Senin, 28 Oktober 2013

Cerbung My Diary Part 3 Season 2

Ini dia part 3 :)
Semoga suka yaaa!!
Cek this out!!!

---
"heiii udah diluar aja.." tegur cindai sambil menghampiri bagas. "Nih." ucapnya sambil menyodorkan sesuatu
"Jaket?" tanya bagas
"Iyaa.. biar gak dingin. udara abis ujan itu sering bikin sakit lho"
"oh gitu" sahut bagas lalu memakai jaket pemberian cindai
"Belom pernah dipake ya?" tanya bagas.
"iya hehe.. itu jaket angkatan gue di manado, ukurannya terlalu gede. gue gak betah makenya. pake aja"
"Makasih ya.."
"Makasih juga..."
"Semoga kita bisa ketemu lagi.."
"I hope so.. bye" ujar bagas lalu keluar dari gerbang rumah cindai.

***
Cindai berdiri di tepi lapangan kampus sambil memakan sandwich-nya. Dia risih diliatin bagai alien yang baru mendarat di Indonesia. Ya, sebenernya cindai memang terlihat cukup mencolok. Pagi itu dia tampil sangat rapi dan manis dengan wajah blasteran dan mata biru yang teduh itu.

BRUKK..

“Eh maaf…” cowok penabraknya meminta maaf.
“Iya gapapa kok.” Ujar cindai sambil salting sendiri.
“bener kan?”
“Iya. Bawel” cindai mulai risih karna orang orang yang menuju lapangan seperti mendapat tontonan menarik
“Hoi ati ati dia mangsa cewe tuhhh! Hahaha” terdengar sorakan heboh dari kejauhan. Cindai yang merasa mukanya memerah karna malu langsung berbalik menuju taman karena jam kuliahnya masih 2 jam lagi.
***
Terik matahari menjelang siang mulai menyengat, tapi cindai merasa sangat nyaman dibawah pohon yang rindang ini. Dia bercermin sedikit melalui ponselnya kemudian mengikat rambutnya asal.
“Hei sendirian?” bagas telah muncul dihadapan cindai
“eh.. hai..” cindai salting

Bagas duduk di samping cindai. “sibuk ya?” cindai menanyakan pertanyaan basi
“Yaaah lumayan…” sahut bagas
“Gue gak nyangka bisa ketemu lo disini…” tambahnya
“Ah sok orang baru kenal ya kita ? lebay” ujar cindai. “Hahahaha” bagas hanya tertawa mendengar lontaran kata kata dari cindai
“Oh yaa gimana tangan lo?” Tanya bagas sambil meraih tangan cindai dan melihat lukanya yang sudah kering namun masih sedikit merah. “Sakit?”
“Ngg… udah ngga kok hehe” ujar cindai tersenyum

Bagas menatap cindai penuh harap, “Lo mau tutup mata sebentar?”
“Untuk?” cindai heran. “yaa tutup aja… bentar doang kok” balas bagas
Walaupun ragu, cindai memejamkan matanya. Tiga detik berlalu, cindai masih menunggu aba aba dari bagas untuk menyuruh matanya terbuka

“sekarang lo buka mata lo…” kata bagas
Cindai membuka mata dan..
A  present for you..  kata bagas sambil meletakkan sebuah kado kecil di tangan cindai.
Surprise! Cindai sama sekali tak menyangka bagas menyiapkan kado untuknya.
“Bener nih buat gue?” Tanya cindai. Bagas mengangguk

Dibukanya kertas yang menutupi kotak kecil itu, lalu dilihatnya kotak hitam mungil bertuliskan ‘Silver’. Ini kan merk perhiasan yang gue mau banget dulu, batin cindai. Perlahan cindai membuka kotak itu. Cindai mendapati sebuah kalung berbentuk hati dari dalam kotak itu. “Kalung?” gumam cindai
“Suka?” Tanya bagas. “Buanggeeetttt.. makasih ya gas”
“Gue pasangin ya?” ujar bagas. Cindai mengangguk dan mengangkat rambutnya sedangkan bagas memakaikan kalung itu di leher cindai.
“Bagus ndai. Cantik” ujar bagas
“ah bisa aja..” Cindai Nampak salting
“cie salting cieee…” goda bagas. Cindai mencubit perut bagas.
“Aww…” teriak bagas sambil mengusap perutnya. “Sakit tau… cantik cantik tapi sadis” ujar bagas

“Bagas!!!” teriak seorang cewe yang mengalihkan perhatian bagas dan cindai. “Lo kemana ajasih?! Gue nyariin lo tau. Lo-nya malah disini” ujar cewek ber-rambut lurus panjang sambil menarik tangan bagas dan memandang cindai sinis. “Tau orang sibuk malah digangguin” umpatnya pada cindai
“Lo kalo ngomong sopan dikit dong. Mahasiswi kan?!” tegur bagas mewakili isi hati cindai
Tau tau Aldi muncul dari arah berlawanan. Dia menghampiri cindai
“bella?” ujar aldi saat melihat bella
Cewek bernama bella itu jelas jelas kaget. Ditatapnya aldi dengan pandangan tak percaya. Namun dia tidak berkata sepatah katapun langsung menarik bagas menjauh.

