Cerpen ini sih gua ambil dari tugas B.Indonesia di sekolah. Hope you like it Guys :) GBU!
Cekthisout ;;)
.......................................................................................
Terlihat dua orang sahabat, Ani dan Gita. Mereka adalah kelas IX di sebuah sekolah. Ketika mereka masuk kelas, mereka melihat seorang anak cowok yang sangat asing bagi mereka. Tanpa basa-basi Ani dan Gita langsung menghampirinya.
"Anak baru yaa ?" sapa Ani. "Siapa nama lo ?" sambung Gita.
"Nama gue Fikri. Lo berdua siapa?" balas Fikri.
"Oh, gue Ani dan ini sahabat gue Gita." kata Ani. "Hai..." sambung Gita.
Tak beberapa lama mereka berkenalan, bel masuk pun berbunyi.
"Yah, pelajaran matematika yah ? Bete nichh." canda Ani
"Haha..." Gita tertawa.
"Siapa yang bisa mengerjakan soal di depan?" tanya Bu Mitha. Secepat kilat Fikri mengacungkan tangan.
"Wah dia pinter banget yaa... Jadi pengen jadi pacarnya deh hehe.." cetus Ani.
"NGIMPI-_-" kata Gita
Tanpa sepengetahuan Ani, Gita mengirim kertas untuk Fikri. "Hey, lo pinter banget deh. Ajarin gue dong! Nanti ke bangku gue ya pas istirahat." isi kertasnya. Fikri hanya membalas dengan anggukkan.
Menit berlalu menjadi jam. Tak terasa bel istirahat berbunyi.
"Kantin yuk, Git!" ajak Ani. "Duluan gih." balas Gita. "Sip." kata Ani.
Setelah Ani pergi, Gita langsung menghampiri Fikri.
"Fik, jadi ajarin gue ngga ?" kata Gita.
"Hmm.. Gatau deh, pala gue pusing banget nih!" kata Fikri.
"Gue anter ke BK yuk." tawar Gita.
"Ayo deh.." balas Fikri. "Kok bukan ke UKS sih, Git ?"
"Lagi dibersihin, Fik hehe." balas Gita.
Di ruang BK, mereka ngobrol banyak sekali. Tak lama kemudian, Ani lewat.
"Git, Fik lagi ngapain di ruang BK?" tanya Ani.
"Ini Fikri sakit, Ni!" jawab Gita. "Beneran ? Mau berduaan kali. Hehe.." kata Ani sambil berlalu.
5jam berlalu.... Bel tanda pulang pun berbunyi. "Git, ke kantin dulu yuk!" ajak Ani. "Ayuk dahh..." jawab Gita.
Sesampainya di kantin, mereka membeli minum. Tak sengaja, mereka bertemu Fikri.
"Hai, Fik!" sapa Gita. "Hai, Git." balas Fikri.
"Kayanya lu suka deh sama Fikri." cela Ani. "Hah ? engga ah. Biasa aja." balas Gita.
Jalan menuju halte begitu becek. Sesampainya di halte, mereka bertemu lagi dengan Fikri.
"Eh ketemu lagi. Kayanya kita jodoh deh! Haha." canda Ani. "HAH?" Gita kaget.
"Kenapa, Git ?" tanya Ani.
"Ha ? Gapapa kok. tadi tikus lewat. Hiii..." balas Gita.
"Git, mau dianter ga ?" tawar Fikri. "Ah engga deh, Fik. Makasih." balas Gita. "Oh yaudah, ati ati yaa.." kata Fikri. "Siippp" balas Gita.
Bus yang ditunggu tunggu pun datang. "Yaampun ini bis udah penuh, kotor, jalannya macet lagi. Bete deh"
kata Ani. "Ni, turun nih." kata Gita. "Iyaaa" balas Ani.
Sesampainya di rumah, Gita langsung ganti baju. Setelah itu berbaring sambil memainkan ponselnya. "Hah ada 10 sms ? Dari siapa yaa ?" batin Gita. "Hah ? Fikri sms guee!!"
Secepat kilat Gita membalasnya. Setelah lama smsan, Fikri menyatakan perasaannya kepada Gita. Gita senang bukan main. Waktu menandakan pukul 4 sore, Gita akan melaksanakan shalat ashar dan ingin tidur sampai besok pagi.
Pagi telah tiba. Dengan cepat Gita mandi dan ganti baju.
"Maaaa... Gita berangkat!" teriaknya.
Saat ia berjalan menuju sekolah, Fikri lewat dengan sepeda motornya.
"Hey bareng yuk ;)" tawar Fikri. "Hmm... Boleh deh hehe..." balas Gita.
Setelah sampai di kelas, Ani sedang mengerjakan PR. Dia memang pemalas.
"Hey, Ni!" sapa Gita. "Hey!" balas Ani. "Ni, gue ditembak Fikri!!!" kata Gita. "Hah ? Serius ?" kata Ani. "Iyee-__-" balas Gita. "Wah selamat yaa, Git!" balas Ani.
2 Minggu sudah Fikri dan Gita menjalin hubungan. "Aku tidak bisa melihat mereka bersenang senang lagi. Aku harus merusaknya!" batin Ani.
Sewaktu istirahat, Gita ke kantin sendiri. Selagi Gita ke kantin, Ani mengampiri Fikri.
"Fik, gue mau ngomong tentang Gita." kata Ani. "Ngomong aja!" balas Fikri.
"Lo tau gak sih ? Lo tuh dimainin sama dia." kata Ani. "Gausah ngaco deh!" bala Fikri.
"Gue serius!" jawab Ani. "Gue belom percaya kalo ga ada buktinya!" kata Fikri.
"Aduh mampus gue. Buktinya kan ga ada!" batin Ani. "Woy! Mana ?" bentak Fikri.
"Sekarang emang belom ada buktinya. Tapi, secepatnya gue kasih !" kata Ani. "OK!" balas Fikri.
Mendengar berita itu Fikri memang tak percaya. Tapi, ia merasa kalau Gita benar benar memainkannya. 3 hari mereka tidak berhubungan, baik ngobrol atau telepon.
Pagi sekali Gita sudah sampai di kelas. Menunggu kedatangan seseorang yang sudah 3hari tidak memberinya kabar. Tak lama, Fikri masuk.
"Fik!" sapa Gita. Tidak ada respon. Gita menghampiri Fikri. "Fik, lo kenapa ? Gue bbm cuma read. Gue telepon juga direject. Kenapa, Fik ?" tanya Gita.
"Lo tanya kenapa ? Kalo gue ga sms/bbm lo harusnya lo yang mikir kenapa gue bisa gitu sama lo." bentak Fikri.
"Maksudnya apa, Fik?" tanya Gita. "Gue mau hubungan kita udahan, Git." kata Fikri.
"Ttt,,tapi Fik..." belum selesai Gita bicara, Fikri sudah pergi. "Gue sayang lo, Fik! :(" isak Gita.
Fikri menuju kantin dan langsung menelepon Ani.
"Woy lo dimana ? Ke kantin gece." kata Fikri. "Yaaaa..." balas Ani. Anipun sampai. "Kenapa sih ?" tanya Ani.
"Mana buktinya ?" tanya Fikri. "Nih!" kata Ani (menyodorkan tape recorder).
"Apaan nih ?" kata Fikri. "Tunggu dulu!" balas Ani.
Terdapat sebuah rekaman suara Gita tentang perasaan yang sebenarnya kepada Fikri di tape itu. Dan Fikri sekarang mendengarnya
"Lo udah tau kan, Fik?" kata Ani. "Gue ga nyangka, Ni!" balas Fikri. "Apalagi gue!" kata Ani.
"Anterin gue!" kata Fikri. "Kemana ?" balas Ani. "Ke Gita! Ayoo..." kata Fikri.
"Waduh bisa berabeh nihh-__-" batin Ani. Fikri menarik tangan Ani.
Sampai di kelas, Gita sedang menangis.
