Dia menghalangi jalan Cindai (lagi), sudah 2 hari
belakangan ini dia – Bagas selalu menghalangi Cindai saat mau masuk kelas.
Cindai sih Bodoamat, malah ada inisiatif mau ngerjain. HAHA
“Misi dong..” ujar Cindai
“Misi dong..” ujar Cindai
“Nggak.” Balas bagas
“Misi kekk…” Cindai mulai merasa kesal
“nggak mau!”
“Eh itu apaan?” Ujar Cindai tiba tiba sambil menunjuk
sebuah pohon. Bagas tak refleks menoleh.
“Gak bisa lo kibulin gue lagi.. Dari 2 hari yang lalu itu
terus caranya haha..” bagas sedikit tertawa
Cindai menempelkan badannya ke dinding, “Jadi lo mau
apasih?” Tanya Cindai
“Gak ngapa ngapain.” Jawab bagas selow.
“Minggir kek udah mau masuk tau!” bentak cindai beranjak
dari sandaran temboknya
“Gue minggir kalo lo mau ini nih…” ujar bagas sambil
menunjuk nunjuk pipinya
“Ewh… udah ah minggir.” Cindai menyingkirkan bagas dengan
paksa dari hadapannya, lalu dia pergi ke kelas.
“GUE GAK AKAN NYERAH NDAI!!” teriak bagas.
‘Bagas apa apaan sih?!’ batin Cindai disela larinya.
---
Di kelas Cindai sedang ada pelajaran Fisika. Ewh ewh ewh…
pelajaran yang paling menjijikan untuk gadis kelas 11 ini. Cindai sedang
memikirkan cara menghitung sebuah jarak pandangan ikan dari dalam akuarium ke
pandangan manusia diluar akuarium, dengan mengetuk ngetukan pensilnya ke meja
ia mulai berpikir.
‘Pikir cindai pikirrr!!!’ batinnya memberontak. Karena
sudah susah payah dan hasilnya sia sia, ia menyalakan lagu dari ponselnya dan
segera ia dengarkan menggunakan headset sambil menaruh kepalanya di tumpukkan
tangannya menghadap jendela.
Tiba tiba cowok yang tadi pagi menghalangi jalannya
melewati kelas Cindai. Hanya lewat. Fiuhhhh……
Tak lama cowok itu – Bagas kembali melewati kelas Cindai,
berbeda dengan yang tadi kini langkahnya lebih dipelankan.
DAG DIG DUG….
‘Mau ngapain dia?!?!’ Batin cindai panic.
Bagas berhenti lalu menghadapnya. Dari dalam Cindai
merasa was was. Apa yang akan bagas
lakukan ?
setelah itu, Bagas mengangkat sebuah Karton besar bertuliskan “HAI CINDAI!” diturunkannya tulisan itu, tidak habis. Dia mengangkat lagi tulisan yang baru yang bertuliskan “SEMANGAT YA BELAJAR FISIKANYA!!” tidak berhenti disitu! Ada lagi!! “ABANG BAGAS SELALU NGESUPPORT NENG CINDAI MWAHHHH… :*<3” Kini sudah habis.
‘EWH BAGAAAAAAAAAAAAAAS’ Batin cindai berteriak dengan
sejadi jadinya! OMG!!
---
“Ndai, kenapa sih lo gak mau nge respon bagas
sedikitpun?” Tanya Chelsea
“iya nih cindai… padahal kalo gue liat sih Bagas beneran
serius.” Sahut Marsha
“Apaan sih lu berdua. Kalo lu berdua mau, ya ambil aja
sana. Gue sih gak mau!” balas Cindai ketus sambil menyeruput Es teh manisnya
“Ciusss? Nanti benci bilang cinta lohhh…” ledek Chelsea.
Marsha hanya mengedipkan mata
“Ewh gue ga akan kali cinta sama dia.”
“Gini deh, Bagas ga ada kurangnya tau menurut gueyaaa…..
jadi ga ada satu cewekpun yang gak akan gak suka sama bagas.”
“Kecuali gue.” Sahut Cindai cepat.
“lagian sekarang lagi banyak cowok yang model model kaya
bagas tuh. Eh ujung ujungnya PHP doang pas kita udah berharap kejauhan.
Pokoknya gak mau! Dan ga akan mau!!” Lanjut Cindai
“Ihhhh ni anak yaa!!”