“Lo kenal dia?” Tanya cindai. Aldi diam.
“Heii!!” tegur cindai sambil menepuk pundak aldi
“Eh, maaf. Apaan?” Tanya aldi
“Rese banget ya dia!” ujar cindai
“Hmm..” ujar aldi. “ah rese lo” balas cindai geram lalu pergi
***
Senin, 28 Oktober 2013

                Hai, aku ketemu bagas lagi loh di kampus. Iya, bagas yang smp dulu. Dia makin ganteng ahhhh….apa dia masih inget ya janji kami dulu? Kalo masih inget, cewek yang dipanggil bella itu siapa? Pacarnya? Loh aku jadi cemburu gini deh. Inget ndai, dia bukan siapa siapa kamu. Bu-kan-si-a-pa-si-a-pa. Udah yaa.. semoga besok menyenangkan

-Cindai
***
Cindai menyudahi tulis menulisnya dibuku diary itu.
“Ndai ndaiii!” colek salsha teman mahasiswi baru cindai
“Apaa?”
“Itu…”
“Itu apa?” Tanya cindai tanpa mengalihkan pandangannya dari buku diary-nya
“Si aldi kenapa tuh?”
“Kenapa gimana?” kata cindai menoleh pada salsha yang sedang mengintip di sela sela rak buku. Aldi sedang tak lagi menunduk membaca buku, melainkan mengangkat bukunya hingga menutup wajah, jelas sedang mengawasi sesuatu
“Dia ngeliat kesono!” ujar cindai sambil berbalik dan mengintip kesisi lain deretan bangku perpustakaan. Salsha mengendap endap menghampiri cindai.

DEG!

Cindai melihat bella sedang bercerita dengan suara sangat pelan dengan bagas. mereka mendekatkan kepala. Entah kenapa rasa cemburu tiba tiba muncul dihati cindai. Bagas sepertinya terlalu terikat dengan bella. Atau tepatnya terjebak? Entahlah. Yang jelas cindai melihat hubungan yang aneh dan ga nyaman diantara keduanya. Cowok itu sepertinya terlalu menuruti keinginan bella, meskipun itu ga sesuai dengan keinginan hatinya.
“Kenapa…” isak cindai
“Kenapa apa?” Tanya salsha lembut sambil menyentuh bahu cindai
“Kenapa cowok yang gue taksir justru merhatiin cewek lain? Dan kenapa harus nenek sihir itu?!” ujar cindai diselingi isakannya

-Bersambung-

Follow @zaakyki & @DifaMDP.
Kritik saran mention aja ya :) makasih


Kamis, 24 Oktober 2013

Cerbung My Diary part 2 Season 2

INI DIA PART 2!!

Cek This Out!
---

Teleponnya terputus.
“yaaaaaaaahhh putus… ngga ngel, gue udah balik. Gue udah dijakarta. Dan gue mau ngulang semuanya” ujar cindai lalu menaruh teleponnya dan segera meneruskan pandangan ke televisi.
---
Cindai sedang terdiam di kamarnya. Mencoba mengingat beberapa atau bahkan berusaha mengingat semua kenangan kenangannya bersama bagas. Bagas yang belum pernah pergi dari hatinya, walau sekarang mereka saling tak tau akan keberadaan masing masing. Atau mungkin jika mereka bertemu, mereka tak akan saling mengenal. Aduh itu mimpi buruk untuk cindai. 
“Cindai..” panggil mama-ify dari luar kamar
“Iya maa…” jawab cindai
“Anterin mama yuk..”
“Kemana?” cindai keluar kamar dan menghampiri mama
“Ke supermarket. Mama mau belanja bulanan”
“Hmm tunggu sebentar ya ma.. cindai ganti baju” balas cindai seraya kembali ke kamar.

Cindai mengenakan kaos dan celana sekenanya. Tidak berlebihan, dan tidak memalukan juga untuk pergi ke supermarket.
“Ayo. Cindai udah siap” ucap cindai
“Oke.. ayo berangkat”
***
Sesampai di supermarket, cindai langsung asyik menyusuri rak rak yang penuh dengan makanan cemilan. Dia membeli coklat, kerupuk, permen permenan, minuman dan banyak lagi. Setelah keranjangnya penuh, cindai segera antri dikasir. Elah antriannya panjang lagi, gerutunya dalam hati. Setelah lama menunggu, cindai mendapat giliran juga.
Sambil mengeluarkan belanjaannya yang buanyyaaaakkkkk dari keranjang, ia melihat jam tangan. APAAAA?! Jam 7 malem. Mama ngomel nih pasti, umpatnya di hati. Akhirnya si mbak kasir menyerahkan belanjaan kepada cindai. 
“Terimakasih ya mba.” Ujarnya lalu pergi dari kasir

Selama perjalanan, ponsel cindai terus berbunyi. Tak lama, cindai mengangkat teleponnya. Nama ‘Mama’ terpampang di layar. Oke, siapin batin cindai, gumamnya lalu menekan tombol hijau dan segera mengarahkan ke kuping.

“Kamu kemana aja sih?! Mama daritadi tuh nungguin kamu di blablablaa.. mama udah di rumah, kamu pulang sendiri! Ngerti?!”
“Tap…tapi maaa….”

Tutt..tutt…

“Haloo.. halo maaa…. CINDAI KEABISAN UANG MAAA-_____-“ geramnya

***
Cindai keluar dari supermarket dengan membawa segediblek(?) belanjaannya dan mengipas ngipas wajahnya dengan dompet. Tak disangka, betapa terkejutnya dia saat ada orang berlari dan merebut dompetnya.
“WOOIII copet jangan lariii!!!!” teriak cindai lalu mengerjarnya. “Woiii,, itu dompet udah kosong. Balikin dongggg!!!”

BRUKK!!

Tubuh Cindai menimpa kantong belanjaan sampai bungkusan kinder joy dari kantong itu jatuh dan terinjak. Tetapi cindai masih mengingat kalau sang pencopet telah menghilang di balik gang yang tak jauh dari tempatnya jatuh.
“Aww..” erang-nya. Dia segera duduk dan melihat tangannya sudah lecet dan berdarah parah. Dia menoleh dan melihat orang yang ditabraknya. Cowok itu merintih kesakitan sambil melihat lututnya yang lecet dan berdarah juga.

