung menemukan Cindai.
“Perjanjian kita sampai kapan?” Tanya Bagas didepan muka Cindai
“Kenapa? Udah gak kuat lo? Sekarang juga bisa diudahin!” balas Cindai berdiri
“Gak gitu. Gue butuh kepastian!” ujar Bagas
“Tunggu aja~” Balas Cindai pergi.
---
Cindai sampai dikelasnya. Dimeja-nya tertempel kertas berwarna pink yang bertuliskan ‘Gue tunggu lo di taman depan jam setengah 7. Don’t be late miss Rajin. Yours, Bagas.’

“Sekarang gue tau seberapa seriusnya lo ke gue, Gas.” Ujar Cindai sambil memeluk kertas pink itu. Chelsea dan Marsha dateng dan kaget melihat cindai memeluk kertas.
“Ndai!” panggil Chelsea.
“Eh kalian….” Cindai kaget dan refleks menyembunyikan kertas pink itu.
“itu kertas apa?” Tanya Chelsea
“Bukan apa apa..”
“Mau rahasia rahasiaan nih? Sha!!” Chelsea meneriaki Marsha. Marsha mengerti.
Marsha mengelitiki cindai sementara Chelsea mencari cari kertas yang disembunyikan cindai.
“Ahahahahah Geli….geli shaaa!!” Cindai
“Serahin duluuu baru berenti….”
“Ini…” Cindai memberi kertas itu ke Chelsea.
Chelsea membacanya.
“Ini kertas dari bagas kan?” Tanya Chelsea
Cindai mengangguk.
“Kenapa lo peluk peluk?” Tanya Marsha
“Hmm…”
“Kan udah gue bilang, cepat atau lambat lo pasti bakal suka sama tu anak! Gak percaya sih!” ujar Marsha
“Iya deh. Kali ini kalian menang dan gue kalah. Gimana nihhh? Dia ngajak ketemu jam setengah 7 nanti…” ujar Cindai
“Slow dow, baby. Kita bakal bantu lo!” ujar Marsha
“Eitss tapi gak dengan penampilan lo yg ini.” Sahut Chelsea
“hehehe…” Cindai memeluk kedua sahabatnya itu.
---
Bel pulang sekolah terlah berbunyi. Dengan cepat, Chelsea Cindai dan Marsha lari menuju gerbang, masuk mobil dan caw kesalon mama Marsha. Setelah sampai disana, Cindai langsung divermak(??) didandanin deng…

3 jam berlalu.

“Cindai lama amatsih-_-“ ujar Marsha bosan
“Tau nih..” balas Chelsea

Tak lama, Cindai keluar dari tirai(?) Marsha dan Chelsea melongo ngeliatnya.
“Ndai, lo cantik banget astaga..” ujar Chelsea
“hehe.. berkat bantuan kalian nih…” balas Cindai
“Hmm.. bagas gak akan nyesel ndai berjuang buat lo.. gue yakin!” sahut Marsha
“Mulai deh lo…”
“hehe… ayodeh! Keburu setengah 7 loh, sekarang udah jam 6 lewat..” Mereka bertiga jalan menuju mobil dan langsung pergi ke taman yang menjadi tempat pertemuan Bagas dan Cindai.

Pas setengah 7 mereka sampai. Tidak ada tanda tanda orang akan mengadakan makan malam atau pesta sejenisnya. Yang ada hanya pohon pohon dan lampu taman yang menyala.
“Mana bagas?” Tanya Chelsea
“jam berapa?” Tanya Cindai balik
“Setengah 7 lewat 5.”
“Tunggu dulu deh..” ujar Cindai lalu duduk dibangku taman.

Mereka menunggu dibangku sampai jam 7 pas. Bagas belum datang.
“Tuh kan, gue bilang apa! Bagas Cuma main main, Sha, Chel. Dia Cuma ngerjain gue!” Ujar Cindai
“Tunggu aja dulu…”
“Ah.. harusnya gue tau dia gak bener bener serius! Bodoh lo ndai!” gerutu Cindai sambil menghapus make up-nya.
“Ndai…”
“Harusnya gue tau itu, Sha, Chels!” Ujar Cindai lalu mengacak acak rambutnya yang sudah rapi.
“Jangan nangis gitu dong…” Chelsea dan Marsha memeluk Cindai. Dagu Cindai disandarkan di bahu Chelsea. Redup redup cahaya bulan, dia melihat cahaya. Seperti cahaya lilin yang sedang dibawa seseorang.
‘Apa itu bagas?’
Dia kian mendekat. Ya! Bagas!!!

“hai, Ndai.” Sapa Bagas.
“Setengah 7?” Tanya Cindai
“hehe.. sengaja”
“Kok lo tega sih?” Tanya Cindai
“Gue mau tau keseriusan lo sama gue. Lo udah nguji gue kemaren, sekarang gue gentian nguji lo. Gue nguji lo Cuma setengah jam kan? Lo ? 3 hari. Hehe..” Ujar bagas
Cindai tertunduk.
“Udah lupain aja… Gini, sekarang to the point aja.. jawaban lo apa? Untuk pertanyaan hari jumat kemaren?” Tanya bagas
“Gue…” omongan Cindai terpotong
“Eh tunggu… kalo lo terima gue,  lo ambil bunga ini.” Bagas memang memegang bunga ditangan kanan dan memegang lilin ditangan kiri.
“kalo lo nolak gue, lo tiup lilin ini.”

Hening….

Cindai maju perlahan.
“Gas, makasih. Makasih udah mau berjuang buat gue. Maaf gue terlalu jahat sama lo. Itu gue lakuin Cuma biar bisa ngeliat perjuangan lo, Gas. Makasih ya.” Tutur Cindai lalu meniup lilinnya.

“HAH?!” Chelsea dan Marsha kaget. Begitupun bagas.

Beberapa detik setelah meniup lilin itu, Cindai mengambil bunga dari tangan bagas dan memeluknya.
“Gue mau jadi pacar lo.” Ujar Cindai dipelukan bagas
“Lo.. lo serius?” Tanya Bagas
Cindai mengangguk.

“Gue mau Tanya, alesan sekarang lo cinta gue karena apa?”
“Gue cinta sama lo karna hati. Bukan karena alesan apa apa.” Jawab bagas mantap.
“Yakin?” Tanya Cindai
“Iya!”
“Hehe… yaudah kalo gitu besok gue bakal kaya kemaren ah.” Cindai mulai jahil
“Jangan ahhh kemaren lo ngeselin banget hih-_- kalo gue gak cinta beneran sama lo mah udah gue buang ke kali, Ndai.” Balas Bagas
“hahahah.. yaudah yuk pulang.” Jawab Cindai
“Kita dianggurin deh masa.” Chelsea tiba tiba ngomong
“Taunih. Mentang mentang yakan..” sahut Marsha
“eh gue lupa kalo kalian masih ada..”
“Pokoknya, kalian harus traktir kita!” ujar Chelsea.
“Betul!” sahut Marsha lagi.
Bagas dan Cindai saling bertatapan dan berbicara bareng.
“SLOW DOWN, BABY.”
“Hahahaah…” mereka tertawa bersama dan pulang.

-End-


@zaakyki

Selasa, 17 Juni 2014

Cerpen We Believe In Our Dream (BaDai)


“Cindai! Chelsea! Bangun!!!” teriak seorang dari luar kamar kami. Ya itu ibu kami.
“Anak perempuan pada susah susah banget bangun si lo! Udah pagi!” Bentaknya
Kami langsung bangun dan segera mandi. Setelah mandi, dan udah rapi kami menuju meja makan untuk sarapan.
“Bu, sarapannya mana?” Tanyaku-Cindai
“Sarapan? elo bilang sarapan? kerja aja engga udah minta sarapan! kenapa kemaren pulang sekolah kalian tidur? Bukannya kerja! Jadi kita ga punya makanan tau ga lo” balas ibu kami dengan galaknya
“tap.. tapi bu.. Chelsea laper” Chelsea kini bicara
“laper? Lo pikir ibu ga laper? Heh kita ini hidup serba kekurangan. Kalo aja kalian mau bantu ibu, ga males malesan pasti kalian udah makan pagi ini!”
“Ki..ki..kita kemarin kecapean banget bu. Disekolah ada……” aku kembali membela
“Ah udah udahhh.. sono sekolah! Ibu mau kerja” omonganku terpotong
“I..iya bu…” aku dan Chelsea mencium tangan ibu dan segera pergi sekolah
---
Diperjalanan, aku dan Chelsea melihat gerobak gado gado.
“kak, Chelsea laper.” Ujar Chelsea
“Chels kakak juga laper. Tapi kita gaada uang, mau bayar pake apa?” Tanyaku
“Kita gausah sekolah yuk kak? Kita kerja aja. Hasil dari kerja, kita beliin makanan. Gimana?” usul Chelsea
“Tapi chels, kakak takut ibu marah kalo tau kita gak sekolah.” Balasku
“Kan tadi ibu bilang sendiri ka, kalo dia mau kita kerja bantu dia.”
“Iya juga sih.. hmm yaudah yuk, kita mau kerja apa?” tanyaku kepada Chelsea
“Itu kan tukang gado gado lagi rame, kita bantuin aja. Siapa tau dikasih gratis” balas Chelsea
“Hm oke” aku menarik tangan Chelsea menuju tukang gado gado yang sedang ramai itu