“Gue yakin ndai, cepat atau lambat lo bakal suka sama
bagas kalo lo diperlakukan begitu terus.” Ujar Marsha
“Let us see~~” balas Cindai dengan enteng
“Yaudah yuk balik ke kelas, udah mau bel nih.” Ajak
Chelsea
“Sipsip.. gue bayar dulu ya es tehnya, kalian duluan
aja.” ujar Marsha
“Daahh…” Cindai dan Chelsea meninggalkan Marsha dikantin.
---
Hari Jumat, yeay! Hari dimana besoknya adalah hari
libur!!! Cindai menuju kelas dengan sedikit berlari senang. Eitsss…. Kemana
Bagas? Entahlah. Yang jelas Cindai sedang senang karna tidak ada yang menjadi
moodbreakernya dipagi buta ini.
“Haaaai..” sapa Cindai saat masuk ke kelasnya.
“Haaii cindai..” balas Marsha
“Chelsea belom dateng?” Tanya Cindai
“Lo udah berapa taun sih sebangku sama Chelsea?” Tanya
Marsha balik
Cindai menunjukkan 4 jarinya. “Udah 4 taun kan? Kan lu
tau dia ratunya te-lat.” Cerocos Marsha
“Oh iya haha….” Ujar Cindai lalu duduk dibangkunya.
Cindai hendak mengambil kartonnya di laci meja, dia
merasakan ada yang tajem tajem di jarinya.
‘Apaan nih?!’ pikir cindai langsung memeriksa lacinya.
“Bunga mawar?!” Ujar Cindai kaget saat menarik benda itu
dari lacinya. Begitupun Marsha.
“Aduh… Bagas pasti HAHA.” Ujar Marsha lalu kembali berkutat
dengan PR matematikanya.
“Ada kertasnya, Sha..” balas Cindai. “He’eh…” Marsha
masih terus focus. “Katanya apaa?” Tanya Marsha tanpa sedikitpun menoleh
“Ini nih… Nomor 1. Cintaku ke kamu tuh kaya kecoa. Ga
punah dimakan zaman, Yang ke-2 Aku bakalan berenti cinta sama kamu kalo gajah
udah bisa terbang sendiri, Ke-3 Daripada daftar jadi Boyband mending aku daftar
jadi Boyfriend kamu aja, terus yang terakhir
Enak ya jadi kamu, kalo mau liat bidadari tinggal liat di kaca. Hehehe
With Love Abang Bagas. Jijik gak sih SHAAAAAAAAAAAA?!” ujar Cindai
“Ahahahahaha…. Gue…gue…. Gueee mau ketawa njirrr….
HAHAHAAH..” ujar Marsha
“tuhkannn-_______- Marsha serius ahh..” Cindai mulai
ngambek
“Hehe iyaiya… gak jijik sih, tapi garing haha… Bagas
bagas…”
Tiba tiba Chelsea datang. “Eh eh ada apasih? Ketawa lo
shaa sampe kedengeran ke deket IPS1.” Ujar Chelsea
“Nih baca..” Cindai memberi kertas yang tadi ia bacakan
Hening….
“AHAHAHAAHAHAHHAAH….. Ndai kok lo punya gebetan gini
amatsihhh? HAHAHAHA…” Chelsea ketawa kenceng juga.
“Ih kalian apa apaan sih-_- gue jadi males deh..” Ujar
Cindai lalu pergi ke kantin.
Sementara Cindai pergi, Marsha dan Chelsea meneruskan
tertawanya. HAHAHAHA(???)
---
Diperjalanan ke kantin, Cindai memikirkan tentang bunga
yang masih dipegangnya itu.
‘Apa bagas beneran serius? Gue takut diPHPin lagi kaya
waktu itu sama kak Cakka. Ah bodo!’ Pikir Cindai lalu membuang bunganya ke tong
sampah.
“dasar Cowok!!” makinya lalu meneruskan jalan.
Apaan tuh? Tanda panah? Cindai melihat tanda panah
berwarna biru di dinding sebelahnya yang menunjukkan lurus. Cindai
mengikutinya, dan tak lama sampai di tanda panah berikutnya yang berwarna merah
menunjukkan ke arah tangga bawah. Cindai terus mengikuti sampai akhirnya
berhenti di depan ruang OSIS. Cindai mencari cari tanda panah selanjutnya. Gak
ada! Cindai terpaku dengan tulisan di pintu ruang OSIS yaitu “I am here…”
Cindai membuka knop pintunya pelan. Gelap.