Cindai menghampiri. “Maaf..” ucapnya
Cowok yang masih duduk itu menjawab, “gue gak papa…”. Lalu dia bangkit dan sedikit membersihkan bajunya, “Lo sendiri gima….Cindai?” 
Cindai yang sedang focus terhadap lukanya langsung menoleh ke cowok itu dan betapa kagetnya ia.
“BAGAS?!!”
Refleks cindai memeluknya. “Bagas…” ujarnya dipelukan bagas
“Lo balik? Gue kangen banget ndai sama lo… nomor lo kenapa gak aktif?!” jawabnya
Cindai melepas pelukannya dan menjawab, “gue ganti nomor gas. Maaf”
Bagas mengangkat dagu cindai, “hmm.. iya gapapa.. yang penting sekarang kita bisa ketemu kan?”
Cindai hanya membalas dengan anggukan.

“Kenapa lo lari lari?” Tanya bagas
“Gue lagi ngejar orang yang nyopet dompet gue, Gas.” Jawab cindai lesu
“Terus kemana dia?”
“Au”

Cindai segera membereskan belanjaannya maupun belanjaan bagas karena merasa bersalah.
“Lo gapapa ndai?” Tanya bagas lagi
“yeahh.. lebih baik setelah gue ketemu lo.” Jawabnya senyum
“terus lo pulangnya gimana?” cindai menggeleng
“Yaudah gue anter pulang deh… duit lo ada di dompet semua kan?”
“iyaa.. makasih ya gas.. tapi gue masih penasaran sama dompet gue.” Ujar cindai sambil jalan menuju gang tempat pencopet itu hilang. Saat ia berbalik, dilihatnya benda yang sedang ia cari.
“DOMPET GUEE!!!” sorak cindai sambil mengambil dompetnya dari tangan bagas.
“Makasih ya gas…” ujarnya memeluk bagas. “sama sama…”
***
“Sebenernya sih di dompet itu udah ga ada duitnya.” Ujar cindai saat jalan pulang bersama bagas
“terus kenapa lo rela rela lari buat ngejar sebuah dompet kosong ini?” bagas merebut dompet itu
“Ini gak kosong tau…” jawab cindai. “Terus?”
“Yaa.. sini gue kasih liat.” Cindai membuka dompetnya dan mengambil sesuatu.
“Inii…” ujarnya menunjukkan gelang berlambangkan ‘B’.
Bagas kaget, “Gelang itu?! Lo masih nyimpen?”
“Iya dong hehe… gelang C mana?” Tanya cindai. “ada kok di rumah hehe…” balas bagas kikuk

***
malam itu ternyata hujan, untung cindai dan bagas telah sampai dirumah cindai. Bagas, cindai dan mama cindai bernostalgia tentang masa lalu mereka. Mama cindai sangat mengenal bagas. 
setelah agak lama mereka ngobrol, "Eh udah lumayan reda hujannya.." kata bagas, "Gue pulang ya?" 
"Hmm.. kok buru buru banget?"
"Udah kemaleman tau" 
"iyasih hehe." jawab cindai salting
"makasih ya udah mau direpotin cindai.." ujar mama
"sama sama tante, lain kali kalo ada kesempatan saya bakal main lagi kok" kata bagas seraya beranjak dari ruang tamu.

"heiii udah diluar aja.." tegur cindai sambil menghampiri bagas. "Nih." ucapnya sambil menyodorkan sesuatu
"Jaket?" tanya bagas
"Iyaa.. biar gak dingin. udara abis ujan itu sering bikin sakit lho" 
"oh gitu" sahut bagas lalu memakai jaket pemberian cindai
"Belom pernah dipake ya?" tanya bagas. 
"iya hehe.. itu jaket angkatan gue di manado, ukurannya terlalu gede. gue gak betah makenya. pake aja" 
"Makasih ya.." 
"Makasih juga..." 
"Semoga kita bisa ketemu lagi.."
"I hope so.. bye" ujar bagas lalu keluar dari gerbang rumah cindai.

-bersambung

FOLLOW @zaakyki dan @DifaMDP
:) tolong kritik dan saran mention kesana. atau komen di postingannya ya... makasih 

Senin, 21 Oktober 2013

Cerbung My Diary part 1 Season 2


Halo semuaa :)
Makasih ya yang udah nungguin My Diary season 2 ini. Karena kalian, My diary season 2 ini ada. Sekali lagi makasih ya :)

Cek this out!! 

***
“Cindai… mama tunggu kamu diluar tapi kamu malah disini. Ayo, berangkat!” seru Ify sabar.
                Cindai menoleh, lalu mengangguk. Dia turun dari ayunan disamping kolam renang yang kosong, mengikuti mamanya melewati pintu kaca yang besar lalu menguncinya. Ditatapnya tempat itu sejenak sebelum berbalik. Sebentar lagi dia akan meninggalkan tempat ini, tempat dia banyak menghabiskan sorenya dengan tenang. Ayunan bersofa, kursi santai, dan air bed yang sangat menyenangkan. Tempat yang paling banyak memberinya curahan inspirasi dan kedamaian hati bersama orang orang yang disayanginya.
                Dia melangkah menuju pintu keluar, melewati meja makan keramik yang selalu berkilau seraya menyentuhnya sambil lalu. Tak jauh dari meja makan itu, menghadap ke jendela yang besar, duduk disebuah piano yang sangat menawan yang seakan menunggu jari jarinya yang lincah memainkannya. Cindai menghampirinya, mengusapnya pelan sepenuh perasaan. Piano ini takkan pernah berdenting lagi, takkan pernah melantunkan melodi yang menghanyutkan perasaan orang orang yang mendengarnya.
                Seharian pun takkan cukup untuknya mengungkit kenangan dirumah ini. Akhirnya dia memutuskan untuk beranjak pergi. Tapi sesuatu kembali mengusik hatinya.
                Cindai menatap pintu kamarnya yang terletak di seberang sofa keluarga. Tempat paling pribadi dan banyak menyimpan cerita serta rahasia. Tempat ia bersembunyi dan melarikan diri. Tempat yang mewakili seluruh dunia yang dimilikinya. Cindai melangkah mendekat dan perlahan membuka pintu.
                Serta-merta rasa sesak memenuhi hatinya. Cindai duduk diatas tempat tidur dan memandang berkeliling. Sebagian jiwanya telah melekat dikamar ini. Namun dia juga tau jika dia tetap disini, kamar ini hanya akan mengingatkannya pada luka dan perasaan kecewa yang teramat dalam. Takkan ada lagi tawa, canda ataupun kegembiraan. Cindai bangkit. Dia memutuskan untuk menutup kamar ini selamanya bagi dirinya.
                Di dekat pintu, langkahnya terhenti. Dia berbalik, lalu menghampiri sisi lemari yang sudah kosong, meraba raba celah sempit disana. Dapat! Cindai menarik buku kecil yang nyaris terlupakan itu; Diary. Dia membalik balik halamannya dengan cepat.
                Diary itu pernah basah oleh air matanya, pernah remuk oleh amarahnya dan pernah ikut serta merasakan kebahagiaannya. Cindai memasukkan diary itu ke tasnya dan mengunci pintu. Selamanya, untuk dirinya.
                Dia tiba di pintu yang terpentang lebar dan melewatinya. Kini ia telah selangkah meninggalkan rumah.
“Udah?” Tanya ify
Cindai mengangguk seraya tersenyum bimbang “Udah, ma”
“Maa, biar aku aja yang ngunci pintunya. Boleh kan?” tambah cindai.
Ify tersenyum “iya dong.. ini” dan memberi putrinya kunci.
                Apapun yang berada di balik pintu kini adalah dunia yang lain, semua berisi masa lalu. Dan terima kasih, pintu, simpanlah semuanya rapat rapat.