“Permisi pak, ada kerjaan buat kita engga?” tanyaku
“iya? Eh ada dek. Cuciin piring ya.. itu tuh disana” jawab tukang gado gado sambil menunjuk sebuah ember dengan piring kotor disebelahnya
“Oke..” balasku lalu menuju ember itu
“kalo saya ada kerjaan apa ya pak?”
“kalo kamu mending anterin pesanan yaa. Piring ini disitu..” jawab pak gado gado sambil menunjuk meja makan

Setelah hampir 4jam mereka bekerja, akhirnya waktu yang mereka tunggu tunggu datang
“Pak, kami boleh pulang sekarang?” tanyaku
“Oh boleh boleh…”
“yasudah.. terimakasih ya pak atas pekerjaan dan gado gado gratisnya” balas Chelsea
“huss..” ujarku
“Hehe..”
“Iya gapapa kok de. Oiya ini bawa buat ibu atau bapak kalian dirumah..” jawab pak gado gado sambil menyerahkan 1 bungkus gado gado lagi
“Waah terimakasih lagi nih pak. Kami pulang dulu ya” sambarku dan Chelsea lalu pergi.
---
“Cindai Chelsea pulang….” Ujar kami saat sampai rumah
“Udah pulang?” Tanya ibu
“Iya bu. Bu, ini kita bawain gado gado buat ibu.” Balasku
“Gado gado? Duit darimana lo pada? Makasihya” jawab ibu lalu membuka bungkus gado gadonya dan memakannya
“Kita kerja bu.” Balasku tersenyum
“Hah kerja? Kerja kata lo? Lo berdua ga sekolah?” ibu bangun dengan nada membentak
“Eng…engga bu.” Balas kami
“Siapa yang ngajarin lo berdua gak sekolah? HAH!” Ibu makin membentak kami
“Ii..Ibu bilang kita suruh kerja..” balas Chelsea
“Ibu bilang lo berdua kerja tuh abis pulang sekolah! Bukan jam sekolah dijadiin lo berdua jam kerja. Gue nyekolahin lo pada biar lo pinter, biar bisa bikin gue bangga.” Balas ibu
“Maa..maafin kita bu” ujarku.
“Argghhh pusing lama lama gue dirumah!” ujarnya lalu membanting piring berisi gado gado.

PRANGGGG!!

Kami berdua tersentak. Bisa bisanya ibu membanting piring.
“Ibu pergi! Beresin tuh piring” ujarnya lalu pergi
“Chels.. beresin yuk. Lumayan bisa buat makan malem nanti” ujarku lalu mengumpulkan gado gado yang berceceran sementara chelsea membereskan pecahan pecahan piring
---
Malampun tiba.. Aku dan Chelsea disuruh ibu membeli obat migrainnya diwarung.
“Bu, obat migrainnya 1 ya..” ujarku.
“Iya neng..” balas ibunya lalu mengambil pesanan kami
“Kak kak… liat tv itu deh” ujar Chelsea
“apaan?” tanyaku
“Ada audisi idola cilik kak” balasnya
“mana? Wah iya.. tapi hopeless banget kalo kita ikut” balasku
“hmm.. gaada salahnya nyoba kan ka?” Tanya Chelsea
“Iya sih.. tapi kita ga mikirin ibu emang? Ga mikirin marahnya? Keselnya ibu?”
“Oiyaa aku ga mikir kesana…”
“neng.. ini” ibu itu memberi obatnya
“Makasih ya bu” balasku
“ayo ka pulang..” ajak Chelsea sambil menarik tanganku.
‘Bener kata Chelsea, ga ada salahnya nyoba. Kalo aku dan dia lolos, ibu must be proud of us.’ Batinku saat perjalanan menuju rumah
---
“APA?! Mau ikut idola cilik? Emang suara kalian bagus apa? Mau sok sok-an ikut acara gituan lagi. Mending bantu ibu dirumah! Ga kasian apa sama ibu? Kalo kalian pergi, ibu sama siapa hah?” ujarnya saat kami membicarakan tentang idola cilik
“Bu, tapi kami mau banget ikut acara itu.” Ujar Chelsea
“Ah udah udah! Tidur sono”
“Ii..iya bu..” balas kami lalu menuju kamar

“kak, ibu kenapa ya ga pernah ngerti mau kita?” Tanya Chelsea sambil nangis
“Ssstt.. jangan nangis ah… ibu Cuma mau kita tetep sama dia kok chel.. itu artinya dia sayang kita” balasku
“Tapi kak kalo kita ikut idola cilik dan lolos terus menang kan bisa dapat uang ka. Ibu pasti bangga sama kita. Itu kan yang ibu mau? Kita banggain dia? Tapi kenapa ka dia ga izinin?” Tanya Chelsea lagi
“Udah udah.. pikiran kamu kemana mana sih. Mana mungkin kita bisa menang walaupun kita ikut acara itu sampe berpuluh puluh kali. Gaada sejarahnya orang miskin kaya kita menang acara kaya gituan.. tidur yaa. Selamat malam” ujarku lalu mematikan lampu
“Selamat malam ka..” Chelsea mencium pipiku
---
Pagi telah menyapa. Aku dan Chelsea bangun lebih sangat pagi daripada biasanya. Jam 4.
“Chels. Bangun yuk..” aku menggoyang goyangkan tubuh Chelsea
“Huaaa… iya kak…” Chelsea duduk dan sesekali mengulet
“Kakak mau sarapan nih. Ayoo” aku menarik tangan Chelsea
“iya kak.. sebentar” balasnya

“Tumben kak ada nasi sama ayam goreng..” ujar Chelsea
“iya chel. Tapi ayamnya Cuma satu” balas cindai lalu duduk
“Yaudah nih ayamnya buat kakak aja… aku ga begitu laper kok”
“Eh engga ah.. buat kamu aja” aku memberikan ayam goreng itu ke piring Chelsea
“kakak aja..”
“kamu aja chels”
“kakak.”
“kamu…”
“Hmm yaudah deh belahan aja ya?” Tanya Chelsea
“Boleh juga tuh hehe…”
“Ini buat aku.. yang ini buat kakak” Chelsea membagi rata ayamnya
“makasih yaa..”
“iya hehe…”
---
2jam berlalu setelah kami sarapan tadi, kini kami berjalan menuju sekolah.
“Kak gimana? Mau kerja lagi?” goda Chelsea
“hih engga ahhh… nanti siang aja. Kamu nih” balasku
“hehe.. lagian kakak juga sih wooo..” ujar Chelsea
“Ih kok kakak??” aku mengelitiki Chelsea
“Eh udah ka…. Hahaha….udah…” Chelsea kegelian

Saat kami bercanda, sebuah mobil berhenti disebelah kami. Perlahan jendelanya terbuka dan keluarlah kepala dari cowok yang selama ini mengejar ngejarku.
“haii… bareng ga?” Tanya-nya
“engga deh gas” jawabku sopan
“udah ka bareng aja..” sahut Chelsea
“eh apaan si.. engga gas makasih. Kita duluan yaa” ujarku lalu menarik tangan Chelsea
“Plis ndai…” mohon bagas
Aku berhenti sejenak, kembali. “okedeh.. kita naik ya?” ujarku
“Iya! Yesss….” Bagas kegirangan
---
“Makasih ya gas. Kita ke kelas dulu. Daahh” ujarku dan Chelsea lalu lari menuju kelas.

BRUKKK!!!

Aku terjatuh. Ada yang menjegal kakiku. Siapa?
“Kalo jalan ati ati dong” ujar seseorang
Aku bangun, “Sal…salsha?”
“Iya. Kenapa? Mau marah lo karna kaki lo gue jegal? Hah?”
“Ngg.. ngga. Gue permisi”
“Eh eh eh… tunggu dulu..” bella salah satu teman salsha menahanku
“Kenapa lagi?”
“jelasin ke gue. Kenapa lo bisa bareng sama bagas?! Kenapa?” ujar salsha
“Hmm… gue ga bareng dia kok”
“Halah! Gausah boong deh lo. Gue liat pake mata gue sendiri!”
“ga Cuma mata lo doang kali sal. Mata gue juga, mata bella juga” nimbrung steffi polos
“Ih diem” bentak salsha
“Cepet jelasin.”
“Tadi, dia ketemu gue dijalan dan dia ngajak gue bareng. Udah itu aja” balasku
“Kenapa lo mau?” Tanya bella
“Gue udah nolak, tapi dia maksa. Jadi? Bukan salah gue kan?”
“lo tetep aja salah. Pokoknya jangan pernah deketin bagas!” ancam salsha
“ga akan pernah. Gue permisi!” ucapku lalu menuju kelas
---
Jam sekolah terasa sekali cepatnya, tadi baru jam 7, sekarang udah jam 12 aja. Aku tengah menunggu Chelsea didepan kelasnya. Tiba tiba bagas menarik tanganku
“Gas? Mau kemana??” tanyaku masih dalam tarikannya
“Ikut aja..” balasnya

Aku dibawa ke dekat gudang sekolah.
“Gas lo ngapain bawa gue ke tempat sepi kaya gini? Gue mau balik ah. Nanti Chelsea nungguin nih” balasku
“Gue Cuma mau minta penegasan dari lo. Lo mau gak jadi pacar gue?!” Tanya bagas to the point
“Udah gue bilang kan, gue gamau jadi pacar lo! Gue mau mikirin sekolah dulu. Gaada dikamus hidup gue tuh ada kata pacaran. Sukses dulu gas!” ujarku
“Tapi ndai..”
“Udah yaa..  gue mau balik.” Aku hendak pergi namun bagas menahan dengan memegang pergelanganku
“Boleh gue cium kening lo sekali ini aja?” Tanya bagas
“Huh…. Bo..boleh..” balasku ragu

Cupp….