“Masuk aja. Gausah takut.” Ujar seseorang.
‘Suara itu?!’ batin Cindai
Ada yang menariknya dari dalam dengan paksa lalu menutup
pintunya.
“Ih lepasin!!!” berontak Cindai
Tak lama lampu menyala. Dihadapannya ada seseorang yang
paling ia tidak sukai. Ya, Bagas.
Walaupun disekelilingnya ada aksesoris aksesoris layaknya
acara ulang tahun, Cindai tetap ingin berontak. GAK SUKA!!
“Lo mau apalagi sih, Gas?” Tanya Cindai
“Lo mau apalagi sih, Gas?” Tanya Cindai
“Gue Cuma mau ngomong kok sama lo.” Jawab bagas
“Ngomong apa?” Tanya Cindai lagi
“Gue… gue mau ngomong kalo gue itu suka sama lo. Lo mau
jadi pacar gue?” tutur Bagas to the point.
“Kenapa harus gue?” Tanya Cindai
“Ya karna hati gue udah milih lo.” Jawab Cindai
Cindai geleng geleng, “Terus alesan lo mau jadi pacar gue
itu apa?” Tanya Cindai lagi
“Karna lo cantik, friendly, pinter nyanyi, bersih, pinter
biologi, rajin dan lain lain. Pokoknya banyak deh.” Jawab bagas. Bagas tak mau
menyerah.
“Salah. Jawaban lo salah. Gue gak mau jadi pacar lo.”
Ujar Cindai
“Kenapa? Itu kan jawabannya? Karna lo perfect?”
“Bukan. Yang namanya orang jatuh cinta sama seseorang itu
gak dilandasi alasan. Kalo lo bisa nyebutin alasan kenapa lo suka sama gue,
pasti lo suka sama gue karna ada alasan itu, coba kalo ga ada alesan yg tadi lo
sebutin, mana bisa lo jatuh cinta sama gue?” Jawab Cindai.
SKAK!!!
SKAK!!!
Lidah bagas beku. Tak bisa berkata kata.
“Diem kan lo? Haha yaudah lahya.. bye” ujar Cindai lalu membuka pintu sedikit.
“Ndai… jadi jawaban lo apa?” Tanya Bagas
“Liat aja nanti. Lo harus buktiin selama 3 hari untuk
nyenengin hati gue. Dimulai dari hari senin!”
“Oke!” tutur bagas mantap.
Cindai meneruskan jalannya keluar pintu meninggalkan
Bagas
---
Cindai terus nyanyi nyanyi didepan cermin dikamarnya. Ia
membayangkan ada bagas didepannya sebagai objek.
***
She – Slow down, Baby.
Slow down baby...
Take it easy just
let it flow...
No, no, no, no...
tunggu dulu
Cinta jangan
buru-buru
Karena ku rasa
terlalu cepat
Ku takut semua
palsu
o, no, no, no...
tunggu dulu
Cinta jangan
buru-buru
Masih ada banyak
waktu
Biarkan cinta
mengalir
***
“Haha bagas bagas…”
---
Sejak hari jumat, cindai masih ingat tentang perjanjian
dia dengan bagas. Mana bagas?
Cindai melewati koridor, seluruh mata yang berada
dikoridor melihatnya dengan bengong.
Bagas tiba tiba keluar dari kelasnya, yaitu IPA 4.
‘Ini saatnya…….’ Batin Cindai girang. Cindai mendekat ke
Bagas, terus mendekat dan pas didepan Bagas.
Bagas terlihat kaget dengan Cindai makanya dia bengong
“Kenapa lo?” Tanya Cindai
“Kaget?” Tanya-nya lagi. Siapa yang gak kaget? Cindai
yang awalnya selalu fashionable, dipagi itu juga mendadak culun! Dia mengenakan
kacamata merah besar, Rambut dikepang dua, gigi dibehel, pake baju seragam
dimasukin, rok semata kaki dan membawa tas kecil di punggungnya.
“Udah ah misi. Gue mau lewat.” Ujar Cindai lalu
menyingkirkan Bagas
‘Cindai kenapa? Ah gue gak boleh terpengaruh. Inget gas,
inget!!’ batin Bagas lalu kembali masuk ke kelasnya.