***
                Bagas, Chelsea, Difa, Angel dan Marsha. Semua masa lalu yang kini akan cindai temui lagi. Ya, cindaiakan ke Jakarta lagi. Universitas bergengsi di Jakarta telah menunggunya. Cindai percepat langkahnya menuju pesawat yang tinggal menunggu menit untuk berangkat.
“Gimana perasaan kamu?” Tanya mama
“Hmm.. campur sih ma” balasnya
“Kok?”
“Apa perlu dijelasin?” Tanya cindai. Mama hanya diam dan memalingkan wajah.
               
***
Cindai masih dalam lamunannya di teras rumah. Ya teras rumah yang ia dulu menjadi tempatnya berkumpul bersama sahabat sahabatnya. Tersenyum sebentar, dan masuk guna mengganti moodnya dengan menonton tv.
Sudah setengah 7 malam, tapi dia belum ngantuk atau ingin tidur. Bingung mau ngapain, cindai meraih ponsel dan memencet beberapa angka yang sangat dikenalnya, lalu menunggu. Harap harap cemas jikalau nomor yang ia hubungi sudah berganti pemilik.
“Halo?” sebuah suara yang sangat akrab menyahut di seberang sana.
“Haloo..” jawab Cindai semangat
“Ini siapa?” suara itu kembali terdengar disela sela kesunyian yang menerpa
“Cindai. Apa kabar lo ngel?”
“Cindai? Hei kemana aja looo??? Gue teleponin nomor lo ga aktif. Apa kabarr? Gue kangen ndai sama lo…” cewek bernama angel itu nyerocos
“Hmm.. gue baik kok. Lo gimana?” Tanya cindai
“Gue baik. Baik banget hehe…” balasnya
“Gimana dia?”
“Dia?” Tanya angel bingung
“Iya dia…” jelas cindai
“Oh… gue udah ga pernah ketemu lagi ndai, paling difa tuh” jawab angel seakan tau tentang ‘Dia’ yang dimaksud cindai.
“Aduh sumpah gue juga kangen kalian.. kapan ketemu lagi?”
“Gue sibuk kuliah ndai.. gatau deh… lo masih dimanado?” Tanya angel
“hmm..”
“Masih ndai?” ulangnya lagi
Cindai gusar antara ingin berbicara jujur kalau Ia sudah di Jakarta atau tidak
“ngga.. gue.. udah…di..”

Tutt…tutt…

Teleponnya terputus.
“yaaaaaaaahhh putus… ngga ngel, gue udah balik. Gue udah dijakarta. Dan gue mau ngulang semuanya” ujar cindai lalu menaruh teleponnya dan segera meneruskan pandangan ke televisi.


-Bersambung-

Follow My twitter :) @zaakyki & @DifaMDP. Maaf bagian ini pendek :) sebagai awal aja. kalo positif, bakal dilanjut :) makasih~

Jumat, 11 Oktober 2013

4 Years (Cerpen BaDai)


Haiii maaf baru ada cerpen lagi :)

Jujur ini cerpen paling lama yang gue buat-_- buat udah dari kapan tau dan sekarang baru selesai. *Curhat* Apasehh?!-____-

Oke cusss!!!
---
Pagi ini kuawali dengan tidak melihat wujudnya... Wujud orang yang telah 4tahun belakangan ini mengisi ruang hampa di hatiku. Aku Gloria Chindai - gadis sederhana yang sedang menaruh harapan kepada seorang pria yang tampan dan populer disekolah. Aku menjadi penggemar rahasianya semenjak duduk di kelas 2smp, ternyata kami satu sma lagi. Namanya Bagas rds, aku ga pernah tau apa kepanjangan rds dinamanya itu, menurutku juga tak terlalu penting. Aku sekarang menduduki kelas 11. Tepatnya 11IPA2, sedangkan bagas di 11IPA4. 