Ciuman bagas terlepas dikeningku.
“Makasih ya ndai.”
“Sama sama. Oiya, gue boleh minta 1 permintaan sama lo?” tanyaku
“Boleh.. boleh banget” balasnya
“Gue.. mau ikut idola cilik tapi gue gatau caranya. Lo bisa bantu cari info?” pintaku
“Idola cilik? Gue juga mau ikutan loh ndai.”
“Waahh kok bisa samaan ya?”
“gatau.. jodoh kali? Haha kenapa ga bareng aja?” Tanya bagas
“Boleh.. tapi tiketnya gimana?” ujarku lesu
“Gue tau kok..” balas bagas
“Oke. Makasih bagas.” ujarku lalu mengecup pipi kanannya dan lari menuju kelas Chelsea

Chelsea sedang menunggu didepan kelasnya
“Ka cindai mana sihhh?!” gerutunya
“Eh eh eh maaf chel aku telat. Lama ya?” ucapku merasa bersalah
“ga terlalu lama sih. Tapi cukup lah buat kaki pegel” balas Chelsea
“hehehe maafdehh.. aku bawa kabar gembira banget loh! Pasti pegel kamu ilang langsung” ujarku
“Apaan tuh ka?” Tanya Chelsea
“Hmm… rahasia!!!” aku langsung lari meninggalkan Chelsea
“IH KA CINDAAAAAAAAAAI!!!” Chelsea mengejarku
‘Bu, aku yakin aku dan Chelsea bakal banggain ibu. Tunggu ya bu….’ Pikirku girang
---
“Bro broo tau ga tempat formulir idola cilik?” Tanya bagas ke difa
“Hah? Lo mau ikut icil gas? Udah tua woy! Haha..” difa ngakak
“Gue masih 12 taun keles! Cepetan dimana”
“hahaha iyeiye… kayanya diblablabla deh.. coba aja” balas difa
“Okedeh. Ikut yukkk”
“Engga ahh.. males” difa lanjut membaca komiknya
“Bener nih? Padahal ada Chelsea loh” goda bagas
“HAH Chelsea? Iyaiya gue ikut” difa langsung getol
“Giliran Chelsea aja lu dif dif-_- haha”
---
“Mana chelseanya gas?” Tanya difa seraya celingak celinguk
“Chelsea ? Dirumahnyalah~” bagas tertawa
“Jadi….. lo boongin gue? Anjir. NIH!” difa menjitak kepala bagas
“Aww elah sakit. Dimana  eh formulirnya?” Tanya bagas yang masih mengelus kepalanya
“Lo ga liat itu antrian ? Ya disitulah!” difa menunjuk antrian yg tak jauh dari mereka
“Oh iya hehe” Bagas langsung jalan diikuti difa
---
“Cindai Chelsea pulang..” ujar ku dan Chelsea saat sampai rumah
“lama amat. Roman romannya abis pada kerja ya? Bawa apaan lu pulang?” Tanya ibu
“Kita Cuma dapet 40ribu bu. Nih” aku memberi uang 40ribunya ke ibu
“Oh bagus deh. Ini goceng goceng ya.” Ujar ibu memberiku uang 10 ribu
“Iya bu.” Jawab kami
“Udah sono ganti baju, makan, terus belajar.” Ujar ibu. Ibu emang mendadak baik kalo kita bawa uang.
“iya.” Kami berlalu.

Dilain tempat..
“Yes gue dapet sal!” Ujar bella mengangkat angkat hp-nya
“Mana mana?” Tanya salsha penasaran
“Liat aja cindai. Hari hari lo besok, dan seterusnya akan menderita kalo tetep deketin bagas.” ujar salsha
“Betul tuh sal!” sahut bella.
“bener ga step?” Tanya bella ke stefi
“Engg? Iyaa iya” steffi kikuk
---
Aku baru aja masuk ke koridor, mading penuh.
‘Ada apasih?’ batinku
Aku langsung ikut mengerumuni mading.
“Misi misi…” ujarku
Aku tersentak saat melihat mading, foto fotoku bersama bagas waktu dekat gudang.
“Ih ngapain sih disekolah berduaan?” ada seorang nyeletuk
“Gatau malu banget.”
“ketawan guru baru tau rasa tu anak!”
“Murahan! Ga cowo ga cewenya.”

Celetukan celetukan itu terdengar olehku. Mencopot semua foto yang ada dimading lalu berlari ke kelas.

Ga berhenti disitu, semua dikelas ikut menjauh. Bahkan sahabatku marsha, dia sampai pindah tempat.
“Gue ga nyangka lo bisa begitu ndai.” Ujarnya . aku hanya bisa diam. Mematung.
Chelsea berlari menuju aku, “kak? Apa bener tentang foto foto itu? Bener kak?!” introgasinya
“Be..bener.. chels.. tapi kita ga ngapa ngapain kok serius deh! Aku berani sumpah chels.” Ujarku
“Chelsea percaya kak. Tapi, sekarang bu winda mau ke kelas ini kak. Kakak yang sabar ya. Tuhan tau yang benar.” Ujar adikku Chelsea lalu kembali ke kelasnya.

Benar saja, tak lama Chelsea keluar bu winda masuk ke kelasku.
“Cindai, ikut ibu!” ujar bu winda
---
“Kenapa kamu ngelakuin itu semua ndai? Ibu ga nyangka kamu bisa segitu liarnya” ujar bu winda
“tapi bu.. cindai ga ngapa ngapain. Ada orang yang iseng yang nyebarin itu semua.” Belaku
“i..iya ibu tau.. ibu percaya kamu ga ngapa ngapain, tapi ibu hanya menegaskan. Karena kamu telah membuat nama sekolah ini turun, beasiswa kamu dicopot.” Ujar bu winda

DEGG!!

“Di…di…dicopot bu?” tanyaku
“Dengan berat hati, Cindai.” Ujarnya lagi

“assalamualaikum.. kata temen temen, ibu manggil saya?” ujar bagas yang baru datang
“Iya. Duduk” ujar bu winda. Bagas duduk disampingku.
“Ada apa bu?” Tanya bagas
“Bu, saya pamit ke kelas.” Ujar cindai tanpa melihat sedikitpun ke bagas. Bagas memandangnya keluar pintu dengan perasaan agak cemas.
---
Bel pulang sekolah berbunyi, aku keluar kelas hendak ke kelas Chelsea. Tiba tiba bagas menarik tanganku lagi menuju gudang.
“GAS LEPAS!!!” rontaku
“Diem!”

Sampailah kami dekat gudang.
“Gas? Lo mau ngapain lagi sih?” tanyaku
“Gue ga mau ngapa ngapain.” Ujarnya cengengesan
“Apaansih lo. Lo ga puas udah bikin harga diri gue jatoh didepan satu sekolah? Ga puas gue dikucilkan di kelas? Dan yg paling penting lo ga puas udah bikin beasiswa gue dicopot?! HAH?!” aku menumpahkan semua emosiku
“Be..be..beasiswa lo?” Tanya bagas
“Gausah pura pura bego!” ujarku hendak pergi
“Cindai.” Bagas menahan tanganku
“APALAGI?!” aku berbalik badan dan PLAK!! Kutampar bagas
“Gapapa lo tampar gue. Tampar lagi ndai tampar! Gue emang pantes ditampar.”
“KENAPA LAGI?!”
“Gue Cuma mau ngasih ini.” Ujarnya sambil memberi 2 buah kertas bertuliskan ‘IDOLA CILIK 2013’ lalu pergi meninggalkanku sendirian.

Aku diam mematung. Bisu. Bego. Bodoh! Kenapa aku tampar bagas? Kenapa aku tampar orang yang aku sayang? Kenapa aku tampar orang yang benar benar sayang sama aku? Aku jahat! JAHAT!!
---
Aku mempercepat langkah menuju rumah. Chelsea pulang cepat hari ini.
“Cindai pulang..”
“Eh ka cindai. Lama banget kak” ujar Chelsea
“Iyanih. Chel, aku punya sesuatu!” balasku
“APA?”
“Ini.” Jawabku dengan mengeluarkan formulir idola cilik itu dari tas.