---
Cindai telah sampai dikelasnya, Cindai langsung duduk
disamping Chelsea. Chelsea sedang memainkan ponselnya sehingga cindai dateng
aja ga tau-_-
“Chel…” Ujar Cindai sambil menggoyangkan bahu Chelsea
“Hah?” Chelsea nyaut tapi ga nengok
“Chel…” Cindai
“Apasi??” Chelsea menoleh ke Cindai. “NDAII!??!?!?”
“hehehe….” Cindai cengengesan memperlihatkan behelnya.
“Lu kenapaaa?” Tanya Chelsea sambil memandang Cindai
“Gak kenapa napa….” Balas Cindai
“Penampilan lo ndai…….” Kata Chelsea
Gak lama Marsha dateng dan melihat Cindai.
“CINDAI??!?!?!” marsha menampilkan mimik muka kaget.
“Lo ngapain sih ?” Tanya Marsha
“Gapapa.. kenapa sih lo pada?” Tanya Cindai
Chelsea dan Marsha hanya geleng geleng.
“Nah yaudah kan? Masalah sama kalian?” ujar Cindai lalu pergi.
“Nah yaudah kan? Masalah sama kalian?” ujar Cindai lalu pergi.
“Cindai kenapa sih?” Tanya Marsha
“Mana gue tau-___- lagi salah otak kali.” Jawab Chelsea
---
Bel masuk berbunyi. Kali ini pelajaran Biologi. Pelajaran
yang paling Cindai sukai! Yeay!
“Siapa yang bisa menuliskan daur hidup Fasciola hepatica?
Ayo maju ke depan.” Ujar bu Raja
“Saya!!” Cindai mengacungkan tangan
“Iya Cindai silakan..”
Cindai langsung maju ke papan tulis, mengambil spidol
saat dia menulis daur hidup itu seperti ada bayangan bagas yang
memperhatikannya dari luar. Dia seketika menoleh. TAP!! Bagas ada disana.
‘Bagas ngapain?!’ batin Cindai. Segera Cindai menulis
daur hidup Fasciola hepatica-nya dengan salah. Lalu menaro spidolnya ke tempat
spidol lagi.
“Cindai! Kamu apa apaan? Kenapa jadi nyambung ke daur
hidup kupu kupu?? Kalo kamu gak bisa ngerjain, gak usah sok sok-an deh!” ujar
bu Raja sambil menghapus pekerjaan Cindai.
YES! Berhasil. Dia melihat wajah kecewa bagas dari luar. Can you hold it anymore, Gas? Haha.
Bagas pergi dari koridor kelas Cindai.
Bel istirahat berbunyi.
“Ndai, kantin yuk?” Ajak Chelsea
“Gue bawa bekal chel..” jawab Cindai
“HAH?” Chelsea kaget
“Kenapa?”
“Lo kan paling gamau disuruh bawa gitu gituan. Ribet
kan?” sahut Marsha
“Hmm yaudah lahyaa… lagian makanan dikantin udah ga
terlalu enak.” Balas Cindai
“yaudah deh.. kita ke kantin dulu ya..” Chelsea dan
Marsha sudah ngacir ke kantin
“Ih ribet banget sihhhhh ini buka-bukanyaaa-____- “
gerutu Cindai saat ingin makan
Tak lama Bagas dateng. “Hey, Ndai.” Sapa-nya
“Hai.” Balas Cindai datar
“Tumben bawa bekel.”
“Masalah banget?” Tanya Cindai judes
“Gak sih…” balas bagas sambil memperhatikan Cindai
Cindai membuang plastik bekas lauknya ke laci.
“Ndai? Kok lo buang plastiknya dilaci sih?” Tanya Bagas
“Kenapasih?!” Jawab Cindai dengan nada sedikit tinggi
“Gaboleh lah. Sini gue buangin.” Ujar bagas
“oh mau buangin. Nih” Cindai memberi plastik nya ke bagas
lalu Bagas segera membuangnya ke tong sampah.
“Bilang apa?” Tanya Bagas
“Bilang apaan?” Tanya Cindai balik
“Makasih gitu.”
“Lo gak ikhlas?” Tanya Cindai lagi
“Bukan gitu.” Jawab Bagas
“Ih mending lo diem gas.” Cindai menggebrak meja dan
minumnya yang belum ditutup jatuh mengalirkan air putih segar ke lantai.