"Apa maksudnya ini ?" bentak Fikri. "Maksud kamu apa sih ?" balas Gita. "Play tuh rekamannya!" kata Fikri. Gita memainkan rekaman itu. Gita kaget. "Ini maksudnya apa ?" tanya Gita.
"Alah gausah pura pura gatau deh. Di rekaman itu lo kan ?" kata Fikri. "Bu.. Bukann!" balas Gita. "Gue ga percaya!" kata Fikri sambil pergi.
Bel masuk pun berbunyi. 4 pelajaran dilewatinya dengan tak semangat. Diam diam Gita mengirim bbm ke Fikri. "Fik, temuin gue di taman abis pulang sekolah. Gue mau ngomong untuk yang terakhir kali." isi bbmnya. Dan seperti biasa tak ada balasan.
Bel pulang pun berbunyi. Fikri langsung lari ke taman untuk menemui Gita. Sesampainya di taman, Gita sudah menunggu.
"Fik, gue kira lo ga akan dateng." sapa Gita. "Yaudah mau ngomong apaan ?" kata Fikri. "Gue berani sumpah Fik! Kalo di rekaman itu bukan gue!" kata Gita. "Gue gapercaya, Git!" balas Fikri.
Disela sela pembicaraan mereka, muncul seseorang. "Itu suara gue. Gue dibayar sama Ani untuk ngefitnah Gita. Maaf ya, Git!" kata orang itu. "Iya gapapa kok :")...." balas Gita.
"Sekarang mana dia ?" kata Fikri. "Udah pulang kali." jawab Gita.
"Anter gue, Git!" kata Fikri. "Ke mana?" tanya Gita.
"Ke rumah Ani. Ayo!" jawab Fikri.
Dalam perjalanan, ia sangat emosi. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan maksimum. Sesampainya di rumah Ani, rumah Ani sangat sepi.
"Assalamualaikum." kata Fikri. "Wa alaikum salam. Eh Fikri masuk!" kata Ani.
"Gausah deh. Lo sini dong!" pinta Fikri. Waktu Ani keluar dari gerbang, Ani melihat Gita dan langsung kaget. "Kenapa ? Kaget ya ?" kata Gita. "Ah biasa aja!" balas Ani.
"Mulai sekarang, gue sama lo udah ga ada apa apa yaa. Sahabat atau temen pun juga gue gamau!" kata Fikri. "Gue juga sama kaya Fikri!" sambung Gita.
"Tapi Git,Fik!" belum selesai Ani berbicara, mereka sudah pergi.
Fikri dan Gita memutuskan untuk pergi ke taman.
"Fik, kamu tau kan siapa yang salah sekarang ? Aku gapernah boong sama kamu." kata Gita.
"Iyaaa...Maaf aku udah salah sangka sama kamu. Do you want to be mine again, Gita?" kata Fikri. "Of course." balas Gita.
"Aku sayang kamu, Git." kata Fikri sambil mencium kening Gita. "Aku juga, Fik." balas Gita dengan pelukan.
ENNDDD!!! :")
......................................................................................................
Satu kalimat dari gua : Persahabatan bisa rusak karena cinta. Maka, Jagalah persahabatan kalian seperti kalian menjaga cinta sejati kalian :)
Created by : Me. Muhammad Zaki :)
Sabtu, 17 November 2012
Jumat, 02 November 2012
Kisah Cinta
Ibu membawanya pulang dari perjalanan ke rumah. Tubuhnya penuh duri tanaman tajam dan begitu kurus sampai sampai tulang rusuknya begitu kelihatan.
"Astaga!"Kata ibu "Dia kotor sekali."
"Ah tidak! Namanya buck ." Kata Alex, adikku yang berumur 7 tahun. "Boleh kita memeliharanya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Dia akan menjadi anjing yang besar," Ibu mengingatkan sambil mengangkat salah satu kaki Buck yang penuh lumpur. "Mungkin itu sebabnya dia dibuang oleh pemiliknya."
"Anjing jenis apa dia, Bu?" tanyaku. Aku tidak mau dekat dekat dengannya. Baunya bukan main.
"Kemungkinan besar anjing gembala jerman," kata Ibu. "Keadaannya parah, Lex. Mungkin dia tidak akan bertahan hidup."
Dengan lembut Alex mencabuti duri duri itu dari tubuh Buck.
"Aku yang akan merawatnya. Aku janji."
Ibupun menyerah, seperti biasanya, kalay pada Alex. Adikku itu mengidap hemofilia ringan. 5tahun yang lalu ia hampir meninggal karena operasi amandel. Sejak itu kami sangat berhati hati memperlakukannya.
"Baiklah, Alex." kata Ayah. "Kau boleh memelihara Buck, tapi dia menjadi tanggung jawabmu."
"Oke."
Begitulah. Sejak Buck tinggal bersama kami. Sejak awal ia sudah menjadi anjing Alex, tapi ia mau mentolerir kami semua.
Alex menepati janjinya. Ia yang memberi makan - minum pada Buck, juga mengobati dan mengurus anjing yang menyedihkan itu. Kurasa anak itu lebih suka merawat makhluk lain daripada dirinya yang diurus orang lain.
Setelah musim panas, Buck tumbuh menjadi anjing besar yang gagah. Ia dan Alex selalu bersama-sama. Ke manapun Alex pergi, Buck selalu mendampinginya. Ketika sekolah dimulai kembali, Buck akan menemani Alex berjalan enam blok ke sekolah, lalu pulang kembali. Setiap hari, Pukul tiga. entah cuaca cerah ataupun hujan, Buck akan menunggu Alex di lapangan.
"Itu dia si Buck." kata para tetangga. "Berarti sudah hampir jam tiga. Kita bisa tahu sudah jam berapa dari anjing itu."
Bukan hanya itu yang istimewa dari Buck. Entah bagaimana, ia bisa merasakan bahwa Alex tak bisa bermain kasar seperti anak lelaki lainnya. Ia sangat protektif terhadap Alex. Ketika anak berandal di lingkungan kami mengganggu Alex yang tubuhnya kecil, bulu Buck meremang dan geraman menakutkan keluar dari mulutnya. Si anak berandal berhenti mengganggu setelah diancam Buck. Ketika Alex dan teman karibnya, John, bergulat, Buck mengawasi permainan mereka dari jauh. Kalau Alex yang berada di atas tidak apa apa. Tapi kalau John menindihnya, Buck akan maju dan menggigit kerah leher John lalu menariknya. Alex dan John merasa permainan ini sangat menyenangkan, dan mereka sering sekali melakukannya hingga ibuku cemas.
"Nanti kau terluka, Alex." kata Ibu selalu. "Dan kau tidak adil pada John."
Alex tidak suka dibatasi. Ia tak senang mesti harus berhati hati, karena ia berbeda dari anak lain. "Ini kan cuma permainan. Bu. Buck saja tau. Iya kan, Buck ?" Buck seakan menelengkan kepala dan tersenyum senang kepada Alex.
Pada malam semi, Alex mendapat giliran mengantar koran. Sepulang sekolah, ia mengambil koran-koran, lalu naik sepeda untuk mengantarnya. Ia selalu melewati rute yang sama, dalam urutan yang sama. Tentu saja Buck ikut bersamanya.
Suatu hari, entah kenapa, Alex mengubah rutenya. Bukannya belok kiri seperti biasa di suatu jalan, ia belok ke kanan. Buk!... Ciiiit!... Bunyi rem dan tubuh Buck melayang.
Kami diberi kabar tentang kecelakaan itu. aku mesti melepas cengkeraman tangan Alex dari tubuh Buck yang tak bernyawa lagi, supaya Ayah bisa membawa anjing itu pulang.
"Ini semua salahku," kata Alex berulang-ulang. "Buck mengira mobil itu akan menabrakku. Dia pikir ini cuma permainan juga."
"Buck cuma ingin menunjukkan cintanya padamu," kata Ibu. "Kalian berdua telah menunjukkannya rasa cinta itu dengan baik."
Alex terisak."Apa?"
"Kau mendampingi Buck saat dia membutuhkanmu. Dan sekarang dia mendampingimu saat dia merasa kau membutuhkannya. Itulah namanya permainan cinta."