"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya

-Deggg-

"Chel...chelsea ngel? Anak 11IPS3 itu?" tanyaku lagi. Angel hanya mengangguk
"harus berapa lama lagi ngel gue nunggu dia?"
"hmm.." aku hanya mendengar deheman angel
"sampe dia peka lah ndai..." ujar angel duduk disebelahku
"tapi kapan? 4tahun ngel. 4tahunnn!!" bentakku
"gue ngerti.."
"ngga ngel. Lo ga ngerti! Lo udah bahagia sama gilang. Jadi lo gakan pernah ngerti yang gue rasa." lagi lagi aku membentaknya
"sabar ya ndai.." balasnya menenangkanku
'harus berapa lama lagi gas? Aku udah 4tahun nunggu kamu. Nunggu kamu putus sama kak sivia, kak ify dan kak acha pas smp. Nunggu kamu putus sama salma, oliv dan dinda pas sma. Sekarang apa harus aku menderita lagi utk yang kesekian kalinya? Apa aku harus tersiksa lagi untuk nunggu kamu putus sama chelsea? Ah aku benci gas! Aku benci setiap kali hembusan nafasku itu semua Cuma buat kamu. Kamu yang gatau kalo ada aku disini, kamu yang ga pernah mencoba untuk mencari tau tentang orang orang yang mengharapkan kamu gas. Walau bagaimanapun, aku tetep gak bisa benci sedikitpun sama kamu. Ya itu semua karna aku cinta sama kamu gas, iya cinta yang membutakan semua.' lamun-ku
"cindai... Cindaii!" ujar seseorang menepuk nepuk pundakku
"apasih ngel? Lagi galau nih gue. Udah diem ah!"
"cindai!!!" suara itu mengeras.
Aku menoleh... "bu... Bu... Bu okky?" ujarku terbata bata
"kerjakan soal di depan!"
Seketika mataku langsung tertuju pada papan tulis dan maju perlahan untuk mengerjakannya. Aku memang pintar di pelajaran matematika. Gak jarang aku mengikuti olimpiade matematika dari sekolah.
"sudah bu.." ujarku sambil bergegas menuju mejaku
"baik cindai... Jangan melamun lagi ya.." balas bu okky
"hehe" kekeh-ku

-KRINGG-

bel tanda pulang telah berbunyi.. Aku dan sahabatku-angel langsung keluar kelas. Bak 2ekor hewan yang telah lama dikurung, setelah melihat pintu terbuka langsung lari keluar. Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya ga..pa..pa.." ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu... Tak tau harus berbuat apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari bagas, sementara bagas tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang kian menjauh.
---
"ngel demiapa tadi gue bisa denger suaranya? Aaa meleleh gue.." ujarku cerewet
"hahaha iya iya... Cie sumringah banget sih.." balas angel
"ah udah yuk cepetan deh jalannya" sahutku sambil senyam senyum
"taudeh yang lagi kasmaran.. senyum mulu... Cantik tau ndai :)" balas angel sambil menyamai langkahku.
---
Malam ini, malam tanpa bintang dan bulan di langit. Semua seakan tau tentang perasaanku saat ini. Perasaanku sangat sangat berantakan- gusar, senang, dan yang parahnya aku lagi kesel juga.
Tiba tiba ponselku berdering.

-CLINGG-
From : 0838xxxx
To : me

Besok yang ikut kegiatan osis suruh ngumpul di 11IPA1. Makasih

Brds
---
From : me
To : 0838xxx

Siap.
---
Ku taruh ponselku itu disamping dan aku segera meneruskan galauku di balkon ini.
---

Kukuruyukkk...

Suara ayam itu membangunkan tidurku.. Aku segera mandi dan bergegas ke sekolah.

Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?" ujarku lalu memalingkan wajahku
'Tuhaaaan, aku muakkk! Hapuskanlah rasa ini. Seandainya aku tak akan bisa memilikinya kenapa kau kirimkan rasa ini untukku? Kenapa tuhan? Apa aku salah? Kalau memang aku salah, kenapa kau menyiksa ku dengan cara seperti ini tuhan? Mencintai orang yang tak mencintaiku bahkan menganggapku saja tidak, itu cuma membuatku sakit Tuhan.' berontak hatiku
---
Dengan jalan gontai menuju kelas, aku tetap memikirkan hal itu..
"hei.." sapa seseorang mengagetkanku
"hei dev.." balasku "lagi galau ya? Jaman apa 2013 coyyy~~" ujarnya.
"lo ngapain sih kesini? Mau ngeledek gue doang? Hah?" bentakku
"eh ngga nggaa.. Gue mau.. Mau..."
"ah udah lah... Bacot lo!" balasku kasar lalu meninggalkan Deva. Ya dia deva.. Temanku sejak kelas 1SMP.. Dia tau tentang segalanya dariku... Sampai aku sedang menaruh hati pada bagas juga dia tau. Sebenernya aku bukan tipe cewe yang suka ngebentak bentak, tapi dianya muncul ga tau tempat.

Aku telah sampai di kelasku.. Pandanganku menerobos kelas ini, tak ada sahabatku-Angel.
"Angel kemana ya? Kok tumben belom dateng.." ujarku sambil mengeluarkan buku tulis dari tas.
Tak lama, angel datang dengan kekasihnya - Gilang.
"mesra amat... Iri gue!!" teriakku
"hehhehe... Ada pr gak ndai?" tanya angel
"nggaatau.." balasku.

Tiba tiba *Cringg* ponselku berbunyi pertanda sms masuk.
---
From : 0838xxxx
To : me

Ke ruang OSIS sekarang. Makasih
Brds
---
"ih ni orang apabgt sih... Sms irit banget!! Mana ga pake nama." gerutuku sambil jalan meninggalkan bangku
"eh eh ndaii mau kemanaaa?" sentak angel yang melihatku bangkit dari bangku
"tau." balasku jutek dan keluar kelas menuju ruang OSIS
---
Aku berjalan dengan sigap ke ruang Osis sendirian..
Tak lama, ada yg menepuk pundakku. Aku menoleh "lo lagi lo lagi..." ujarku saat melihat deva di sebelahku
"jutek amat neng... Mau kemana?" tanya deva
"ke ruang Osis. Lo?" balasku masih dalam keadaan kesal
"sama.. Gue ikut Osis.." balasnya girang Aku menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang tak sewajarnya
"lo? Seorang deva? Yang terkenal badungnya di smp mau ikut Osis? Gak salahh?" ujarku menahan tawa
"yeee ngga donggg... Gue kan mau berubah jadi baik"
"ga percaya gue.. Daaa!' balasku lalu lari ke ruang Osis