“Yah jatoh kan….” Ujar Cindai.
‘Aha… I know…’ batin Cindai sambil senyum senyum
Cindai menaro kakinya di atas genangan air itu. Dikecipak
kecipuk(?)in kakinya lalu menimbulkan air yang keruh begitupun lantainya..
“Sekalian nyuci sepatu kemaren abis main basket ditanah
tanah..” ujar Cindai ke Bagas.
‘Gue liat gimana reaksi lo Gas… HAHA’ batin Cindai
merdeka!!
Bagas pergi dari hadapan Cindai.
“Tuh kan udah ga kuat dia sama gue haha.” Ujar Cindai
pelan sambil melanjutkan makannya.
5 menit kemudian, Bagas datang lagi. Kini dia tidak
dengan tangan kosong. Melainkan tangan kanan membawa Es teh dan tangan kiri
membawa pel-an.
“Nih..” bagas menyodorkan estehnya ke Cindai lalu mengepel lantai yang basah dan kotor itu.
“Nih..” bagas menyodorkan estehnya ke Cindai lalu mengepel lantai yang basah dan kotor itu.
‘Bagas….’ Lirih batin Cindai. ‘Engga ndai… itu Cuma
acting!!!’
“Udah bersih deh…….” Ujar Bagas dengan senang
“Mau lo apa sih?!” Cindai bangun dari duduknya.
“Gue Cuma mau bantu lo kok.” Balas bagas
“Gue gak perlu bantuan lo!” Cindai meninggalkan Bagas dan
alat alat makannya yang belum dibenahi.
Bagas terus sabar sambil membenahi alat alat makan Cindai
lalu kembali ke kelasnya.
---
Cindai telah sampai dikantin, pandangannya menyapu
seluruh meja dikantin untuk mencari Chelsea Marsha. Itu dia! Cindai menghampiri
Chelsea Marsha
Tanpa basa basi Cindai langsung duduk di samping Chelsea
Marsha.
“Kenapa sih ndai?” Tanya Chelsea
“Bagas nyebelin tau gak!” ujar Cindai
“Kenapa?”
“Dia tuh tadi blablabla..” Cindai ngejelasin dari A sampe
Z
“Itu dia gak nyebelin! Gue aneh sama lo. Lo cewek tapi
gamau digituin sama bagas. Semua Cewek mana ada yang gak mau diperlakukan gitu
Ndai sama bagas. lo normal gak sih?” Marsha meletakkan tangannya ke jidat
Cindai
“Gue normal lah. Tapi gue tuh trauma ttg cakka. Lo berdua
tau kan?!” balas cindai menepis tangan Marsha
“Gak semua cowok kaya Kak Cakka, Ndai!” balas Chelsea
“Lo gak percaya sama lawan kata? Ada gelap ada terang,
ada sakit ada bahagia, Ada Permainan ada Keseriusan, Ndai. Lo gak bisa seenak
udel ngejudge bagas gitu.” Cerocos Marsha
“Whatever.” Ujar Cindai meneguk es jeruk Marsha.
Tak lama, Bagas datang ke kantin.
‘Ngapain lagi sih tu anak?!?!?’ Batin Cindai
“Ehm… permisi kak, boleh gabung gak? Meja-nya udah penuh
nih.” Ujar adik kelas Cindai, Chelsea dan Marsha
“Hmmm bo…” omongan Chelsea terpotong.
“Gak! Gak boleh. Masih ada yang kosong juga. Sana sana!”
Cindai berbicara dengan nada keras sambil melirik lirik ke arah bagas.
Bagas mendengar dan langsung menghampiri Meja CeChiSha.
“Dek, kamu boleh duduk di meja kakak.” Ujar Bagas ke adik
kelas tadi
“bener kak? Makasih..” ujar mereka langsung ngacir
‘OH SHIT!!!!!!! KENAPAAAAAAAAAAAAA?’ batin Cindai
menggelegar
“Gue duduk sini ya?” Tanya bagas
“Gue duduk sini ya?” Tanya bagas
“Iya..” balas CheSha.
“Kenapa gitu sih ndai sama adek kelas?” Tanya Bagas
“Lo kesini Cuma mau nyeramahin gue? Iya?” Jawab Cindai
“Bukan gitu.. tapi….”
“Talk to my hand gas!” Cindai meletakkan telapak
tangannya di depan muka bagas.