“Formulir kak?!! Makasih kak…” ujarnya memelukku
“Jangan berterimakasih sama kakak. Terima kasih sama bagas.” ujarku senyum
“Bagas? bagas yang udah bikin beasiswa kakak dicopot?” Tanya Chelsea
“udah gausah dipikirin. Cepet kita isi keburu ibu pulang” ujarku
“Apaan yang diisi?” ibu sudah dibelakang kami

“Apaan ini?!” ibu mengambil formulirku
“IDOLA CILIK?! Ibu ga setuju!”
“Ibu itu ibu kandung kami kan? Kenapa bu kenapa ibu ga setuju kami ikut acara itu? Kalo beneran ibu adalah ibu kandung kami, harusnya ibu ngedukung kami, BU! Kami mau sukses! Apa salah bu? Salah?!” ujarku
PLAK!! Ibu menamparku
“Berani ya kamu ?!”
“Aku benci ibu.” Kataku lalu merebut formulir dari tangan ibu dan ke kamar diikuti Chelsea.
---
“Chel, ibu jahat. Aku sebel sama ibu chel..” ujarku
“Aku juga ngerasa gitu kak. Kenapa sih dia ga pernah mau kita ikut acara ini?” Tanya Chelsea
“Siapa bilang? Ibu setuju kok” ujar ibu tiba tiba nongol dari pintu
“ibu?” kami kaget
“Ibu udah setuju kalian ikut acara itu. Lagian apa untungnya ibu ngelarang kalian? Ibu tau kalian mau memperbaiki situasi kan? Pokoknya ibu doain kalian sukses di acara itu. Banggain ibu yah!” ibu memeluk kami.
“Bu, maafin cindai.”
“Chelsea juga.”
“Maafin ibu juga ya. Selama ini ibu jahat sama kalian.” Balas ibu mencium kening kami
“ibu bener bener ngedukung?” Tanya ku. Ibu hanya mengangguk
“YEAY!!!!” aku dan Chelsea girang
---
‘Gas, makasih ya. Kalo bukan karna lo, gue ga akan bisa ada disini.’ Batinku
“Cindai, yuk giliran kamu.” Ujar crew
“Iya..”

“Cindai, dari Jakarta. Mau nyanyi lagu apa sayang?” Tanya mama ira-Juri idola cilik 2013
“Karena cinta- joy tobing.”
“Ok silahkan”

Dan bila.. aku berdiri..
Tegar sampai hari ini..
Bukan karena kuat dan hebatku…

Semua… karena cinta..
Semua… karena cinta..
Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar…
Terimakasih cinta…

Aku telah selesai bernyanyi. Lagu yang kunyanyikan untuk bagas.

‘APA?! AKU LOLOS?! TERIMA KASIH TUHAN…’ batinku saat mama ira menekan tombol biru.
“Terima kasih mama…” aku berterima kasih pada mama ira
“Sama sama. Mama yakin, kamu akan menjadi bintang diantara bintang bintang dilangit. Mama yakin, Cindai.” Ujarnya.
“Amin…” aku keluar dari ruang audisi dengan membawa sebuah bintang ditangan
---
“Cindai…” seseorang memanggil namaku
‘Suara yang kukenal..’ batinku. ‘Tapi siapa?’
“Kak, ada ka bagas..” ujar Chelsea
“Bagas? ga mungkin…” balasku
“Itu dia kesini”
“HAH?!”
“hei cindai.”
Aku berbalik, “ba.. bagas?”
“Iyaa gue..”
“halo… apa kab…” omongannya terpotong saat aku memeluknya
“Makasih ya gas… makasih….” Ujarku
“Sama sama ndai…”
---
Ya tuhan, peristiwa peristiwa itu… kenapa aku mengingatnya? Iya, itu adalah pengalaman. Guru paling berharga.
“Cindai, sebentar lagi kamu tampil..” ujar crew.
“oh iya..” aku mengambil microfon dan segera naik ke panggung

Sorak sorai dari panggung meneriakkan namaku.
“Kita panggilkan juara idola cilik 2013. Gloria Chindai Lagio…….” Ujar kak okky

Aku keluar dari backstage. Bernyanyi dan bernyanyi.
“Kak okky kangen banget sama kamu duh cabiiii……” ujar kak okky memelukku
“hehehe…”
“Sekarang lagi sibuk apa sih ndai?” Tanya kak okky
“hmm.. masih sibuk nyanyi nyanyi ajasih. Oiya tanggal 15 juni nanti, aku mau ngadain konser mini gitu deh di istora senayan. Dateng ya semua. Ada alumni alumni idola cilik loh!” ujarku
“wow.. sekarang makin sukses aja nih” goda kak okky
“Syukur kak… Oiya, aku mau nanya dong, Idola cilik tahun berapa sekarang?” tanyaku dipanggung.
“2020!!!!!!” penonton serentak menjawab
“Hahahaha.. udah ya cindai, tepuk tangan dulu dong buat cindai..” ujar kak okky. Semuanya menepukiku.

Aku kembali ke backstage.
“Chelsea….”
“kakak… aku bangga sama kakak” ujar Chelsea memelukku
“Disurga, ibu bangga juga gak ya sama kakak?” tanyaku
“Ibu juga pasti bangga sama kakak..” lanjutnya
“Semoga.”

‘Bu, walaupun ibu gak bisa nikmatin keberhasilan aku tapi aku yakin ibu bangga sama aku. Aku dan Chelsea udah buktiin bu, kami bisa sukses. Bisa banggain ibu. Ibu tenang ya disurga. We love u’ batinku

“Ndai?” bagas ternyata datang ke backstage
“hei…” sapaku
“Gimana?” Tanya-nya
“kalian jadi tunangan bulan September kan ?” Tanya Chelsea
“Jadi.” Ujarku
“Kamu nerima aku jadi tunangan kamu ndai?” Tanya bagas. Aku hanya mengangguk malu
“YESS!!” bagas girang dan memelukku.

Jangan pernah berhenti untuk bermimpi. Kejar terus semua mimpi yang kalian punya dan percaya. Karena dengan percaya, kalian akan terus terpacu untuk mengejar semuanya. Ya seperti aku dan Chelsea, We believe. We believe in our dream!

-End-


@zaakyki

Cerpen Kekasih Sejati (BaDai)


Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu
---
Cindai masih memperhatikan cowok itu. Cowok yang selama ini ada di pikirannya, cowok yang membuatnya galau setiap malam, dan juga cowok yang membuatnya mati gaya kalau berpapasan.
“Cakka lagi ndai?” Tanya seseorang dikuping cindai. Cindai hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangan.
“ckckck… sampe kapan ?” Tanya orang itu lagi. Cindai hanya menggeleng dan masih tak pindah pandangan.
“Ga bosen?” Tanya orang itu lagi.
“Ah bagas berisik ahhh…. Sana sanaaa!” usir cindai. Bagas ? siapa bagas? bagas adalah sahabat cindai. Sahabat semenjak smp. Sekarang mereka menginjak kelas 11 atau 2 sma.
“Oke yaa gitu lo sama gue….” Balas bagas belagak pergi
“abisnya lo sih…” ujar cindai.
“hehehe maap deh maap…” ujar bagas. “ke kelas yuk?” lanjutnya
“Hmm ayo deh…” balas cindai lesu
Bagas merangkul cindai ke kelas.
Kapan lo peka ndai sama gue…. Batin bagas.
***
Cindai dan bagas telah memasuki kelas. Semua orang dikelas memandang cindai, ya seperti biasa. Mereka merasa aneh. Cewek berkacamata besar, berrambut kepang, dan berbehel.
“Kenapa lo?” bentak bagas saat ada seseorang yang melihat cindai dengan jijiknya
“Duduk deh ndai…” ujar bagas. Cindai mengangguk
***
Kucoba lupakan tapi ku tak bisa
Mengapa begini…
***
Cindai terduduk dimeja kantin mengaduk ngaduk minuman yang ada dihadapannya. Memikirkan cakka. Ya, cakka.
Bodoh lo ndai. Bodohh!!! Ngapain lo mikirin cakka yang jelas jelas jauh beda sama lo. Lo sama dia bagai langit bumi, air minyak, dan tom and jerry ndai! Lupain dia, lupain. Batin cindai
“DORRR!” bagas mengagetkan cindai.
Cindai tak kaget sama sekali. “Mau ngapain??” Tanya-nya datar
“Lo kenapa sih? Setiap gue perhatiin lagi ngelamun terus”
“gatau”
“Ndai ayolahhh… kita sahabat kan?”
“Iya kita sahabat.” Balas Cindai
“Terus kenapa lo ga pernah mau cerita sama gue?”
“Ya karna emang ga ada apa apa yang mau gue ceritain.” Jawab cindai
“Iya terserah.”

Hening…

“Gas?” panggil Cindai
“Ya?” balas bagas
“kenapa cinta suka dateng di orang yang gak tepat ya?” Tanya cindai
“Cinta tuh emang misterius. Tapi gue yakin cinta ga pernah salah.” Balas bagas
“Tapi kenapa gue cinta sama cakka? Sama orang yang ga akan pernah bisa gue raih. Orang yang Cuma bisa gue amatin dari jauh.” Isak cindai
“Cindai… kenapa nangis?” ujar bagas menatap cindai. Menghapus airmatanya.
“Kalo jodoh, ga akan kemana kok.” Balas bagas tersenyum
“Gaakan pernah jodoh kok.” Sahut cindai. “Pulang yuk?”
“Yuk..”
***
Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu..
Untuk ada disini menemaniku…
***
“Ndai tuh cakka…” kata bagas sambil menunjuk cakka bersama teman temannya
“Trus?”
“Jadi mau sampe kapan lo jadi bumi dan dia jadi langit? Kenalan sana.” Jawab bagas
“Gue gak pede..”
“Ndai… ga pede kenapa? Lo cantik gini kok..”
“Tapi…”
“Udah sana..” bagas mendorong cindai. Cindai masih ragu berjalan pelan dan sesekali menoleh ke bagas.
***
Cindai akhirnya sampai di Cakka dan teman temannya.
“Hai.” Ujar cindai
Semuanya menatap cindai.
“Hai cakka. Gue.. Gue cindai” ujar cindai sambil mengulurkan tangan
“Eh.. wait wait… lo? Cindai? Ngajak cakka kenalan? Gasalah? Oh my god…” kata seorang teman cakka- Oik
“Hahahahaha orang kaya lo ga pantes megang tangan cakka.” Ujar teman yang satu lagi.
Cindai menarik tangannya lagi.
“Udah sana!”
Cindai pergi dari kerumunan anak anak gaul itu. Pergi ke luar gerbang untuk pulang.
***
Oh mungkinkah Kau yang jadi
Kekasih sejatiku…
***
Tuhan, apa wanita sepertiku tidak pantas mendapatkan seseorang lelaki satupun? Apa aku ditakdirkan hanya sendiri? Apa aku harus terus menerus tenggelam di lautan kegelisahan ini tuhan? Cindai masih dalam lamunannya menatap langit. Langit sore dengan sinar matahari oranye yang sesekali menyapanya.