"Aku ingin dia kembali," ratap Alex. "Buck-ku sudah pergi."
"Tidak, ia tidak pergi," kata Ayah sambil memelukku dan Alex. "Buck akan senantiasa hidup di dalam kenanganmu."
Dan memang begitulah adanya.
..............................................................................................
Dari cerpen di atas, dapat kalian ketahui kalau "Cinta Itu ABADI" :"")
Created by : M.Zaki ;)
"Astaga!"Kata ibu "Dia kotor sekali."
"Ah tidak! Namanya buck ." Kata Alex, adikku yang berumur 7 tahun. "Boleh kita memeliharanya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Dia akan menjadi anjing yang besar," Ibu mengingatkan sambil mengangkat salah satu kaki Buck yang penuh lumpur. "Mungkin itu sebabnya dia dibuang oleh pemiliknya."
"Anjing jenis apa dia, Bu?" tanyaku. Aku tidak mau dekat dekat dengannya. Baunya bukan main.
"Kemungkinan besar anjing gembala jerman," kata Ibu. "Keadaannya parah, Lex. Mungkin dia tidak akan bertahan hidup."
Dengan lembut Alex mencabuti duri duri itu dari tubuh Buck.
"Aku yang akan merawatnya. Aku janji."
Ibupun menyerah, seperti biasanya, kalay pada Alex. Adikku itu mengidap hemofilia ringan. 5tahun yang lalu ia hampir meninggal karena operasi amandel. Sejak itu kami sangat berhati hati memperlakukannya.
"Baiklah, Alex." kata Ayah. "Kau boleh memelihara Buck, tapi dia menjadi tanggung jawabmu."
"Oke."
Begitulah. Sejak Buck tinggal bersama kami. Sejak awal ia sudah menjadi anjing Alex, tapi ia mau mentolerir kami semua.
Alex menepati janjinya. Ia yang memberi makan - minum pada Buck, juga mengobati dan mengurus anjing yang menyedihkan itu. Kurasa anak itu lebih suka merawat makhluk lain daripada dirinya yang diurus orang lain.
Setelah musim panas, Buck tumbuh menjadi anjing besar yang gagah. Ia dan Alex selalu bersama-sama. Ke manapun Alex pergi, Buck selalu mendampinginya. Ketika sekolah dimulai kembali, Buck akan menemani Alex berjalan enam blok ke sekolah, lalu pulang kembali. Setiap hari, Pukul tiga. entah cuaca cerah ataupun hujan, Buck akan menunggu Alex di lapangan.
"Itu dia si Buck." kata para tetangga. "Berarti sudah hampir jam tiga. Kita bisa tahu sudah jam berapa dari anjing itu."
Bukan hanya itu yang istimewa dari Buck. Entah bagaimana, ia bisa merasakan bahwa Alex tak bisa bermain kasar seperti anak lelaki lainnya. Ia sangat protektif terhadap Alex. Ketika anak berandal di lingkungan kami mengganggu Alex yang tubuhnya kecil, bulu Buck meremang dan geraman menakutkan keluar dari mulutnya. Si anak berandal berhenti mengganggu setelah diancam Buck. Ketika Alex dan teman karibnya, John, bergulat, Buck mengawasi permainan mereka dari jauh. Kalau Alex yang berada di atas tidak apa apa. Tapi kalau John menindihnya, Buck akan maju dan menggigit kerah leher John lalu menariknya. Alex dan John merasa permainan ini sangat menyenangkan, dan mereka sering sekali melakukannya hingga ibuku cemas.
"Nanti kau terluka, Alex." kata Ibu selalu. "Dan kau tidak adil pada John."
Alex tidak suka dibatasi. Ia tak senang mesti harus berhati hati, karena ia berbeda dari anak lain. "Ini kan cuma permainan. Bu. Buck saja tau. Iya kan, Buck ?" Buck seakan menelengkan kepala dan tersenyum senang kepada Alex.
Pada malam semi, Alex mendapat giliran mengantar koran. Sepulang sekolah, ia mengambil koran-koran, lalu naik sepeda untuk mengantarnya. Ia selalu melewati rute yang sama, dalam urutan yang sama. Tentu saja Buck ikut bersamanya.
Suatu hari, entah kenapa, Alex mengubah rutenya. Bukannya belok kiri seperti biasa di suatu jalan, ia belok ke kanan. Buk!... Ciiiit!... Bunyi rem dan tubuh Buck melayang.
Kami diberi kabar tentang kecelakaan itu. aku mesti melepas cengkeraman tangan Alex dari tubuh Buck yang tak bernyawa lagi, supaya Ayah bisa membawa anjing itu pulang.
"Ini semua salahku," kata Alex berulang-ulang. "Buck mengira mobil itu akan menabrakku. Dia pikir ini cuma permainan juga."
"Buck cuma ingin menunjukkan cintanya padamu," kata Ibu. "Kalian berdua telah menunjukkannya rasa cinta itu dengan baik."
Alex terisak."Apa?"
"Kau mendampingi Buck saat dia membutuhkanmu. Dan sekarang dia mendampingimu saat dia merasa kau membutuhkannya. Itulah namanya permainan cinta."
"Aku ingin dia kembali," ratap Alex. "Buck-ku sudah pergi."
"Tidak, ia tidak pergi," kata Ayah sambil memelukku dan Alex. "Buck akan senantiasa hidup di dalam kenanganmu."
Dan memang begitulah adanya.
..............................................................................................
Dari cerpen di atas, dapat kalian ketahui kalau "Cinta Itu ABADI" :"")
Created by : M.Zaki ;)
Rabu, 31 Oktober 2012
Sahabat...
Orang yang kalian sayang setelah ibu adalah sahabat bukan ?
Yaa... Begitupun aku.
Bagiku, Sahabat adalah segalanya.
Sahabat tidak bisa ditawar dan tidak bisa dibeli dengan apapun.
Sahabat datang dari Hati bukan dari Mata.
.............................................................................
Seorang sahabat tidak akan membiarkanmu merusak dirimu sendiri.
Seorang sahabat mempunyai tempat istimewa di hatimu dan selalu ada pada saat kau butuhkan.
Seorang sahabat adalah orang yang bisa kau hormati, menghormatimu dan mau berbagi perasaan.
Seorang sahabat akan membuatmu merasa nyaman dengan dirimu sendiri, mendorongmu untuk meraih cita-
cita, dan tak pernah iri kepadamu
Seorang sahabat akan senantiasa mendampingimu saat duka maupun suka.
Seorang sahabat akan selalu berpihak padamu saat kau merasa seluruh dunia menentangmu.
Seorang sahabat menyukaimu sebagaimana adanya, bukan karena penampilanmu.
Seorang sahabat akan membantumu bangkit saat kau terpuruk.
Seorang sahabat tidak akan mementingkan paras atau popularitas, melainkan menyukaimu karna kepribadianmu dan akan mendampingimu hingga akhir.
...........................................................
Beruntungnya kalian yang mempunyai seorang atau beberapa sahabat. Jangan sia siakan mereka, karena jika mereka pergi kalian akan tau apa yang dinamakan Kehilangan. Jaga mereka, karena sahabat adalah salah satu Malaikat Kiriman Dari TUHAN :")
By: MuhammadZaki ;)
Yaa... Begitupun aku.
Bagiku, Sahabat adalah segalanya.
Sahabat tidak bisa ditawar dan tidak bisa dibeli dengan apapun.
Sahabat datang dari Hati bukan dari Mata.
.............................................................................
Seorang sahabat tidak akan membiarkanmu merusak dirimu sendiri.
Seorang sahabat mempunyai tempat istimewa di hatimu dan selalu ada pada saat kau butuhkan.
Seorang sahabat adalah orang yang bisa kau hormati, menghormatimu dan mau berbagi perasaan.
Seorang sahabat akan membuatmu merasa nyaman dengan dirimu sendiri, mendorongmu untuk meraih cita-
cita, dan tak pernah iri kepadamu
Seorang sahabat akan senantiasa mendampingimu saat duka maupun suka.