Setelah lama bagas nyerocos, Cindai udah gak tahan dan
memilih untuk pergi.
“Cindai!” panggil bagas dan segera bangkit untuk mengejar
namun tangannya digenggam Chelsea
“Gausah dikejar, Gas.” Ujar Chelsea
“Duduk deh. Kita mau Tanya.” Sahut Marsha
Bagaspun duduk kembali sambil menyaksikan kepergian
Cindai.
“Sebenernya lo tuh blablabla” Marsha nanya nanya
“Blablabla…” Bagas membalas.
10 menit kemudian,
“Oh gitu… oke! Pertahanin ya Gas! Fighting!” Kata Chelsea
begitupun Marsha
“Sipsip. Makasih ya!” ujar Bagas lalu kembali ke kelas.
---
‘Mereka apa banget sih?!?! Kok gue jadi diceramahin gitu
-_- ah bodo.’ Batin Cindai.
---
Pelajaran seni music!!!! OMG ini pelajaran Cindai banget!
“Bernyanyi trio. Cindai Chelsea Marsha tolong contohkan
lagu ini ya.” Ujar bu Bertha. Cindai Chelsea Marsha memang selalu disuruh
mencontohkan untuk semua murid karena mereka bertiga lah yang mempunyai suara
yang sangat bagus dan mengikuti Ekskul Paduan suara. Cindai dan Chelsea di
Sopran sedangkan Marsha di Alto.
Cindai Chelsea Marsha lalu menghampiri bu Bertha.
‘I have a dream?’ pikir Cindai.
“Contohin dengan bagus ya.” Ujar Bu Bertha
“Siap!” balas CinChelSha
***
I have a dream – Westlife
Chelsea :
I have a dream, a
song to sing
To help me cope
with anything
Marsha :
If you see the
wonder (wonder) of a fairy tale
You can take the
future even if you fail
Cindai :
I believe in angels
Something good in
everything I see
I believe in angels
‘Ada Bagas!’ batin Cindai
Cindai menjelek jelekkan suaranya.
When I know the
time is right for me
I'll cross the stream - I have ….
***
“STOP!! Ada apa dengan kamu Cindai? Kenapa kamu tidak sampai nada tinggi padahal kan kamu sopran?” Bu Bertha marah
“STOP!! Ada apa dengan kamu Cindai? Kenapa kamu tidak sampai nada tinggi padahal kan kamu sopran?” Bu Bertha marah
“Saya males bu ngambil nada tinggi. Capek!” balas Cindai
enteng
“Duduk kalian! Biar ibu yang mencontohkan.” Ujar bu
bertha langsung mencontohkan.
Cindai langsung duduk dan melihat Bagas, kebetulan Bagas
juga sedang melihatnya. Dia memasang wajah kemenangan!
---
Hari senin sudah berlalu. Sekarang adalah hari selasa.
Cindai melakukan hal yang sama kepada bagas seperti hari senin! Namun, bagas
tetap pada pendiriannya. Dia tidak akan menyerah sebelum dapat menaklukkan hati
seorang Cindai!
Cindai sedang mengerjakan PR PKn dikelas, tiba tiba bagas
dateng.
“Hai ndai.” Sapa-nya
Cindai tidak menjawab.
“Ndai? Lo ngapain sih?” Tanya Bagas
“Ngerjain pr.” Balas cindai tanpa menoleh
“Kok tumben?” Tanya Bagas
“Suka suka”
“Mau gue bantuin?” Tanya Bagas
“Mau! Atau ga lo aja yang ngerjain pr gue? Masih 45 soal sih, yaa tolong deh. Gue males banget! Daaahh.. Pas masuk harus udah selesai loh.” Ucap Cindai lalu pergi dari hadapan Bagas.
“Mau! Atau ga lo aja yang ngerjain pr gue? Masih 45 soal sih, yaa tolong deh. Gue males banget! Daaahh.. Pas masuk harus udah selesai loh.” Ucap Cindai lalu pergi dari hadapan Bagas.
Bagas langsung mengerjakan pr Cindai itu. Apa boleh buat
selain soalnya banyak, waktupun tidak memihak pada Bagas. Bel masuk telah
berbunyi. Bagas bergegas ke kelasnya.
Cindai kembali dari kantin, dan melihat bukunya tersusun rapi diatas meja.
“Udah selesai tuh?” ujarnya lalu duduk dibangkunya.