-Brukkk-
"aww.." rintihku
"hei sorry sorry..." ujarnya membangunkanku.
Aku mendongakkan kepala "Chel...chelsea?"
"hai?" sapanya
"eh eh ada apa nihh?" tanya seseorang-bagas yang tiba tiba datang
"aku nabrak dia tadi gas.." jelas chelsea
"Cindai? Ikut Osis kan? Masuk.." ujar bagas saat melihatku
'Bagas kenal gue?' batinku girang lalu masuk ke ruang Osis meninggalkan bagas dan chelsea berdua..
---
Selama rapat OSIS berlangsung, aku tak sepenuhnya memperhatikan ketua berbicara. Tapi, aku memperhatikan seseorang berjambul dan bertahi lalat dipipi itu. Siapa lagi kalau bukan bagas?
“Mengerti semua?” Tanya ketua OSIS
“Mengertii!” ujar semua. Ketua OSIS yang melihatku melamun, menghampiri dan menepuk pundakku.
“Ndai..” ujar-nya
“Ndai…”
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!” sahutku lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuanku.
                                                                                        
‘Terus tersenyum karna gue ya gas.’ Batinku.
---
“Cindai!” panggil seseorang
“Yaa?” ujarku menoleh.
“Pulang bareng siapa?” Tanya-nya
“Sendiri lah. Kenapa dev?” tanyaku balik
“Bareng gue yuk”
“Naik motor?” ujarku. Deva mengangguk
“Ayo deh. Gratis kan?” godaku
“Iyalahhhh apasih yang ngga buat cindaii? Haha” balasnya menggodaku
“apadeh lo-_-“
“Naikk” suruh deva.

Motor deva melesat diantara mobil dan motor dijalan ini.
“Devvvv pelan pelannnn!” ujarku
“Peluk yang erat” Balasnya sedikit tidak jelas karna terhalang helm dan masker
---
Karena Deva yang menyetir motornya dengan cepat, aku telah sampai rumah.
“Dev, mau masuk dulu?” tanyaku
“Boleh deh. Bentar aja yaa Cuma mau pamit sama nyokap lo” balas deva
“Sip.. masuk” suruhku
“Cindai pulang…” ucapku saat memasuki rumah
“Eh anak mama sudah pulang..” ujar mama saat melihatku di ambang pintu
“Kamu De..de.. de siapa nama kamu?” Tanya mama saat melihat Deva berdiri dibelakangku
“Deva tante..” ujar deva sambil cium tangan mama
“Iyaa deva ya nama kamu.. maaf ya tante lupa. Kamu pacarnya cindai?” Tanya mama
Aku yang sedang membuka sepatu langsung kaget dan menatap mama.
“Apasih maa? Bukannn!!” elak-ku
“Bukan tante.. tapi ba…” Ucapan deva terpotong
“Udah ya dev mending lo pulang.. udah sore tuh nanti lo diomelin lagi” ujarku sambil mendorongnya pelan keluar rumah
“Hehehe deva pulang ya tante” ujar deva sambil duduk di atas jok motornya dan segera pulang

‘Coba aja deva itu bagas’ pikirku sambil menutup pintu rumahnya
---
Aku sedang bersantai di atas kasur, tiba tiba ponselku berbunyi
---
From : 0838xxxxx
To : me

Yang bisa dateng ke sekolah dateng skrg ya. Makasih

BRDS
---
“Dia lagi dia lagi…” ujarku lalu mengambil jaketku dan segera mengayuh sepeda menuju sekolah.
---
Sekolah sudah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa guru dan tukang jajanan di depan sekolah.
Aku menerobos koridor untuk menuju ruang OSIS dan tebak apa yang aku dapat di dalam ruang OSIS. Bagas sedang bersama Chelsea.
“Eh aduh maaf ganggu” ujarku tak enak
“Eh cindai. Mau kemana?” Tanya bagas
“ke sini. Baru aja dapet jarkom” balasku sambil celingak celinguk
“Oh yaudah tunggu aja ya. Duduk aja situ” suruh bagas. aku langsung duduk di seberang bagas dan Chelsea
“Suapin lagi dong chel” ujar bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap bagas manja
Aku yang sedang membaca novel segera melihat sekitar, ternyata bagas dan Chelsea sedang suap suapan seperti tadi.
‘Ya tuhan.. kau begitu tega. Mengapa kau masih saja membiarkan rasa biadab ini ada pada hatiku?! Mengapa tuhannn?!’ batinku sambil kembali membaca novel. Tak terasa, sebulir air mataku jatuh dan membasahi novel itu.

“Hei ndai” sapa seseorang
“Lo nangis?!” kagetnya. Aku segera menghapus air mataku dan menutup novel yang tadi terkena air mataku dan menoleh.
“Deva?” ujarku saat melihat deva yang dengan baju seragamnya
“Haiii” balasnya sumringah
“Sok imut lo” sahutku
“hehehehe.. suruh ngapain deh?” Tanya-nya
“auu” balasku

Yang tadinya ruang OSIS hanya ada aku deva bagas dan Chelsea sekarang sudah penuh. Tak terlalu banyak sih, adalahh 10-12 orang.
“Kali ini kita omongin masalah LDKS.” Ujar ketua OSIS
“Mau dimana kak?” Tanya bagas
“Nah itu dia. Ada saran gak?” Tanya ketua OSIS balik
Aku tak menyangka Aku dan bagas menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak kusangka kami barengan lagi. 
“Wow chemistry yang bagus. Ada yang setuju di puncak?” sahut KetOS lagi