Seorang sahabat akan selalu berpihak padamu saat kau merasa seluruh dunia menentangmu.
Seorang sahabat menyukaimu sebagaimana adanya, bukan karena penampilanmu.
Seorang sahabat akan membantumu bangkit saat kau terpuruk.
Seorang sahabat tidak akan mementingkan paras atau popularitas, melainkan menyukaimu karna kepribadianmu dan akan mendampingimu hingga akhir.
...........................................................
Beruntungnya kalian yang mempunyai seorang atau beberapa sahabat. Jangan sia siakan mereka, karena jika mereka pergi kalian akan tau apa yang dinamakan Kehilangan. Jaga mereka, karena sahabat adalah salah satu Malaikat Kiriman Dari TUHAN :")
By: MuhammadZaki ;)
Senin, 15 Oktober 2012
Pengorbanan sahabat (cerpen)
"Tuhan, aku butuh bantuanmu. Tolong bantu aku!" Terdengar teriakan itu dari belakang bukit. Aku, Ipang, dan wiwid yang sedang mengobrol segera menghampiri suara itu.
Tidak salah lagi itu suara Erlin. "Sedang apa kamu di sini, Er ?" Tanyaku. "Sudahlah. Aku tau kalian sudah tidak pernah peduli lagi tentang semua penderitaanku." Bentak Erlin. "Kami ini sahabatmu! Jika kamu tidak pernah menceritakan apa apa, bagaimana kami bisa membantumu ?" Balas Wiwid. "Aku tak akan menceritakannya pada kalian. Ini urusanku!" Kata Erlin sambil berlari meninggalkan kami.
.......................................................
#Rumah Wiwid
"Menurutmu, apa yang difikirkan oleh Erlin ya ? Mengapa dia tak mau menceritakannya kepada kita ? Apakah kita sudah dipandang lain olehnya ?" Kata Ipang.
"Mungkin tidak. Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya." Sahut Wiwid.
"hmm.. iya juga. Tapi, aku masih penasaran dengan apa yang ia pikirkan." Kataku.
"Kalau dia sudah siap, pasti ia akan bercerita juga. Kepada siapa lagi dia akan mengadu kalau bukan ke kita ?" Balas Wiwid.
Aku dan Ipang menganggukkan kepala seolah menyetujui.
3Jam kemudian,
"Wid, kami pulang dulu yaa.." Kataku dan Ipang.
"assalamualaikum.." Kata kami sambil berlalu.
Tak lama setelah aku dan Ipang pergi, datanglah Erlin ke rumah Wiwid.
"Assalamualaikum.." Kata Erlin sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, eh Erlin ada apa ? Masuk masuk." Kata Wiwid
#Dalam rumah Wiwid
"Ada apa, Er ?" Tanya Wiwid.
"Aku ingin memberitaukan. Bahwa orangtuaku sudah tidak menerima aku sebagai anaknya. Jadi, mulai besok aku akan keluar dari rumah dan aku tidak akan bersekolah lagi. Mungkin aku akan jadi gelandangan di pinggir jalan." kata Erlin panjang lebar.
"Kamu bohong kan, Er ?! Wiwid kaget.
"Terserah kamu ingin percaya atau tidak. Yang kamu mau aku menceritakannya kan ? ya ini sudah aku ceritakan kepadamu. Sekarang aku pamit pulang dulu yaa. Mungkin juga aku sudah tidak akan main dengan kamu, dan yang lainnya lagi. Jaga diri baik baik tanpa aku ya, Wid." Kata Erlin sambil meneteskan air mata.
"Kamu serius ingin meninggalkan aku dan yang lain ? Yasudah kalau itu memang pilihanmu. Aku tidak bisa menahan. Jaga diri baik baik ya." Kata Wiwid sambil memeluk Erlin.
"Yasudah aku pulang dulu. Assalamualaikum." Erlin berlalu dari rumah Wiwid.
"Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu,Er." Teriak Wiwid dalam hati.
...................................................
#Kelas
Wiwid menceritakannya kepadaku dan Ipang. Aku dan Ipang kaget.
"Setega itukah orangtuanya ?" Kataku sambil menghantam meja.
"Apakah kita akan diam melihat sahabat kita begitu ?" Kata Ipang.
"Lalu, kita mau apa ? Itu jalan yang ia pilih." Kata Wiwid.
"Aku kasihan, Wid. Kumohon cari akal untuk membantunya." Kata Ipang.
"Yasudah, mulai besok kita cari Erlin." Kata Wiwid.
"Setuju!" Kata aku dan Ipang.
...................................................
#Rumah Erlin
"Assalamualaikum."Kata kami bertiga
"Waalaikumsalam..." Sahut seseorang dari dalam.
"Bu, ada Erlin ?" Kataku.
"Erlin ? Anak bego seperti dia sudah keluar dari rumah." Kata ibunya lalu masuk kedalam dan membanting pintu.
"Kita harus bagaimana ?" Kata Wiwid sambil mengeluarkan air mata.
"Tak usah nangis, Wid." Kataku.
Sepanjang perjalanan kami selalu menengok ke kanan dan kiri.
"Sepertinya itu Erlin!!!" Kata Ipang kaget.
"Mana ?!!!" Kata aku dan Wiwid sambil celingak celinguk.
"Itu! Ayo kesana." Kata Ipang
..................................................
"Erlin...." Kata Wiwid.
"Hah ? Kalian ? Mau apa ke sini ?" Kata Erlin kaget.
"Kami mencarimu, Er!" Kata Wiwid.
"Kupikir kalian sudah tidak akan peduli lagi denganku." Kata Erlin.
"Kalau kami tak peduli lagi denganmu, kami tak akan mencarimu, Er! Kami sayang padamu" Balas Wiwid.
"Aku juga sayang pada kalian, Sahabat sahabatku." Kata Erlin.
..............................
Kesimpulan : Seorang sahabat akan mengerahkan semua tenaganya demi membuat sahabatnya tertawa.
ENNDD! ;)
By : MuhammadZaki
Tidak salah lagi itu suara Erlin. "Sedang apa kamu di sini, Er ?" Tanyaku. "Sudahlah. Aku tau kalian sudah tidak pernah peduli lagi tentang semua penderitaanku." Bentak Erlin. "Kami ini sahabatmu! Jika kamu tidak pernah menceritakan apa apa, bagaimana kami bisa membantumu ?" Balas Wiwid. "Aku tak akan menceritakannya pada kalian. Ini urusanku!" Kata Erlin sambil berlari meninggalkan kami.
.......................................................
#Rumah Wiwid
"Menurutmu, apa yang difikirkan oleh Erlin ya ? Mengapa dia tak mau menceritakannya kepada kita ? Apakah kita sudah dipandang lain olehnya ?" Kata Ipang.
"Mungkin tidak. Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya." Sahut Wiwid.
"hmm.. iya juga. Tapi, aku masih penasaran dengan apa yang ia pikirkan." Kataku.
"Kalau dia sudah siap, pasti ia akan bercerita juga. Kepada siapa lagi dia akan mengadu kalau bukan ke kita ?" Balas Wiwid.
Aku dan Ipang menganggukkan kepala seolah menyetujui.
3Jam kemudian,
"Wid, kami pulang dulu yaa.." Kataku dan Ipang.
"assalamualaikum.." Kata kami sambil berlalu.
Tak lama setelah aku dan Ipang pergi, datanglah Erlin ke rumah Wiwid.
"Assalamualaikum.." Kata Erlin sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, eh Erlin ada apa ? Masuk masuk." Kata Wiwid
#Dalam rumah Wiwid
"Ada apa, Er ?" Tanya Wiwid.
"Aku ingin memberitaukan. Bahwa orangtuaku sudah tidak menerima aku sebagai anaknya. Jadi, mulai besok aku akan keluar dari rumah dan aku tidak akan bersekolah lagi. Mungkin aku akan jadi gelandangan di pinggir jalan." kata Erlin panjang lebar.