Dibukanya buku latihan PKn-nya itu. Udah 40 soal. Kurang
5 lagi sih, tapi yaudah lah.
Ada kertas juga. Bertuliskan ‘Kalo ngerjain PR, dirumah
ya Miss Rajin… Oh iya maaf nih gak selesai Cuma sampe nomor 40, kurang 5 soal
lagi. Maaf ya. Tapi masa gak bisa sih 5 soal doang? Hehe…’
‘Yatuhan… gue jahat banget apa? :(‘ batin Cindai
---
Hari selasa telah berlalu. Kini hari rabu, dimana hari
terakhir kesempatan bagas untuk menyenangkan hati Cindai. Bagas mencari cari
dimana letak anak itu.
Nah kantin! Bagas berlari menuju kantin dan langsung
menemukan Cindai.
“Perjanjian kita sampai kapan?” Tanya Bagas didepan muka
Cindai
“Kenapa? Udah gak kuat lo? Sekarang juga bisa diudahin!”
balas Cindai berdiri
“Gak gitu. Gue butuh kepastian!” ujar Bagas
“Tunggu aja~” Balas Cindai pergi.
---
Cindai sampai dikelasnya. Dimeja-nya tertempel kertas
berwarna pink yang bertuliskan ‘Gue tunggu lo di taman depan jam setengah 7.
Don’t be late miss Rajin. Yours, Bagas.’
“Sekarang gue tau seberapa seriusnya lo ke gue, Gas.” Ujar Cindai sambil memeluk kertas pink itu. Chelsea dan Marsha dateng dan kaget melihat cindai memeluk kertas.
“Ndai!” panggil Chelsea.
“Eh kalian….” Cindai kaget dan refleks menyembunyikan
kertas pink itu.
“itu kertas apa?” Tanya Chelsea
“Bukan apa apa..”
“Mau rahasia rahasiaan nih? Sha!!” Chelsea meneriaki Marsha. Marsha mengerti.
“Mau rahasia rahasiaan nih? Sha!!” Chelsea meneriaki Marsha. Marsha mengerti.
Marsha mengelitiki cindai sementara Chelsea mencari cari
kertas yang disembunyikan cindai.
“Ahahahahah Geli….geli shaaa!!” Cindai
“Ahahahahah Geli….geli shaaa!!” Cindai
“Serahin duluuu baru berenti….”
“Ini…” Cindai memberi kertas itu ke Chelsea.
Chelsea membacanya.
“Ini kertas dari bagas kan?” Tanya Chelsea
Cindai mengangguk.
“Kenapa lo peluk peluk?” Tanya Marsha
“Hmm…”
“Kan udah gue bilang, cepat atau lambat lo pasti bakal
suka sama tu anak! Gak percaya sih!” ujar Marsha
“Iya deh. Kali ini kalian menang dan gue kalah. Gimana
nihhh? Dia ngajak ketemu jam setengah 7 nanti…” ujar Cindai
“Slow dow, baby. Kita bakal bantu lo!” ujar Marsha
“Eitss tapi gak dengan penampilan lo yg ini.” Sahut
Chelsea
“hehehe…” Cindai memeluk kedua sahabatnya itu.
---
Bel pulang sekolah terlah berbunyi. Dengan cepat, Chelsea
Cindai dan Marsha lari menuju gerbang, masuk mobil dan caw kesalon mama Marsha.
Setelah sampai disana, Cindai langsung divermak(??) didandanin deng…
3 jam berlalu.
“Cindai lama amatsih-_-“ ujar Marsha bosan
“Cindai lama amatsih-_-“ ujar Marsha bosan
“Tau nih..” balas Chelsea
Tak lama, Cindai keluar dari tirai(?) Marsha dan Chelsea
melongo ngeliatnya.
“Ndai, lo cantik banget astaga..” ujar Chelsea
“hehe.. berkat bantuan kalian nih…” balas Cindai
“Hmm.. bagas gak akan nyesel ndai berjuang buat lo.. gue
yakin!” sahut Marsha
“Mulai deh lo…”
“hehe… ayodeh! Keburu setengah 7 loh, sekarang udah jam 6
lewat..” Mereka bertiga jalan menuju mobil dan langsung pergi ke taman yang
menjadi tempat pertemuan Bagas dan Cindai.