Setelah lama rapat, sekitar pukul 19:00 kami dibolehkan pulang.
“Fix puncak kan? Oke deh see ya!! Jaga kesehatan” ujar KetOS lalu keluar dari pintu ruang OSIS
Setelah KetOS keluar, deva menghampiriku. “Mau dianter?” Tanya-nya
“Ngga deh makasih dev” balasku
“Bener?” Tanya-nya
“Iyaa” jawabku
“Okedeh.. bye cindai. Ati ati yaa, akang deva mau pulang dulu HAHAHA” ujar deva lalu pergi sambil mencolek daguku
“Hih… sono!” usirku
---
Setelah kejadian malam itu, detik telah bergulir menjadi menit, entah mengapa menitpun begitu cepat menjadi jam, menjadi hari, menjadi minggu dan minggupun telah berlalu menjadi bulan. Sekarang adalah jadwal LDKS.
“Ransel, makanan, selimut,topi,charger,Iphone,Ipod,Mp3,BB,tablet,Ipad,laptop udah semua. Tinggal berangkat” ujarku sambil keluar kamar
“maaaa cindai pamit, doain yaa semua lancar” pamitku kepada mama sambil mencium tangannya
“Iya sayang hati hati yaa” balasnya
---
“Cindai!” ujar seseorang memanggilku
“Eh chelsea. Ada apa chel?” tanyaku
“bisa tolong titipin ini ke bagas gak? Gue buru buru nih mau ke toilet” balasnya
“Iya boleh kok.” Jawabku

Ku lihat bunga mawar dan sekotak hadiah ini. ‘Aku tak tau apa yang ada didalam kotak itu. Apa permen? Apa coklat? Atau bunga juga? Ah aku gak ada hak. Apapun yang ada di dalam kotak itu, itu ga akan merubah semuanya. Bagas hanya untuk Chelsea dan Chelsea hanya untuk bagas. aku siapa?’ batinku bergetar
“hoy ngelamun aja” ujar seseorang mengagetkanku
“Bagas?”
“Eh apanih?” Tanya-nya saat melihat bunga dan kotak yang kupegang
“Nih dari Chelsea.” Balasku lesu
“Buat gue?”
“siapa lagi?” tanyaku balik
“Huh elo.. yaudah deh makasih yaa” ujarnya pergi
“Iya sama sama” tundukku
---
Aku sedang terdiam di bangku bis, mencorat coret buku harianku. Entah mengapa moodku saat ini. Melihat orang tertawa saja aku kesal, mendengar orang bernyanyi saja aku geram. Ada apa denganmu cindai?!
Kulihat sebuah tangan dengan sebotol air mineral digenggaman tepat di depan mataku
“Mau minum?” Tanya-nya halus
“Hmm.. iya makasih dev” balasku mengambil botol darinya
“sama sama” sahutnya tersenyum dan duduk di sebelah bangku-ku
“Gak bosen?” Tanya-nya lagi
“Bosen? Ngga kok” balasku
“Bener?”
“Iya deva. Kenapasih?” tanyaku lagi
“gapapa… suram aja ngeliat lo begitu terus.” Ujarnya sambil menatap lurus kea rah depan
“aduh gitu gimana deh?”
“Yagitu deh hahaha” balasnya tertawa
“Ih galucu-_- gila lo” ucapku
“Kira kira kapan ya?” ujar deva
“Kapan apanya?” tanyaku
“Kapan lo peka ndai” suara deva begitu samar.
“Apa dev?”
“Hah ? gapapa kok hehe. Gue ke belakang dulu ya” ujarnya
“Huh. Iya sana sana”
---
Dengan mengambil ciki ku satu persatu, aku menulis sebuah tulisan. Atau bisa dibilang curhatan di buku harian.

Kamis, 10 Oktober 2013

Ya tuhan, aku lelah. Aku lelah karna aku merasakan perasaan yang tak sepatutnya ada padaku. Aku sakit karena terlalu lelah menunggu orang yang tidak pernah menganggapku. Ya tuhan, andai aku tak diizinkan memilikinya kumohon hapuskan rasa ini dan tunjukkan kepadaku orang yang tepat.

-Cindai-
---
Aku telah menutup buku diary ku. Disini, di kebun teh ini. Aku merasa sangat tenang. Tak ada bagas, tak ada Chelsea, dan yang paling penting tidak ada deva. Si pengacau yang selalu datang tiba tiba itu.
“eh pipi gemblong” colek seseorang dipundakku
“apasih ngel?” tanyaku tanpa menoleh sedikitpun. Aku terlalu pintar untuk dibodoh bodohi oleh seorang angel
“hahahaha tau aja lo kalo gue angel” ujarnya
“Hmm” balasku
“ga di rumah, sekolah, toilet dan di sini pas LDKS lo galaaaaaaaau mulu. Ga capek apa ndai?” Tanya angel
“Ih apasih ngel?! Gue ga galau” elak-ku
“Gue udah apal lo ndai. Jangan boongin gue” sahut angel. Aku terdiam
“Sampe kapan lo nunggu bagas? sampe kapan lo gini terus?! Hei life must go on ndai. Apa lo terus akan rela kalau kebahagiaan lo, kesenangan lo direnggut sama seseorang yang ga jelas itu. Berapa taun ndai? Berapa taun cindai yang gue kenal dulu berubah? Dari yang periang dan sekarang cindai menjadi cindai yang paling nyebelin. Jujur gue lebih respect lo yang smp ndai bukan sekarang. Cindai yang cengeng, cindai yang susah dibilangin.” Ujar angel panjang lebar.
“Lo gatau gue ngel!” bentakku
“Gue tau lo. Dan gue tau siapa yang pantes buat lo dan itu bukan bagas. ngerti? Bukan bagas ndai tapi…” ucapan angel terpotong
“Udahlah. Lo sama aja kaya semua. Gue benci!” ujarku pergi dari hadapan angel
“Tapi deva ndai.” Tutur angel di hati kecilnya
---
“semua berkumpul di depan api unggun sekarang” terdengar suara dari sebuah mikrofon memanggil semuanya untuk ke depan api unggun
---
Aku, angel, gilang, dinda, deva dan seterusnya duduk berdampingan. Kami tertawa bersama, bernyanyi nyanyi, lomba, seru seruan bareng. Tapi, mengapa jadi sepi begini?
“ehm ehm” ujar seseorang melalui mikrofon
‘itu suara bagas. iyaa itu suara bagas. ada apa bagas menghentak hentakkan mikrofon?’ pikirku