-BYURRR-

Genangan air telah terciprat ke baju cindai. Kini baju cindai yang semula putih menjadi cokelat. Mobil yang membuat baju cindai berubah warnapun berhenti, “Gaada gunanya lo ngelamun dipinggir jalan abis ujan ujan gini! Bukan salah gue.” Ujar cakka lalu menutup kembali kaca mobilnya. Ternyata cakka.
***
Cindai berjalan gontai menuju rumahnya dengan baju seadanya. Tak peduli orang orang memandang jijik atau apapun kepadanya. Yang jelas ia ingin cepat sampai rumah! Cepat membersihkan semuanya! Membersihkan baju dan juga hatinya yang hari ini sudah 2kali dibikin dongkol oleh Cakka! Arghhhhh Bodoh!
***
Semoga tak sekedar harapku…
***
“Ndai gue ada kabar bagus!” bagas mengagetkan cindai
“Hm..” balas cindai malas
“Ih gue serius!!”
“Iya gue tau. Ya terus apa kabarnya?”
“Ada salon kecantikan terkenal baru buka cabang di deket rumah gue.” Ujar bagas
“terus? Lo mau gue kerja disana gitu? Heeeiii lo aja kali.” Cindai memotong omongan bagas
“Ih elo ya-_- Bukan gitu. Kali aja nih ya kalo lo vermak penampilan lo, Cakka bakal suka. Gimana?” Ujar bagas. Ada sedikit ketidak ikhlasan dalam hati bagas.
Gue kenapa? Hati gue kenapa kaya ga ikhlas gini ngejodoh jodohin cindai sama cakka? Batin bagas
“Lo ngerendahin gue gas?!” Cindai bangkit dari tempat duduknya dan pergi
“eehh bukan ndai…. Ndai tungguuu” teriak bagas. namun sia sia, cindai sudah pergi.
***
Bagas mencari cari cindai ke mana mana tapi tidak menemukan sedikitpun batang hidung cindai. Kemana nih anak?! Eh tunggu tunggu…. Itu dia!
Bagas melihat cindai sedang didekat danau, melempar lempar batu ke danau.

DORRR

“Selalu ngagetin. Ga aus?” Tanya cindai datar
“ga kaget?” Tanya bagas balik
“ga. Biasa” balas cindai datar
“Kok cuek?”
“au”
“maaf ya.” Kata bagas
“Untuk?” Cindai
“Kalo kata kata gue tadi tentang salon nyakitin hati lo.” Bagas
“gapapa” cindai
“tapi bener loh, kalo lo mau memperbaiki semuanya, gue yakin cakka mau sama lo.” Bagas
Cindai menoleh sinis kepada bagas, membuang muka, dan hendak berdiri dan pergi. Namun, tangannya ditahan oleh bagas.
“Mau kemana?” Tanya bagas
“lepas” ujar cindai
“gakmau” Bagas
“gue bilang lepas!” bentak cindai
“Gak akan!” bagas semakin keras menggenggam tangan cindai
“lo nyakitin gue!!” gubris tangan cindai lalu lari menjauh dari bagas.
“GUE NGELAKUIN INI SEMUA KARENA GUE SAYANG NDAI SAMA LO! GUE MAU LO DIANGGAP ADA SAMA MEREKA, GUE MAU MEREKA TAU KALO LO GAK SEBURUK YANG MEREKA KIRA. BUKAN MAKSUD LAIN! TAPI KALO EMANG MAKSUD GUE INI BUAT LO SAKIT, MAAF. GUE MINTA MAAF! INTINYA GUE SAYANG NDAI SAMA LO. LEBIH DARI SAHABAT!!!” Bagas teriak sekencang kencangnya kepada cindai yang sudah diam mematung sejak tadi.

DEGG….
Bagas bilang apa?!

Cindai menoleh. Bagas udah ga ada. Maaf gas :(
***
Bila kau tak menjadi milikku..
Aku takkan menyesal,
Telah jatuh hati…..
***
Diam diam Cindai mencoba ke salon dekat rumah bagas. Mengubah semuanyaa! Mengubah tatanan rambut, dan belajar memakai softlens. Lalu ia menuju dokter gigi untuk melepas semua behelnya!

Yeay finally, I know who am I.. Thanks bagas… Lo bener bener sahabat…
***
Keesokan harinya disekolah, Hari senin. Hari paling dibenci oleh semua murid! Bagaimana tidak, karenanya kami harus masuk kembali ke sekolah!!!
Cindai keluar mobil, semua cowok cowok melihatnya terpesona, jangankan cowok cewekpun juga bengong. Iri kali ya?
Menyusuri koridor, menuju kelas, duduk disamping bagas.
“Hai gas..” sapa Cindai saat menemukan bagas sedang membaca komik
“hai ndai…” balas bagas tanpa menoleh sedikitpun
“Ehmm…” Cindai ngekode. Bagas diam masih dengan komiknya
“Ehmmm…..” makin ngekode. Bagas tetap diam
“EHHMMM!!!” makin keras.
“Berisik…” bagas reflex menoleh karena cindai gaduh sekali. “Cin…cindai????” bagas melongo dan langsung berdiri
“hehehe… makasih ya gas… berkat lo” ujar cindai memeluk bagas
“eeehh iya sama sama ndai… lo cantik” kata bagas malu malu
“Emang :p yeee….”
“Hmm ndai, gue mau… gue mau…” bagas gugup
“mau apa?” potong cindai
“gue mau…” omongan bagas terpotong cindai lagi
“oh iya gas… gue mau ke kelas cakka, gue mau ngajak dia buat jadi pasangan prom gue.. daah!” kata cindai senang lalu ngacir ke kelas cakka
“Gue mau…… lo jadi pasangan prom gue ndai….” Ujar bagas lalu meneruskan membaca komiknya
***
Pasti cakka bakal suka sama gue. Yeah gue kan cantik! Batin cindai saat menuju kelas cakka.

“Cakka..” panggil cindai
Cakka terdiam, menoleh “Cin…cindai?”
Cindai terdiam sambil menunduk malu. Cakka menghampirinya.
“ndai.. lo cantik banget” ujar cakka sambil mengelus rambut cindai
Apa? Cakka ngelus rambut gue? Ini ga seperti yang gue bayangin! Ternyata segampang ini naklukkin cakka kalo gue cantik. Ndai, you’re awesome!!! Pikir cindai mengawang awang
“Ndai.. helooww!!” cakka menggoyang goyangkan tangannya di depan cindai
“eh gapapa cak.. gue mau ngomong, apa lo mau jadi… jadi…. Pasangan prom gue?” Tanya cindai gugup
“Aduh… gimana yaa… nanti gue kabarin lagi deh ndai. Gue minta nomor lo aja”
“Nih.. blablablaa..” ucap cindai
“Okedeh!!”
“Gue ke kelas dulu ya cak. Bye” balas cindai lalu kembali ke kelasnya
***
Oh mungkin aku bermimpi..
Menginginkan dirimu..
Untuk ada disini menemaniku..
***
“Gas!!! Gue udah ngajak cakka ke prom.” Ujar cindai girang dikelas
“Terus?”
“Tapi dia belum jawab mau atau ngga-nya..” balas cindai
“Yaudah.. lo kan udah gini, pasti dia mau kok..” ujar bagas menyemangati cindai
“Thanks ya gas…” Cindai menoleh ke arah bagas
Bagas menoleh dan mengedipkan mata.
***
Cindai sedang mengintip dari balik loker-nya. Mengintip cakka yang sedang bersama geng-nya.
Seandainya gue bisa gabung sama mereka… tunggu tunggu!! Cewek itu siapa? Kok cipika cipiki sama cakka?!
Cindai memasang kupingnya, mendekatkan ke mereka supaya terdengar jelas.

DEGG!!!

“Kita udah jadian…” ujar cakka sambil merangkul oik-Cewek yang datang tadi

Cukup!!!