"Kamu bohong kan, Er ?! Wiwid kaget.
"Terserah kamu ingin percaya atau tidak. Yang kamu mau aku menceritakannya kan ? ya ini sudah aku ceritakan kepadamu. Sekarang aku pamit pulang dulu yaa. Mungkin juga aku sudah tidak akan main dengan kamu, dan yang lainnya lagi. Jaga diri baik baik tanpa aku ya, Wid." Kata Erlin sambil meneteskan air mata.
"Kamu serius ingin meninggalkan aku dan yang lain ? Yasudah kalau itu memang pilihanmu. Aku tidak bisa menahan. Jaga diri baik baik ya." Kata Wiwid sambil memeluk Erlin.
"Yasudah aku pulang dulu. Assalamualaikum." Erlin berlalu dari rumah Wiwid.
"Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu,Er." Teriak Wiwid dalam hati.
...................................................
#Kelas
Wiwid menceritakannya kepadaku dan Ipang. Aku dan Ipang kaget.
"Setega itukah orangtuanya ?" Kataku sambil menghantam meja.
"Apakah kita akan diam melihat sahabat kita begitu ?" Kata Ipang.
"Lalu, kita mau apa ? Itu jalan yang ia pilih." Kata Wiwid.
"Aku kasihan, Wid. Kumohon cari akal untuk membantunya." Kata Ipang.
"Yasudah, mulai besok kita cari Erlin." Kata Wiwid.
"Setuju!" Kata aku dan Ipang.
...................................................
#Rumah Erlin
"Assalamualaikum."Kata kami bertiga
"Waalaikumsalam..." Sahut seseorang dari dalam.
"Bu, ada Erlin ?" Kataku.
"Erlin ? Anak bego seperti dia sudah keluar dari rumah." Kata ibunya lalu masuk kedalam dan membanting pintu.
"Kita harus bagaimana ?" Kata Wiwid sambil mengeluarkan air mata.
"Tak usah nangis, Wid." Kataku.
Sepanjang perjalanan kami selalu menengok ke kanan dan kiri.
"Sepertinya itu Erlin!!!" Kata Ipang kaget.
"Mana ?!!!" Kata aku dan Wiwid sambil celingak celinguk.
"Itu! Ayo kesana." Kata Ipang
..................................................
"Erlin...." Kata Wiwid.
"Hah ? Kalian ? Mau apa ke sini ?" Kata Erlin kaget.
"Kami mencarimu, Er!" Kata Wiwid.
"Kupikir kalian sudah tidak akan peduli lagi denganku." Kata Erlin.
"Kalau kami tak peduli lagi denganmu, kami tak akan mencarimu, Er! Kami sayang padamu" Balas Wiwid.
"Aku juga sayang pada kalian, Sahabat sahabatku." Kata Erlin.
..............................
Kesimpulan : Seorang sahabat akan mengerahkan semua tenaganya demi membuat sahabatnya tertawa.
ENNDD! ;)
By : MuhammadZaki
Minggu, 14 Oktober 2012
Pasangan ? :')
Semua makhluk menginginkan punya pasangan :)
Binatang, Tumbuhan dan siapa lagi kalau bukan manusia.
Apa yang kalian fikirkan setelah melihat/ mendengar kata "Pasangan" ?
Yaa, bervariasi pasti :)
Pasangan adalah dua orang makhluk hidup yang dipersatukan dengan satu alat yaitu Cinta :)
Tapi, apakah semua orang yang berpasangan itu bahagia ?
Jawabannya tidak semua.
Hanya makhluk hidup yang mengerti makna cinta dan kesetiaan lah yang akan mengerti tentang indahnya mempunyai seorang pasangan.
Yaa, aneh memang anak seumuranku (14yrs) membicarakan tentang pasangan.
Tapi, bukannya aku ingin dipandang dewasa. Aku hanya memvisualisasikan apa yang ada difikiranku :)
..........................................................................
Pernah disuatu Siang aku melewati sebuah rumah.
Rumahnya sangat besar, seperti istana para sang raja di inggris sana.
Halamannya luas, bagaikan gurun pasir.
Rumah itu kosong bagaikan tak berpenghuni.
Rumah itu sejuk ketika Siang hari.
Yaa, memang orang orang dirumah itu tidak ada yang dirumah selagi siang hari.
Saat malam tiba, aku melewati rumah itu lagi. Rumah itu sudah penuh lampu menyala :)
Aku fikir rumah itu kelihatan sedang bersenang senang.
Ternyata fikiran ku salah, setelah ada seorang laki laki dan perempuan keluar dari rumah itu dengan saling marah marah. "Ada apa ini ?" Fikirku kembali.
Setelah berlama lama menyaksikan itu, aku kembali pulang untuk beristirahat.
Karna hari ini hari minggu, aku pergi main ke lapangan.
Di tengah jalan, aku bertemu seorang perempuan yang keluar dari rumah yang semalam. Dengan lancangnya aku langsung menghampirinya. "Maaf mba. Kemarin malam saya lewat sini ada dua orang sedang bertengkar di depan teras itu. Itu ada apa yaa ?" Tanyaku. "Ya, itu sudah biasa den. Mereka selalu bertengkar masalah pekerjaan mereka. dan mereka juga selalu saling menyalahkan kalau diantara mereka berdua ada yang selingkuh." Katanya. "Oh begitu. yasudah makasih ya mba." Aku langsung berlalu sambil mengayuh sepedaku lebih kencang.
...........................................................................
Setelah beberapa hari, aku pergi ke bogor.
Nenekku sudah 3tahun tinggal disana, dan aku akan menengok keadaannya.
setelah beberapa jam, aku sampai.
Aku segera masuk dan menemui nenek dan kakekku.
Rumah nenekku tidak terlalu besar. Mungkin hanya 3 kali ruangan kelas disekolahku :)
Saat aku masuk kamar kakekku, kakekku sedang terkulai lemas di ranjangnya.
dengan penuh hati hati nenekku membangunkan suaminya yang sedang tidur tiduran itu untuk menemuiku, dan ayah ibuku.
Suasana yang mengharukan pun dimulai. Nenekku membangunkan kakekku dengan penuh hati hati agar dia tidak sakit,mengambilkan sandalnya, mengambilkan minum, dan membersihkan bekas ompol atau najis kakekku.
"Yatuhan, apakah ini yang dinamakan cinta sejati ? Yatuhan, aku ingat tentang orang kaya itu. Yatuhan, kehidupan yang manakah yang akan kau berikan padaku? Kehidupan yang kaya dan berpasangan tapi tidak bahagia, atau yang sederhana tapi saling menyayangi satu sama lain ? Kuharap aku mendapatkan pasangan yang dapat menyayangiku seperti kakek nenekku ini. Beri aku yatuhan " Doaku.
........................................................................
Kesimpulan : Mendapat pasangan yang kaya bukanlah anugrah. Tapi, mendapat pasangan yang tulus menyayangi kita itu baru anugrah. wealth is only temporary. but, love will be forever (Kekayaan hanyalah sementara. Tapi, kasih sayang akan selamanya.)
Created by : MuhammadZaki :)
Binatang, Tumbuhan dan siapa lagi kalau bukan manusia.
Apa yang kalian fikirkan setelah melihat/ mendengar kata "Pasangan" ?
Yaa, bervariasi pasti :)
Pasangan adalah dua orang makhluk hidup yang dipersatukan dengan satu alat yaitu Cinta :)
Tapi, apakah semua orang yang berpasangan itu bahagia ?
Jawabannya tidak semua.
Hanya makhluk hidup yang mengerti makna cinta dan kesetiaan lah yang akan mengerti tentang indahnya mempunyai seorang pasangan.
Yaa, aneh memang anak seumuranku (14yrs) membicarakan tentang pasangan.
Tapi, bukannya aku ingin dipandang dewasa. Aku hanya memvisualisasikan apa yang ada difikiranku :)
..........................................................................
Pernah disuatu Siang aku melewati sebuah rumah.
Rumahnya sangat besar, seperti istana para sang raja di inggris sana.
Halamannya luas, bagaikan gurun pasir.
Rumah itu kosong bagaikan tak berpenghuni.
Rumah itu sejuk ketika Siang hari.
Yaa, memang orang orang dirumah itu tidak ada yang dirumah selagi siang hari.
Saat malam tiba, aku melewati rumah itu lagi. Rumah itu sudah penuh lampu menyala :)
Aku fikir rumah itu kelihatan sedang bersenang senang.
Ternyata fikiran ku salah, setelah ada seorang laki laki dan perempuan keluar dari rumah itu dengan saling marah marah. "Ada apa ini ?" Fikirku kembali.
Setelah berlama lama menyaksikan itu, aku kembali pulang untuk beristirahat.
Karna hari ini hari minggu, aku pergi main ke lapangan.
Di tengah jalan, aku bertemu seorang perempuan yang keluar dari rumah yang semalam. Dengan lancangnya aku langsung menghampirinya. "Maaf mba. Kemarin malam saya lewat sini ada dua orang sedang bertengkar di depan teras itu. Itu ada apa yaa ?" Tanyaku. "Ya, itu sudah biasa den. Mereka selalu bertengkar masalah pekerjaan mereka. dan mereka juga selalu saling menyalahkan kalau diantara mereka berdua ada yang selingkuh." Katanya. "Oh begitu. yasudah makasih ya mba." Aku langsung berlalu sambil mengayuh sepedaku lebih kencang.
...........................................................................
Setelah beberapa hari, aku pergi ke bogor.
Nenekku sudah 3tahun tinggal disana, dan aku akan menengok keadaannya.
setelah beberapa jam, aku sampai.
Aku segera masuk dan menemui nenek dan kakekku.
Rumah nenekku tidak terlalu besar. Mungkin hanya 3 kali ruangan kelas disekolahku :)
Saat aku masuk kamar kakekku, kakekku sedang terkulai lemas di ranjangnya.
dengan penuh hati hati nenekku membangunkan suaminya yang sedang tidur tiduran itu untuk menemuiku, dan ayah ibuku.
Suasana yang mengharukan pun dimulai. Nenekku membangunkan kakekku dengan penuh hati hati agar dia tidak sakit,mengambilkan sandalnya, mengambilkan minum, dan membersihkan bekas ompol atau najis kakekku.
"Yatuhan, apakah ini yang dinamakan cinta sejati ? Yatuhan, aku ingat tentang orang kaya itu. Yatuhan, kehidupan yang manakah yang akan kau berikan padaku? Kehidupan yang kaya dan berpasangan tapi tidak bahagia, atau yang sederhana tapi saling menyayangi satu sama lain ? Kuharap aku mendapatkan pasangan yang dapat menyayangiku seperti kakek nenekku ini. Beri aku yatuhan " Doaku.
........................................................................
Kesimpulan : Mendapat pasangan yang kaya bukanlah anugrah. Tapi, mendapat pasangan yang tulus menyayangi kita itu baru anugrah. wealth is only temporary. but, love will be forever (Kekayaan hanyalah sementara. Tapi, kasih sayang akan selamanya.)
Created by : MuhammadZaki :)
Jumat, 07 September 2012
Dekat berkat Lomba puisi :) (cerpen)
Seusai kuliah, Erick bersama Godel berjalan menuju ke Kafetaria.
Wajahnya terlihat berseri-seri setelah melihat pengumuman mengenai nilai IP (Indeks Prestasi) mereka yang diatas tiga.
“Del, lo mau pesen apa?” tanya Erick setibanya di Kafetaria.
“Gue nasi goreng aja, Rick!”
“Eh, Rick, sebentar ya, gue mau beli rokok dulu di depan.”
“OK, Del!”
Tak lama kemudian Godel sudah kembali. Air mukanya terlihat memendam kegembiraan. Setengah berlari ia menghampiri Erick yang tengah menyantap nasi goreng.
“Rick! Rick! Kabar gembira!” seru Godel.
“Kabar apaan, Del?” sejenak Erick berhenti mengunyah.
“Tadi sewaktu gue jalan lewat mading BEM FE, nggak sengaja gue baca pamflet, ternyata ada lomba!”
“Lomba apaan, Del?” Tanya Erick penuh perhatian.
“Banyak, Rick! Ada lomba puisi, karya ilmiah sama festifal musik!”
“Wah! Menarik juga, Del! Emang kapan acaranya?”
“Aduh, pamflet itu belum gue baca seluruhnya. Tapi, gue jadi punya ide OK banget buat lo, Rick!” Godel mulai menyantap nasi gorengnya.
“Maksud lo?”
“Iya, gue kan tau lo lagi pendekatan sama cewek anak SMU ..... Bogor yang namanya Debi. Nah, gimana kalo dia lo ajak ikut lomba? Cool khan?”
“Boleh juga ide lo!”
“Tapi, gimana caranya supaya dia mau ikut lomba ya?” pikir Erick.
“Gampang, lo kasih tau aja dulu sama dia, gue yakin dia pasti mau kok!” Godel mengakhiri makannya.
“Berarti nanti gue harus jemput dia pas pulang sekolah?”
Iya dong!”
*****
Selepas maghrib menjelang Isya, Erick sudah menunggu setia di gerbang sekolah Debi. Ia memperhatikan satu persatu murid-murid sekolah yang melintas di depannya. Tapi tak lama Debi sudah melambaikan tangan dari kejauhan sambil tersenyum.
“Lama ya, nunggu Debi?”
“Ah, nggak. Aku seneng kok nunggu kamu.”
Mereka berdua berjalan menuju ke jalan raya, bersamaan dengan murid-murid yang lain. Malam itu cuacanya cerah. Angin bertiup begitu lembut— temani mereka sampai ke tepi jalan.
“Oh ya, Deb— nanti di Kampusku mau ada lomba loh.”
“Lomba apaan?” Debi bertanya dengan diiringi senyum.
“Banyak, ada lomba puisi, karya ilmiah, dan band. Nah, rencananya aku mau ngajak kamu ikut lomba puisi, mau nggak?”
“Yah, aku kan nggak bisa berpuisi…” keluh Debi.
“Gampang nanti aku ajarin, asal kamu mau.”
“Tapi, bener kan nanti diajarin dulu?” Debi masih terlihat ragu.
“Iya, tenang aja!” Erick kembali menegaskan.
Akhirnya Debi pun menerima ajakan Erick. Tak lama kemudian mereka berdua menaiki kendaraan menuju pulang.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Assalamu’alaikum..!” ucap Debi sesampai di depan rumahnya.
“A, A Erick tunggu sebentar ya!”
Erick duduk— menunggu di teras, sedangkan Debi bergegas masuk ke dalam. Erick sempat menyalakan sebatang rokok. Lalu ia mengeluarkan beberapa lembar kertas dan pena dari dalam tasnya.
“Apa ya, tema yang cocok buat dipentaskan nanti..?” ucap Erick dalam hati.
Seketika ide bermunculan dalam benaknya. Setengah tersenyum— ia mulai menulis kata demi kata. Begitu seriusnya ia menatap lembaran kertas. Tiba-tiba, Debi muncul dari balik pintu sambil mambawa secangkir kopi hangat. Sesaat Erick mengangkat wajahnya— menyimak Debi yang tengah menghampiri.
“A, ini kopinya!” Debi meletakannya di atas meja.
“Makasih ya, Deb!”
Debi terlihat begitu anggun— mengenakan kaos berwarna biru muda.
Seperti biasa rambutnya selalu ia ikat. Kemudian duduk tepat di samping Erick.
“Emang kapan sih mulai lombanya?” Tanya Debi.
“Sekitar dua mingguan lagi deh kayaknya.”
“Nih, coba kamu baca deh. Bagus nggak?” Erick memberikan konsep puisinya.
“UNTUK SEBUAH NAMA…?” Debi mengangkat alisnya. Erick tersenyum.
Tak lama puisi pun tercipta sepenuhnya. Erick mulai mengajari Debi cara membacanya. Secara berulang Debi berusaha membaca serta memahami isi puisi tersebut. Sesekali mereka berdua bercanda-ria dibawah indah sinar bulan. Erick sempat menyanyikan sebuah lagu ciptaannya yang ia ciptakan khusus buat Debi. Malam itu terkesan begitu romantis dan puitis bagi mereka berdua.
*****
Waktu begitu tak terasa. Hari ini Erick dan Debi terlihat begitu sibuk. Mereka berdua tengah bersiap-siap di belakang pentas.
Debi terlihat sedikit tegang menunggu nomor urutannya.
“Santai aja, Deb! Nggak perlu tegang! Nanti Aa do’ain biar semuanya lancar, OK?”
Debi mulai menaiki pentas. Ia sempat melambaikan tangan pada Erick. Air mata haru bercampur bahagia menggenang di pipi Erick. Erick bergegas berjalan ke depan pentas. Ia ingin menyaksikan Debi lebih dekat.
Sorak-sorai penonton begitu hingar bingar. Semua bertepuk tangan setelah Debi mulai membacakan puisinya. Teman-teman Erick, seperti Godel,
Bubun, Butonk, dan Paul pun tak ketinggalan untuk menyaksikan acara yang meriah itu.
Sambil membaca, Debi sesekali memandang Erick yang berdiri setia di depannya— ditengah-tengah penonton. Begitu menyentuh! Begitu syahdu! Debi membacakan puisinya. Hingga para juri sempat menggelengkan kepala sambil bertepuk-tangan.
Akhirnya tak lama Debi menyelesaikan bait terakhirnya dengan lancar. Setelah mengucapkan terima kasih dan salam, ia pun berjalan menuruni pentas. Erick yang berada di depan pentas pun segera berlari— menghampiri gadis itu.
“Gimana A, tadi Debi?” sergah Debi.
“Top banget, Deb! Mudah-mudahan kamu juara!” Erick menjabat tangan Debi.
“Gimana kalau sekarang kita ke taman? Sambil menunggu pengumuman!” ajak Erick ceria.
“Yuk!”
Sesampainya di taman, mereka berdua duduk di atas rumput— memandangi kolam di depannya. Kolamnya tidak terlau besar, tapi airnya jernih, sehingga ikan-ikannya dapat terlihat dengan jelas.
“Ih A, Debi tadi tegang banget loh!”
“Iya? Tapi kan kamu akhirnya bisa juga mengatasinya.”
“Alhamdulillah, mungkin itu berkat do’anya Aa juga!”
“Eh, Deb, sebentar ya! Aa mau kesitu dulu!” sela Erick tiba-tiba.
“Ih, Aa mau kemana? Jangan lama-lama ya!” Cemas Debi.
Erick berjalan melewati beberapa pepohonan hingga tak terlihat lagi oleh Debi. Beberapa menit sudah berlalu, tapi Erick belum juga muncul. Debi memandang berkeliling dengan cemas.
Tiba-tiba, ketika Debi tengah menatap kosong ke tengah kolam, Erick muncul dari belakang hingga mengagetkan Debi.
“Dari mana sih A? Kok lama amat?” Tanya Debi yang masih kaget.
“Aa nyari sesuatu buat kamu…” Erick menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.
“Nyari apa?” Tanya Debi penasaran.
“Ini! Bunga buat kamu!” Erick memberikannya.
Debi sempat terharu oleh kejutan Erick yang begitu mengesankan.
Pipinya memerah dan hasrat Erick pun merekah.
“Makasih ya!” Debi meraih bunga itu dan menciumnya.
“O ya, Deb! Ayo kita kembali lagi ke pentas. Mungkin pemenangnya sudah diumumkan!”
*****
Terlihat suasana pentas masih terlihat ramai. Benar dugaan mereka! Ternyata para juri tengah bersiap-siap mengumumkan para pemenangnya.
“Baiklah, setelah kami menilai penampilan dari para peserta lomba puisi tadi, maka dengan ini kami memutuskan, yang menjadi juara pertama dalam lomba ini adalah…”
Semua penonton menyimak dengan seksama termasuk Erick dan Debi
“DEBI…!” teriak juri.
Mendengar nama “Debi”, seketika Erick dan Debi terharu. Mereka berdua tidak menyangka bisa menang di lomba itu. Godel, Bubun, Butonk, dan Paul pun tak henti berteriak-teriak nama Debi di pinggir pentas.
Setelah mendapat tropy, akhirnya Debi pun pamit pulang dengan ditemani Erick. Hari sudah mulai senja. Sinar matahari terlihat kuning keemasan di ufuk barat— membelai rambut Debi yang panjang terurai.
*****
Sesampainya di rumah, Debi bergegas menerobos pintu depan rumahnya dengan riang gembira. Erick tertawa melihatnya.
“Ma, Pa! Debi juara!” teriak Debi dari dalam.
Ketika Erick tengah duduk— menunggu di teras, Debi muncul bersama Ibunya dari balik pintu.
“Ma, kenalin! Ini A Erick!” kata Debi pada Ibunya.
Erick mencium tangan Ibunya sambil memperkenalkan diri. Ibunya tersenyum dan Debi pun menyertainya.
“Makasih ya, udah ngajarin Debi berpuisi, sampai Debi bisa juara!”
Ibunya tertawa senang.
“Sama-sama, bu,!” jawab Erick.
“O ya, Deb, Bu, saya mau pamit pulang dulu!” Erick beranjak dari duduk.
“Iya, hati-hati ya!”
Debi mengantarkan Erick sampai di pintu gerbang.
“Assalamu’alaikum..!”
“Wa’alaikumsalam…” jawab Debi sambil melambaikan tangan.\
*********
Selesaii :D
Wajahnya terlihat berseri-seri setelah melihat pengumuman mengenai nilai IP (Indeks Prestasi) mereka yang diatas tiga.
“Del, lo mau pesen apa?” tanya Erick setibanya di Kafetaria.
“Gue nasi goreng aja, Rick!”
“Eh, Rick, sebentar ya, gue mau beli rokok dulu di depan.”
“OK, Del!”
Tak lama kemudian Godel sudah kembali. Air mukanya terlihat memendam kegembiraan. Setengah berlari ia menghampiri Erick yang tengah menyantap nasi goreng.
“Rick! Rick! Kabar gembira!” seru Godel.
“Kabar apaan, Del?” sejenak Erick berhenti mengunyah.
“Tadi sewaktu gue jalan lewat mading BEM FE, nggak sengaja gue baca pamflet, ternyata ada lomba!”
“Lomba apaan, Del?” Tanya Erick penuh perhatian.
“Banyak, Rick! Ada lomba puisi, karya ilmiah sama festifal musik!”
“Wah! Menarik juga, Del! Emang kapan acaranya?”
“Aduh, pamflet itu belum gue baca seluruhnya. Tapi, gue jadi punya ide OK banget buat lo, Rick!” Godel mulai menyantap nasi gorengnya.
“Maksud lo?”
“Iya, gue kan tau lo lagi pendekatan sama cewek anak SMU ..... Bogor yang namanya Debi. Nah, gimana kalo dia lo ajak ikut lomba? Cool khan?”
“Boleh juga ide lo!”
“Tapi, gimana caranya supaya dia mau ikut lomba ya?” pikir Erick.
“Gampang, lo kasih tau aja dulu sama dia, gue yakin dia pasti mau kok!” Godel mengakhiri makannya.
“Berarti nanti gue harus jemput dia pas pulang sekolah?”
Iya dong!”
*****
Selepas maghrib menjelang Isya, Erick sudah menunggu setia di gerbang sekolah Debi. Ia memperhatikan satu persatu murid-murid sekolah yang melintas di depannya. Tapi tak lama Debi sudah melambaikan tangan dari kejauhan sambil tersenyum.
“Lama ya, nunggu Debi?”
“Ah, nggak. Aku seneng kok nunggu kamu.”
Mereka berdua berjalan menuju ke jalan raya, bersamaan dengan murid-murid yang lain. Malam itu cuacanya cerah. Angin bertiup begitu lembut— temani mereka sampai ke tepi jalan.
“Oh ya, Deb— nanti di Kampusku mau ada lomba loh.”
“Lomba apaan?” Debi bertanya dengan diiringi senyum.
“Banyak, ada lomba puisi, karya ilmiah, dan band. Nah, rencananya aku mau ngajak kamu ikut lomba puisi, mau nggak?”
“Yah, aku kan nggak bisa berpuisi…” keluh Debi.
“Gampang nanti aku ajarin, asal kamu mau.”
“Tapi, bener kan nanti diajarin dulu?” Debi masih terlihat ragu.
“Iya, tenang aja!” Erick kembali menegaskan.
Akhirnya Debi pun menerima ajakan Erick. Tak lama kemudian mereka berdua menaiki kendaraan menuju pulang.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Assalamu’alaikum..!” ucap Debi sesampai di depan rumahnya.
“A, A Erick tunggu sebentar ya!”
Erick duduk— menunggu di teras, sedangkan Debi bergegas masuk ke dalam. Erick sempat menyalakan sebatang rokok. Lalu ia mengeluarkan beberapa lembar kertas dan pena dari dalam tasnya.
“Apa ya, tema yang cocok buat dipentaskan nanti..?” ucap Erick dalam hati.
Seketika ide bermunculan dalam benaknya. Setengah tersenyum— ia mulai menulis kata demi kata. Begitu seriusnya ia menatap lembaran kertas. Tiba-tiba, Debi muncul dari balik pintu sambil mambawa secangkir kopi hangat. Sesaat Erick mengangkat wajahnya— menyimak Debi yang tengah menghampiri.
“A, ini kopinya!” Debi meletakannya di atas meja.
“Makasih ya, Deb!”
Debi terlihat begitu anggun— mengenakan kaos berwarna biru muda.
Seperti biasa rambutnya selalu ia ikat. Kemudian duduk tepat di samping Erick.
“Emang kapan sih mulai lombanya?” Tanya Debi.
“Sekitar dua mingguan lagi deh kayaknya.”
“Nih, coba kamu baca deh. Bagus nggak?” Erick memberikan konsep puisinya.
“UNTUK SEBUAH NAMA…?” Debi mengangkat alisnya. Erick tersenyum.
Tak lama puisi pun tercipta sepenuhnya. Erick mulai mengajari Debi cara membacanya. Secara berulang Debi berusaha membaca serta memahami isi puisi tersebut. Sesekali mereka berdua bercanda-ria dibawah indah sinar bulan. Erick sempat menyanyikan sebuah lagu ciptaannya yang ia ciptakan khusus buat Debi. Malam itu terkesan begitu romantis dan puitis bagi mereka berdua.
*****
Waktu begitu tak terasa. Hari ini Erick dan Debi terlihat begitu sibuk. Mereka berdua tengah bersiap-siap di belakang pentas.
Debi terlihat sedikit tegang menunggu nomor urutannya.
“Santai aja, Deb! Nggak perlu tegang! Nanti Aa do’ain biar semuanya lancar, OK?”
Debi mulai menaiki pentas. Ia sempat melambaikan tangan pada Erick. Air mata haru bercampur bahagia menggenang di pipi Erick. Erick bergegas berjalan ke depan pentas. Ia ingin menyaksikan Debi lebih dekat.
Sorak-sorai penonton begitu hingar bingar. Semua bertepuk tangan setelah Debi mulai membacakan puisinya. Teman-teman Erick, seperti Godel,
Bubun, Butonk, dan Paul pun tak ketinggalan untuk menyaksikan acara yang meriah itu.
Sambil membaca, Debi sesekali memandang Erick yang berdiri setia di depannya— ditengah-tengah penonton. Begitu menyentuh! Begitu syahdu! Debi membacakan puisinya. Hingga para juri sempat menggelengkan kepala sambil bertepuk-tangan.
Akhirnya tak lama Debi menyelesaikan bait terakhirnya dengan lancar. Setelah mengucapkan terima kasih dan salam, ia pun berjalan menuruni pentas. Erick yang berada di depan pentas pun segera berlari— menghampiri gadis itu.
“Gimana A, tadi Debi?” sergah Debi.
“Top banget, Deb! Mudah-mudahan kamu juara!” Erick menjabat tangan Debi.
“Gimana kalau sekarang kita ke taman? Sambil menunggu pengumuman!” ajak Erick ceria.
“Yuk!”
Sesampainya di taman, mereka berdua duduk di atas rumput— memandangi kolam di depannya. Kolamnya tidak terlau besar, tapi airnya jernih, sehingga ikan-ikannya dapat terlihat dengan jelas.
“Ih A, Debi tadi tegang banget loh!”
“Iya? Tapi kan kamu akhirnya bisa juga mengatasinya.”
“Alhamdulillah, mungkin itu berkat do’anya Aa juga!”
“Eh, Deb, sebentar ya! Aa mau kesitu dulu!” sela Erick tiba-tiba.
“Ih, Aa mau kemana? Jangan lama-lama ya!” Cemas Debi.
Erick berjalan melewati beberapa pepohonan hingga tak terlihat lagi oleh Debi. Beberapa menit sudah berlalu, tapi Erick belum juga muncul. Debi memandang berkeliling dengan cemas.
Tiba-tiba, ketika Debi tengah menatap kosong ke tengah kolam, Erick muncul dari belakang hingga mengagetkan Debi.
“Dari mana sih A? Kok lama amat?” Tanya Debi yang masih kaget.
“Aa nyari sesuatu buat kamu…” Erick menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.
“Nyari apa?” Tanya Debi penasaran.
“Ini! Bunga buat kamu!” Erick memberikannya.
Debi sempat terharu oleh kejutan Erick yang begitu mengesankan.
Pipinya memerah dan hasrat Erick pun merekah.
“Makasih ya!” Debi meraih bunga itu dan menciumnya.
“O ya, Deb! Ayo kita kembali lagi ke pentas. Mungkin pemenangnya sudah diumumkan!”
*****
Terlihat suasana pentas masih terlihat ramai. Benar dugaan mereka! Ternyata para juri tengah bersiap-siap mengumumkan para pemenangnya.
“Baiklah, setelah kami menilai penampilan dari para peserta lomba puisi tadi, maka dengan ini kami memutuskan, yang menjadi juara pertama dalam lomba ini adalah…”
Semua penonton menyimak dengan seksama termasuk Erick dan Debi
“DEBI…!” teriak juri.
Mendengar nama “Debi”, seketika Erick dan Debi terharu. Mereka berdua tidak menyangka bisa menang di lomba itu. Godel, Bubun, Butonk, dan Paul pun tak henti berteriak-teriak nama Debi di pinggir pentas.
Setelah mendapat tropy, akhirnya Debi pun pamit pulang dengan ditemani Erick. Hari sudah mulai senja. Sinar matahari terlihat kuning keemasan di ufuk barat— membelai rambut Debi yang panjang terurai.
*****
Sesampainya di rumah, Debi bergegas menerobos pintu depan rumahnya dengan riang gembira. Erick tertawa melihatnya.
“Ma, Pa! Debi juara!” teriak Debi dari dalam.
Ketika Erick tengah duduk— menunggu di teras, Debi muncul bersama Ibunya dari balik pintu.
“Ma, kenalin! Ini A Erick!” kata Debi pada Ibunya.
Erick mencium tangan Ibunya sambil memperkenalkan diri. Ibunya tersenyum dan Debi pun menyertainya.
“Makasih ya, udah ngajarin Debi berpuisi, sampai Debi bisa juara!”
Ibunya tertawa senang.
“Sama-sama, bu,!” jawab Erick.
“O ya, Deb, Bu, saya mau pamit pulang dulu!” Erick beranjak dari duduk.
“Iya, hati-hati ya!”
Debi mengantarkan Erick sampai di pintu gerbang.
“Assalamu’alaikum..!”
“Wa’alaikumsalam…” jawab Debi sambil melambaikan tangan.\
*********
Selesaii :D
Langganan:
Postingan (Atom)