“Selamat malam semuaaaa” ujarnya dengan nada gembira
“Malaaaammm” balas semua termasuk aku
“Pertama tama, gue mau ngundang seorang gadis.” Ujar bagas
‘Bukan lo ndai. Bukan lo. Lo hopeless’ batinku
“Agatha Chelsea silakan maju kesini” ucapannya menyebut nama Chelsea bukan aku.
Semua menepuki pasangan itu. Aku? Ya aku juga menepuki kebahagiaan mereka. Kebahagiaan diatas kesakitanku.

“Happy anniversary sayang. I love you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka. Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air mataku. Ya, aku menangis.
Aku berlari menjauh dari semua. Ke kebun teh dan duduk disana. Menangis sejadi jadinya, tak peduli jika ada yang melihat.

-Flashback-

"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya
---
Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya ga..pa..pa.." ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu... Tak tau harus berbuat apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari bagas, sementara bagas tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang kian menjauh.
---
Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?"
---
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!” sahut cindai lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuan Cindai.
---
“Suapin lagi dong chel” ujar bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap bagas manja
---
Aku tak menyangka Aku dan bagas menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak kusangka kami barengan lagi. 
---
“Happy anniversary sayang. I love you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka. Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air mataku. Ya, aku menangis.

-Flashback off-

Dalam tangisanku ini, aku memikirkan semua itu. Ada yang membuat aku tertawa kecil dan semakin membuatku menangis. Ah aku benci hidup ini! Hidup ini terlalu tidak adil untukku.
Terdengar suara jejak mendekat. Aku menoleh “Deva?”
“Nih..” ujarnya mengulurkan tissue dengan tersenyum. Aku mengambil tissue-nya dan memalingkan badan
“Mau ditemenin?” Tanya-nya. Aku hanya mengangguk. Deva duduk disebelahku.
“Kenapa?” Tanya deva lagi dengan nada penuh care. Refleks, aku memeluknya.
“Dev, apa gue gak pantes jatuh cinta?” ujarku sesenggukan di pelukannya
“hah? Apaa?” Tanya-nya
“ih.. apa gue gak pantes jatuh cinta?” tanyaku lagi tapi tidak dalam keadaan memeluk deva.
“Semua orang pantes jatuh cinta dan semua orang harus jatuh cinta” balas deva
“Iya tapi gak buat gue. Perjalanan cinta gue terlalu suram” jawabku
“Iya karna lo stuck di satu orang. Dan gak pernah buka hati lo buat orang lain. Gak pernah nyoba peka sama orang lain” sahut deva
“maksud lo?”
“Ya lo gak pernah mau buka hati buat orang lain. Lo selalu nutup hati lo demi orang yang jelas jelas ga anggep lo ada.” Balas deva
“percuma gue buka hati gue buat orang lain. Toh hati itu akan ketutup lagi karena masih ada bagas” ujarku
“Sekarang coba lo nunggu bagas berapa lama?” Tanya deva
“Dari smp. Kira kira 4 taun lah. Hmm iyaa I have waited him for 4 Years” jawabku
“Hmm.. me too”
“Lo? Lo juga suka sama orang? Dan lo dicuekin? Hahahahaha samaan kita” ucapku
“Hehe.. iyaa”
“Kasihtau dong siapaa… insialnya aja deh” ujarku
“Hahahahha iyaa ini nih inisialnya. L O” balas deva
“L O? Siapa deh? Anak sekolah kita? Kayanya ga ada deh inisialnya L O. Ohh jangan jangan…. Lo suka sama loli?! HAHAHA cewe tompelan itu? Dev devvvvv plis deh…” ucapanku terpotong
“emmm cewe yang gue maksud tuh lo!” ujarnya
“HAH? Gue?”
“Iyaaa cindai!” balasnya
“Kenapa gue?” tanyaku
“Tanya gih kenapa cinta gue jatoh di hati lo” ujarnya
“Ihhhhh….” Balasku membuang muka

Hening…

“tapi maaf gue gak bisa bales rasa sayang dari lo. Gue belom bisa ngelupain bagas. maaf ya dev” ujarku tak enak
“Hmm iya gapapa ndai.. kita bisa sahabatan kok. Tapi lo harus janji, lo gaboleh jadi cindai yang lemah. Gaboleh jadi cindai yang cengeng, tapi harus jadi cindai yang dulu. Cindai yang periang dan ga mikirin yang gak penting. Bisa?” ujar deva
Aku terdiam.
“gabisa ya?” Tanya-nya lagi
“Bisa kok.. gue janji” ujarku merangkulnya
“Nah gitu dong” balasnya
“Nyanyi?” tanyaku
“Ayo!” balas deva girang
---
Dewa 19 – Pupus
Aku tak mengerti Apa yang ku rasa
Rindu yang tak pernah Begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau tak'kan pernah tahu

Aku persembahkan hidupku untukmu
Telah kurelakan hatiku padamu
Namun kau masih bisu, Diam seribu bahasa
Dan hati kecilku bicara

Baru ku sadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
---
“Aku tak bisa menyalahkan tuhan dalam keadaan kisah cintaku ini. Justru aku belajar, merelakan seseorang demi kehidupanku dimasa mendatang. Sulit memang, tapi itulah takdir. Aku akan belajar merelakan bagas dan mencoba untuk mencintai deva. Aku harap bisa. Tuhan, bantu aku melupakannya jika ia tak ditakdirkan untukku.”

-End-

Thanksssss!!! follow @zaakyki & @Difamdp