Cindai keluar dari balik loker yang sedari tadi menjadi tempat persembunyiannya.
“Maksud lo apa udah jadian sama oik? Maksud lo apa cakkk?! Hahh!!” Cindai emosi
“Lo apa apaan sih?! Cewek gi*a. Gue ga pernah bilang apa apa ya sama lo!” balas cakka
“Maksud lo minta nomor telepon gue? Itu biar kita makin deket kan? Terus lo mau hubungin gue kan? Mau jadi pasangan prom gue kan cak?! Iya kann?! Tapi kenapa…” omongan cindai terpotong
“HAH?! Gue? Mau jadi pasangan prom cewek kaya lo? Gausah mimpi!! Udahlah sana. Nomor lo di hp gue juga ga gue save! Pergi sana!” Cibir cakka
“Gue udah ngubah penampilan gue Cuma buat lo cak, buat lo!” bentak cindai
“Gue ga pernah nyuruh lo kan? Gue ga pernah bayar lo kan? Lonya aja yg kegeeran! Pede lo. Cewek gue jauh lebih cantik mau lo ngubah kaya gimanapun!”
“Jahat lo cak!” ujar cindai sambil menghapus air matanya dan pergi
***
oh mungkin kah kau yang jadi..
Kekasih sejatiku…
Semoga tak sekedar harapku..
***
Nyesel gue dengerin mereka! Nyesel gue ngerubah penampilan gue buat cakka yang jelas jelas ga pernah nganggep gue!!! Teriak cindai di dekat danau

GUE NYESEL!!!! Teriaknya makin kencang

“Kenapa lo?” Tanya bagas
“Eh bagas.. Gapapa..” cindai menghapus air matanya
“Gausah boong” pandangan bagas menerobos danau
Cindai tiba tiba memeluk bagas.
“Gue nyesel gas nunggu cakka sampe segininya. Gue nyesel ngerubah penampilan gue Cuma buat cowok kaya dia.” Ucap cindai dipelukkan bagas
Bagas melepas pelukan cindai. “Hei.. dengerin gue. Gue nyuruh lo buat ngerubah semuanya emang buat cakka, tapi asal lo tau. Dengan adanya diri lo yang kaya gini, pasti ga Cuma cakka yang suka sama lo! Banyak ndai. Banyak!!”
“….” Cindai terdiam menunduk
“Gue salah satunya…” lanjut bagas
Cindai kaget dan menatap bagas. “el..el..elo?”
Bagas mengangguk. “iya gue suka ndai sama lo!”
“Tapi gas….”
“Gue tau lo gaakan suka sama gue.”
Lo salah! Gue juga suka gas sama lo. Gue suka sama lo udah lama! Tapi mungkin karena gue terlalu mikirin tentang persahabatan kita, jadi gue nutup nutupin semuanya. Batin cindai
“Ndai…”
“ehh apa gas?”
“Inget kata kata gue ya… Be yourself!”
“Iya..” Cindai tersenyum manis.

Hening…

“gas…”
“Ya?” jawab cindai
“lo.. lo mau jadi pasangan prom gue?” Tanya cindai ragu
Bagas reflex menoleh. “hah? Tapi ndai…”
“Oh gue tau.. lo udah punya pasangan prom ya? Maaf kalo gitu..” cindai menunduk
“Bukan gitu. Gue gak mau jadi pasangan prom night lo!” ujar bagas
“Karena lo udah punya pasangan kan?” cindai masih kikuk
“Lo masih belom ngerti juga. Gue belom punya pasangan prom! Tapi gue gamau juga jadi pasangan prom lo!” bagas agak membentak
Cindai menoleh “Kalo lo gamau jadi pasangan gue, yaudah. Gausah ngebentak! Gue gak suka dibentak!” cindai bangun dan berlari menjauh dari bagas
“GUE GAK MAU CUMA JADI PASANGAN PROM NIGHT LO NDAI! GUE MAU NYA LO BUKAN CUMA PASANGAN PROM GUE, TAPI LO JUGA JADI PASANGAN HIDUP GUE NDAI! GUE CINTA SAMA LO. WILL U BE MY GIRL, NDAI?!” teriak bagas
Cindai mematung.
***
Oh mungkinkah
Kau yang jadi
Kekasih sejatiku…
***
Cindai berbalik dan berlari menuju bagas. Berpelukan.
“Yes, I will..” balas cindai dipelukkan bagas
“jadi lo mau jadi pasangan prom gue?” Tanya cindai masih dipelukkan bagas dengan polosnya
“Lo masih ga ngerti juga ndai? Aduh-___-“
***
Semoga tak sekedar harapku…
***
-End-


@zaakyki

Cerpen 4 Years (BaDai)


Pagi ini kuawali dengan tidak melihat wujudnya... Wujud orang yang telah 4tahun belakangan ini mengisi ruang hampa di hatiku. Aku Gloria Chindai - gadis sederhana yang sedang menaruh harapan kepada seorang pria yang tampan dan populer disekolah. Aku menjadi penggemar rahasianya semenjak duduk di kelas 2smp, ternyata kami satu sma lagi. Namanya Bagas rds, aku ga pernah tau apa kepanjangan rds dinamanya itu, menurutku juga tak terlalu penting. Aku sekarang menduduki kelas 11. Tepatnya 11IPA2, sedangkan bagas di 11IPA4.

"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya

-Deggg-

"Chel...chelsea ngel? Anak 11IPS3 itu?" tanyaku lagi. Angel hanya mengangguk
"harus berapa lama lagi ngel gue nunggu dia?"
"hmm.." aku hanya mendengar deheman angel
"sampe dia peka lah ndai..." ujar angel duduk disebelahku
"tapi kapan? 4tahun ngel. 4tahunnn!!" bentakku
"gue ngerti.."
"ngga ngel. Lo ga ngerti! Lo udah bahagia sama gilang. Jadi lo gakan pernah ngerti yang gue rasa." lagi lagi aku membentaknya
"sabar ya ndai.." balasnya menenangkanku
'harus berapa lama lagi gas? Aku udah 4tahun nunggu kamu. Nunggu kamu putus sama kak sivia, kak ify dan kak acha pas smp. Nunggu kamu putus sama salma, oliv dan dinda pas sma. Sekarang apa harus aku menderita lagi utk yang kesekian kalinya? Apa aku harus tersiksa lagi untuk nunggu kamu putus sama chelsea? Ah aku benci gas! Aku benci setiap kali hembusan nafasku itu semua Cuma buat kamu. Kamu yang gatau kalo ada aku disini, kamu yang ga pernah mencoba untuk mencari tau tentang orang orang yang mengharapkan kamu gas. Walau bagaimanapun, aku tetep gak bisa benci sedikitpun sama kamu. Ya itu semua karna aku cinta sama kamu gas, iya cinta yang membutakan semua.' lamun-ku
"cindai... Cindaii!" ujar seseorang menepuk nepuk pundakku
"apasih ngel? Lagi galau nih gue. Udah diem ah!"
"cindai!!!" suara itu mengeras.
Aku menoleh... "bu... Bu... Bu okky?" ujarku terbata bata
"kerjakan soal di depan!"
Seketika mataku langsung tertuju pada papan tulis dan maju perlahan untuk mengerjakannya. Aku memang pintar di pelajaran matematika. Gak jarang aku mengikuti olimpiade matematika dari sekolah.
"sudah bu.." ujarku sambil bergegas menuju mejaku
"baik cindai... Jangan melamun lagi ya.." balas bu okky
"hehe" kekeh-ku

-KRINGG-

bel tanda pulang telah berbunyi.. Aku dan sahabatku-angel langsung keluar kelas. Bak 2ekor hewan yang telah lama dikurung, setelah melihat pintu terbuka langsung lari keluar. Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya ga..pa..pa.." ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu... Tak tau harus berbuat apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari bagas, sementara bagas tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang kian menjauh.
---
"ngel demiapa tadi gue bisa denger suaranya? Aaa meleleh gue.." ujarku cerewet
"hahaha iya iya... Cie sumringah banget sih.." balas angel
"ah udah yuk cepetan deh jalannya" sahutku sambil senyam senyum
"taudeh yang lagi kasmaran.. senyum mulu... Cantik tau ndai :)" balas angel sambil menyamai langkahku.
---
Malam ini, malam tanpa bintang dan bulan di langit. Semua seakan tau tentang perasaanku saat ini. Perasaanku sangat sangat berantakan- gusar, senang, dan yang parahnya aku lagi kesel juga.
Tiba tiba ponselku berdering.

-CLINGG-
From : 0838xxxx
To : me

Besok yang ikut kegiatan osis suruh ngumpul di 11IPA1. Makasih

Brds
---
From : me
To : 0838xxx

Siap.
---
Ku taruh ponselku itu disamping dan aku segera meneruskan galauku di balkon ini.
---

Kukuruyukkk...

Suara ayam itu membangunkan tidurku.. Aku segera mandi dan bergegas ke sekolah.

Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?" ujarku lalu memalingkan wajahku
'Tuhaaaan, aku muakkk! Hapuskanlah rasa ini. Seandainya aku tak akan bisa memilikinya kenapa kau kirimkan rasa ini untukku? Kenapa tuhan? Apa aku salah? Kalau memang aku salah, kenapa kau menyiksa ku dengan cara seperti ini tuhan? Mencintai orang yang tak mencintaiku bahkan menganggapku saja tidak, itu cuma membuatku sakit Tuhan.' berontak hatiku
---
Dengan jalan gontai menuju kelas, aku tetap memikirkan hal itu..
"hei.." sapa seseorang mengagetkanku
"hei dev.." balasku "lagi galau ya? Jaman apa 2013 coyyy~~" ujarnya.
"lo ngapain sih kesini? Mau ngeledek gue doang? Hah?" bentakku
"eh ngga nggaa.. Gue mau.. Mau..."
"ah udah lah... Bacot lo!" balasku kasar lalu meninggalkan Deva. Ya dia deva.. Temanku sejak kelas 1SMP.. Dia tau tentang segalanya dariku... Sampai aku sedang menaruh hati pada bagas juga dia tau. Sebenernya aku bukan tipe cewe yang suka ngebentak bentak, tapi dianya muncul ga tau tempat.

Aku telah sampai di kelasku.. Pandanganku menerobos kelas ini, tak ada sahabatku-Angel.
"Angel kemana ya? Kok tumben belom dateng.." ujarku sambil mengeluarkan buku tulis dari tas.
Tak lama, angel datang dengan kekasihnya - Gilang.
"mesra amat... Iri gue!!" teriakku
"hehhehe... Ada pr gak ndai?" tanya angel
"nggaatau.." balasku.

Tiba tiba *Cringg* ponselku berbunyi pertanda sms masuk.
---
From : 0838xxxx
To : me

Ke ruang OSIS sekarang. Makasih
Brds
---
"ih ni orang apabgt sih... Sms irit banget!! Mana ga pake nama." gerutuku sambil jalan meninggalkan bangku
"eh eh ndaii mau kemanaaa?" sentak angel yang melihatku bangkit dari bangku
"tau." balasku jutek dan keluar kelas menuju ruang OSIS
---
Aku berjalan dengan sigap ke ruang Osis sendirian..
Tak lama, ada yg menepuk pundakku. Aku menoleh "lo lagi lo lagi..." ujarku saat melihat deva di sebelahku
"jutek amat neng... Mau kemana?" tanya deva
"ke ruang Osis. Lo?" balasku masih dalam keadaan kesal
"sama.. Gue ikut Osis.." balasnya girang Aku menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang tak sewajarnya
"lo? Seorang deva? Yang terkenal badungnya di smp mau ikut Osis? Gak salahh?" ujarku menahan tawa
"yeee ngga donggg... Gue kan mau berubah jadi baik"
"ga percaya gue.. Daaa!' balasku lalu lari ke ruang Osis

-Brukkk-
"aww.." rintihku
"hei sorry sorry..." ujarnya membangunkanku.
Aku mendongakkan kepala "Chel...chelsea?"
"hai?" sapanya
"eh eh ada apa nihh?" tanya seseorang-bagas yang tiba tiba datang
"aku nabrak dia tadi gas.." jelas chelsea
"Cindai? Ikut Osis kan? Masuk.." ujar bagas saat melihatku
'Bagas kenal gue?' batinku girang lalu masuk ke ruang Osis meninggalkan bagas dan chelsea berdua..
---
Selama rapat OSIS berlangsung, aku tak sepenuhnya memperhatikan ketua berbicara. Tapi, aku memperhatikan seseorang berjambul dan bertahi lalat dipipi itu. Siapa lagi kalau bukan bagas?
“Mengerti semua?” Tanya ketua OSIS
“Mengertii!” ujar semua. Ketua OSIS yang melihatku melamun, menghampiri dan menepuk pundakku.
“Ndai..” ujar-nya
“Ndai…”
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!” sahutku lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuanku.
                                                                                        
‘Terus tersenyum karna gue ya gas.’ Batinku.
---
“Cindai!” panggil seseorang
“Yaa?” ujarku menoleh.
“Pulang bareng siapa?” Tanya-nya
“Sendiri lah. Kenapa dev?” tanyaku balik
“Bareng gue yuk”
“Naik motor?” ujarku. Deva mengangguk
“Ayo deh. Gratis kan?” godaku
“Iyalahhhh apasih yang ngga buat cindaii? Haha” balasnya menggodaku
“apadeh lo-_-“
“Naikk” suruh deva.

Motor deva melesat diantara mobil dan motor dijalan ini.
“Devvvv pelan pelannnn!” ujarku
“Peluk yang erat” Balasnya sedikit tidak jelas karna terhalang helm dan masker
---
Karena Deva yang menyetir motornya dengan cepat, aku telah sampai rumah.
“Dev, mau masuk dulu?” tanyaku
“Boleh deh. Bentar aja yaa Cuma mau pamit sama nyokap lo” balas deva
“Sip.. masuk” suruhku
“Cindai pulang…” ucapku saat memasuki rumah
“Eh anak mama sudah pulang..” ujar mama saat melihatku di ambang pintu
“Kamu De..de.. de siapa nama kamu?” Tanya mama saat melihat Deva berdiri dibelakangku
“Deva tante..” ujar deva sambil cium tangan mama
“Iyaa deva ya nama kamu.. maaf ya tante lupa. Kamu pacarnya cindai?” Tanya mama
Aku yang sedang membuka sepatu langsung kaget dan menatap mama.
“Apasih maa? Bukannn!!” elak-ku
“Bukan tante.. tapi ba…” Ucapan deva terpotong
“Udah ya dev mending lo pulang.. udah sore tuh nanti lo diomelin lagi” ujarku sambil mendorongnya pelan keluar rumah
“Hehehe deva pulang ya tante” ujar deva sambil duduk di atas jok motornya dan segera pulang

‘Coba aja deva itu bagas’ pikirku sambil menutup pintu rumahnya
---
Aku sedang bersantai di atas kasur, tiba tiba ponselku berbunyi
---
From : 0838xxxxx
To : me

Yang bisa dateng ke sekolah dateng skrg ya. Makasih

BRDS
---
“Dia lagi dia lagi…” ujarku lalu mengambil jaketku dan segera mengayuh sepeda menuju sekolah.
---
Sekolah sudah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa guru dan tukang jajanan di depan sekolah.
Aku menerobos koridor untuk menuju ruang OSIS dan tebak apa yang aku dapat di dalam ruang OSIS. Bagas sedang bersama Chelsea.
“Eh aduh maaf ganggu” ujarku tak enak
“Eh cindai. Mau kemana?” Tanya bagas
“ke sini. Baru aja dapet jarkom” balasku sambil celingak celinguk
“Oh yaudah tunggu aja ya. Duduk aja situ” suruh bagas. aku langsung duduk di seberang bagas dan Chelsea
“Suapin lagi dong chel” ujar bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap bagas manja
Aku yang sedang membaca novel segera melihat sekitar, ternyata bagas dan Chelsea sedang suap suapan seperti tadi.
‘Ya tuhan.. kau begitu tega. Mengapa kau masih saja membiarkan rasa biadab ini ada pada hatiku?! Mengapa tuhannn?!’ batinku sambil kembali membaca novel. Tak terasa, sebulir air mataku jatuh dan membasahi novel itu.

“Hei ndai” sapa seseorang
“Lo nangis?!” kagetnya. Aku segera menghapus air mataku dan menutup novel yang tadi terkena air mataku dan menoleh.
“Deva?” ujarku saat melihat deva yang dengan baju seragamnya
“Haiii” balasnya sumringah
“Sok imut lo” sahutku
“hehehehe.. suruh ngapain deh?” Tanya-nya
“auu” balasku

Yang tadinya ruang OSIS hanya ada aku deva bagas dan Chelsea sekarang sudah penuh. Tak terlalu banyak sih, adalahh 10-12 orang.
“Kali ini kita omongin masalah LDKS.” Ujar ketua OSIS
“Mau dimana kak?” Tanya bagas
“Nah itu dia. Ada saran gak?” Tanya ketua OSIS balik
Aku tak menyangka Aku dan bagas menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak kusangka kami barengan lagi. 
“Wow chemistry yang bagus. Ada yang setuju di puncak?” sahut KetOS lagi

Setelah lama rapat, sekitar pukul 19:00 kami dibolehkan pulang.
“Fix puncak kan? Oke deh see ya!! Jaga kesehatan” ujar KetOS lalu keluar dari pintu ruang OSIS
Setelah KetOS keluar, deva menghampiriku. “Mau dianter?” Tanya-nya
“Ngga deh makasih dev” balasku
“Bener?” Tanya-nya
“Iyaa” jawabku
“Okedeh.. bye cindai. Ati ati yaa, akang deva mau pulang dulu HAHAHA” ujar deva lalu pergi sambil mencolek daguku
“Hih… sono!” usirku
---
Setelah kejadian malam itu, detik telah bergulir menjadi menit, entah mengapa menitpun begitu cepat menjadi jam, menjadi hari, menjadi minggu dan minggupun telah berlalu menjadi bulan. Sekarang adalah jadwal LDKS.
“Ransel, makanan, selimut,topi,charger,Iphone,Ipod,Mp3,BB,tablet,Ipad,laptop udah semua. Tinggal berangkat” ujarku sambil keluar kamar
“maaaa cindai pamit, doain yaa semua lancar” pamitku kepada mama sambil mencium tangannya
“Iya sayang hati hati yaa” balasnya
---
“Cindai!” ujar seseorang memanggilku
“Eh chelsea. Ada apa chel?” tanyaku
“bisa tolong titipin ini ke bagas gak? Gue buru buru nih mau ke toilet” balasnya
“Iya boleh kok.” Jawabku

Ku lihat bunga mawar dan sekotak hadiah ini. ‘Aku tak tau apa yang ada didalam kotak itu. Apa permen? Apa coklat? Atau bunga juga? Ah aku gak ada hak. Apapun yang ada di dalam kotak itu, itu ga akan merubah semuanya. Bagas hanya untuk Chelsea dan Chelsea hanya untuk bagas. aku siapa?’ batinku bergetar
“hoy ngelamun aja” ujar seseorang mengagetkanku
“Bagas?”
“Eh apanih?” Tanya-nya saat melihat bunga dan kotak yang kupegang
“Nih dari Chelsea.” Balasku lesu
“Buat gue?”
“siapa lagi?” tanyaku balik
“Huh elo.. yaudah deh makasih yaa” ujarnya pergi
“Iya sama sama” tundukku
---
Aku sedang terdiam di bangku bis, mencorat coret buku harianku. Entah mengapa moodku saat ini. Melihat orang tertawa saja aku kesal, mendengar orang bernyanyi saja aku geram. Ada apa denganmu cindai?!
Kulihat sebuah tangan dengan sebotol air mineral digenggaman tepat di depan mataku
“Mau minum?” Tanya-nya halus
“Hmm.. iya makasih dev” balasku mengambil botol darinya
“sama sama” sahutnya tersenyum dan duduk di sebelah bangku-ku
“Gak bosen?” Tanya-nya lagi
“Bosen? Ngga kok” balasku
“Bener?”
“Iya deva. Kenapasih?” tanyaku lagi
“gapapa… suram aja ngeliat lo begitu terus.” Ujarnya sambil menatap lurus kea rah depan
“aduh gitu gimana deh?”
“Yagitu deh hahaha” balasnya tertawa
“Ih galucu-_- gila lo” ucapku
“Kira kira kapan ya?” ujar deva
“Kapan apanya?” tanyaku
“Kapan lo peka ndai” suara deva begitu samar.
“Apa dev?”
“Hah ? gapapa kok hehe. Gue ke belakang dulu ya” ujarnya
“Huh. Iya sana sana”
---
Dengan mengambil ciki ku satu persatu, aku menulis sebuah tulisan. Atau bisa dibilang curhatan di buku harian.

Kamis, 10 Oktober 2013

Ya tuhan, aku lelah. Aku lelah karna aku merasakan perasaan yang tak sepatutnya ada padaku. Aku sakit karena terlalu lelah menunggu orang yang tidak pernah menganggapku. Ya tuhan, andai aku tak diizinkan memilikinya kumohon hapuskan rasa ini dan tunjukkan kepadaku orang yang tepat.

-Cindai-
---
Aku telah menutup buku diary ku. Disini, di kebun teh ini. Aku merasa sangat tenang. Tak ada bagas, tak ada Chelsea, dan yang paling penting tidak ada deva. Si pengacau yang selalu datang tiba tiba itu.
“eh pipi gemblong” colek seseorang dipundakku
“apasih ngel?” tanyaku tanpa menoleh sedikitpun. Aku terlalu pintar untuk dibodoh bodohi oleh seorang angel
“hahahaha tau aja lo kalo gue angel” ujarnya
“Hmm” balasku
“ga di rumah, sekolah, toilet dan di sini pas LDKS lo galaaaaaaaau mulu. Ga capek apa ndai?” Tanya angel
“Ih apasih ngel?! Gue ga galau” elak-ku
“Gue udah apal lo ndai. Jangan boongin gue” sahut angel. Aku terdiam
“Sampe kapan lo nunggu bagas? sampe kapan lo gini terus?! Hei life must go on ndai. Apa lo terus akan rela kalau kebahagiaan lo, kesenangan lo direnggut sama seseorang yang ga jelas itu. Berapa taun ndai? Berapa taun cindai yang gue kenal dulu berubah? Dari yang periang dan sekarang cindai menjadi cindai yang paling nyebelin. Jujur gue lebih respect lo yang smp ndai bukan sekarang. Cindai yang cengeng, cindai yang susah dibilangin.” Ujar angel panjang lebar.
“Lo gatau gue ngel!” bentakku
“Gue tau lo. Dan gue tau siapa yang pantes buat lo dan itu bukan bagas. ngerti? Bukan bagas ndai tapi…” ucapan angel terpotong
“Udahlah. Lo sama aja kaya semua. Gue benci!” ujarku pergi dari hadapan angel
“Tapi deva ndai.” Tutur angel di hati kecilnya
---
“semua berkumpul di depan api unggun sekarang” terdengar suara dari sebuah mikrofon memanggil semuanya untuk ke depan api unggun
---
Aku, angel, gilang, dinda, deva dan seterusnya duduk berdampingan. Kami tertawa bersama, bernyanyi nyanyi, lomba, seru seruan bareng. Tapi, mengapa jadi sepi begini?
“ehm ehm” ujar seseorang melalui mikrofon
‘itu suara bagas. iyaa itu suara bagas. ada apa bagas menghentak hentakkan mikrofon?’ pikirku

“Selamat malam semuaaaa” ujarnya dengan nada gembira
“Malaaaammm” balas semua termasuk aku
“Pertama tama, gue mau ngundang seorang gadis.” Ujar bagas
‘Bukan lo ndai. Bukan lo. Lo hopeless’ batinku
“Agatha Chelsea silakan maju kesini” ucapannya menyebut nama Chelsea bukan aku.
Semua menepuki pasangan itu. Aku? Ya aku juga menepuki kebahagiaan mereka. Kebahagiaan diatas kesakitanku.

“Happy anniversary sayang. I love you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka. Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air mataku. Ya, aku menangis.
Aku berlari menjauh dari semua. Ke kebun teh dan duduk disana. Menangis sejadi jadinya, tak peduli jika ada yang melihat.

-Flashback-

"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya
---
Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya ga..pa..pa.." ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu... Tak tau harus berbuat apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari bagas, sementara bagas tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang kian menjauh.
---
Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?"
---
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!” sahut cindai lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuan Cindai.
---
“Suapin lagi dong chel” ujar bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap bagas manja
---
Aku tak menyangka Aku dan bagas menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak kusangka kami barengan lagi. 
---
“Happy anniversary sayang. I love you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka. Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air mataku. Ya, aku menangis.

-Flashback off-

Dalam tangisanku ini, aku memikirkan semua itu. Ada yang membuat aku tertawa kecil dan semakin membuatku menangis. Ah aku benci hidup ini! Hidup ini terlalu tidak adil untukku.
Terdengar suara jejak mendekat. Aku menoleh “Deva?”
“Nih..” ujarnya mengulurkan tissue dengan tersenyum. Aku mengambil tissue-nya dan memalingkan badan
“Mau ditemenin?” Tanya-nya. Aku hanya mengangguk. Deva duduk disebelahku.
“Kenapa?” Tanya deva lagi dengan nada penuh care. Refleks, aku memeluknya.
“Dev, apa gue gak pantes jatuh cinta?” ujarku sesenggukan di pelukannya
“hah? Apaa?” Tanya-nya
“ih.. apa gue gak pantes jatuh cinta?” tanyaku lagi tapi tidak dalam keadaan memeluk deva.
“Semua orang pantes jatuh cinta dan semua orang harus jatuh cinta” balas deva
“Iya tapi gak buat gue. Perjalanan cinta gue terlalu suram” jawabku
“Iya karna lo stuck di satu orang. Dan gak pernah buka hati lo buat orang lain. Gak pernah nyoba peka sama orang lain” sahut deva
“maksud lo?”
“Ya lo gak pernah mau buka hati buat orang lain. Lo selalu nutup hati lo demi orang yang jelas jelas ga anggep lo ada.” Balas deva
“percuma gue buka hati gue buat orang lain. Toh hati itu akan ketutup lagi karena masih ada bagas” ujarku
“Sekarang coba lo nunggu bagas berapa lama?” Tanya deva
“Dari smp. Kira kira 4 taun lah. Hmm iyaa I have waited him for 4 Years” jawabku
“Hmm.. me too”
“Lo? Lo juga suka sama orang? Dan lo dicuekin? Hahahahaha samaan kita” ucapku
“Hehe.. iyaa”
“Kasihtau dong siapaa… insialnya aja deh” ujarku
“Hahahahha iyaa ini nih inisialnya. L O” balas deva
“L O? Siapa deh? Anak sekolah kita? Kayanya ga ada deh inisialnya L O. Ohh jangan jangan…. Lo suka sama loli?! HAHAHA cewe tompelan itu? Dev devvvvv plis deh…” ucapanku terpotong
“emmm cewe yang gue maksud tuh lo!” ujarnya
“HAH? Gue?”
“Iyaaa cindai!” balasnya
“Kenapa gue?” tanyaku
“Tanya gih kenapa cinta gue jatoh di hati lo” ujarnya
“Ihhhhh….” Balasku membuang muka

Hening…

“tapi maaf gue gak bisa bales rasa sayang dari lo. Gue belom bisa ngelupain bagas. maaf ya dev” ujarku tak enak
“Hmm iya gapapa ndai.. kita bisa sahabatan kok. Tapi lo harus janji, lo gaboleh jadi cindai yang lemah. Gaboleh jadi cindai yang cengeng, tapi harus jadi cindai yang dulu. Cindai yang periang dan ga mikirin yang gak penting. Bisa?” ujar deva
Aku terdiam.
“gabisa ya?” Tanya-nya lagi
“Bisa kok.. gue janji” ujarku merangkulnya
“Nah gitu dong” balasnya
“Nyanyi?” tanyaku
“Ayo!” balas deva girang
---
Dewa 19 – Pupus
Aku tak mengerti Apa yang ku rasa
Rindu yang tak pernah Begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau tak'kan pernah tahu

Aku persembahkan hidupku untukmu
Telah kurelakan hatiku padamu
Namun kau masih bisu, Diam seribu bahasa
Dan hati kecilku bicara

Baru ku sadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
---
“Aku tak bisa menyalahkan tuhan dalam keadaan kisah cintaku ini. Justru aku belajar, merelakan seseorang demi kehidupanku dimasa mendatang. Sulit memang, tapi itulah takdir. Aku akan belajar merelakan bagas dan mencoba untuk mencintai deva. Aku harap bisa. Tuhan, bantu aku melupakannya jika ia tak ditakdirkan untukku.”

-End-


@zaakyki