Pas setengah 7 mereka sampai. Tidak ada tanda tanda orang
akan mengadakan makan malam atau pesta sejenisnya. Yang ada hanya pohon pohon
dan lampu taman yang menyala.
“Mana bagas?” Tanya Chelsea
“jam berapa?” Tanya Cindai balik
“Setengah 7 lewat 5.”
“Tunggu dulu deh..” ujar Cindai lalu duduk dibangku
taman.
Mereka menunggu dibangku sampai jam 7 pas. Bagas belum
datang.
“Tuh kan, gue bilang apa! Bagas Cuma main main, Sha,
Chel. Dia Cuma ngerjain gue!” Ujar Cindai
“Tunggu aja dulu…”
“Ah.. harusnya gue tau dia gak bener bener serius! Bodoh
lo ndai!” gerutu Cindai sambil menghapus make up-nya.
“Ndai…”
“Harusnya gue tau itu, Sha, Chels!” Ujar Cindai lalu
mengacak acak rambutnya yang sudah rapi.
“Jangan nangis gitu dong…” Chelsea dan Marsha memeluk
Cindai. Dagu Cindai disandarkan di bahu Chelsea. Redup redup cahaya bulan, dia
melihat cahaya. Seperti cahaya lilin yang sedang dibawa seseorang.
‘Apa itu bagas?’
Dia kian mendekat. Ya! Bagas!!!
“hai, Ndai.” Sapa Bagas.
“Setengah 7?” Tanya Cindai
“hehe.. sengaja”
“Kok lo tega sih?” Tanya Cindai
“Gue mau tau keseriusan lo sama gue. Lo udah nguji gue
kemaren, sekarang gue gentian nguji lo. Gue nguji lo Cuma setengah jam kan? Lo
? 3 hari. Hehe..” Ujar bagas
Cindai tertunduk.
“Udah lupain aja… Gini, sekarang to the point aja..
jawaban lo apa? Untuk pertanyaan hari jumat kemaren?” Tanya bagas
“Gue…” omongan Cindai terpotong
“Eh tunggu… kalo lo terima gue, lo ambil bunga ini.” Bagas memang memegang
bunga ditangan kanan dan memegang lilin ditangan kiri.
“kalo lo nolak gue, lo tiup lilin ini.”
Hening….
Cindai maju perlahan.
“Gas, makasih. Makasih udah mau berjuang buat gue. Maaf gue terlalu jahat sama lo. Itu gue lakuin Cuma biar bisa ngeliat perjuangan lo, Gas. Makasih ya.” Tutur Cindai lalu meniup lilinnya.
“Gas, makasih. Makasih udah mau berjuang buat gue. Maaf gue terlalu jahat sama lo. Itu gue lakuin Cuma biar bisa ngeliat perjuangan lo, Gas. Makasih ya.” Tutur Cindai lalu meniup lilinnya.
“HAH?!” Chelsea dan Marsha kaget. Begitupun bagas.
Beberapa detik setelah meniup lilin itu, Cindai mengambil
bunga dari tangan bagas dan memeluknya.
“Gue mau jadi pacar lo.” Ujar Cindai dipelukan bagas
“Lo.. lo serius?” Tanya Bagas
Cindai mengangguk.
“Gue mau Tanya, alesan sekarang lo cinta gue karena apa?”
“Gue cinta sama lo karna hati. Bukan karena alesan apa
apa.” Jawab bagas mantap.
“Yakin?” Tanya Cindai
“Iya!”
“Hehe… yaudah kalo gitu besok gue bakal kaya kemaren ah.”
Cindai mulai jahil
“Jangan ahhh kemaren lo ngeselin banget hih-_- kalo gue
gak cinta beneran sama lo mah udah gue buang ke kali, Ndai.” Balas Bagas
“hahahah.. yaudah yuk pulang.” Jawab Cindai
“Kita dianggurin deh masa.” Chelsea tiba tiba ngomong
“Taunih. Mentang mentang yakan..” sahut Marsha
“eh gue lupa kalo kalian masih ada..”
“Pokoknya, kalian harus traktir kita!” ujar Chelsea.
“Betul!” sahut Marsha lagi.
Bagas dan Cindai saling bertatapan dan berbicara bareng.
“SLOW DOWN, BABY.”
“SLOW DOWN, BABY.”
“Hahahaah…” mereka tertawa bersama dan pulang.
-End-
@zaakyki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar