Haiii maaf baru ada cerpen lagi :)
Jujur ini cerpen paling lama yang gue buat-_- buat udah dari kapan tau dan sekarang baru selesai. *Curhat* Apasehh?!-____-
Oke cusss!!!
---
Pagi ini kuawali dengan tidak melihat wujudnya... Wujud orang yang
telah 4tahun belakangan ini mengisi ruang hampa di hatiku. Aku Gloria Chindai -
gadis sederhana yang sedang menaruh harapan kepada seorang pria yang tampan dan
populer disekolah. Aku menjadi penggemar rahasianya semenjak duduk di kelas
2smp, ternyata kami satu sma lagi. Namanya Bagas rds, aku ga pernah tau apa kepanjangan
rds dinamanya itu, menurutku juga tak terlalu penting. Aku sekarang menduduki
kelas 11. Tepatnya 11IPA2, sedangkan bagas di 11IPA4.
"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya
-Deggg-
"Chel...chelsea ngel? Anak 11IPS3 itu?" tanyaku lagi.
Angel hanya mengangguk
"harus berapa lama lagi ngel gue nunggu dia?"
"hmm.." aku hanya mendengar deheman angel
"sampe dia peka lah ndai..." ujar angel duduk disebelahku
"tapi kapan? 4tahun ngel. 4tahunnn!!" bentakku
"gue ngerti.."
"ngga ngel. Lo ga ngerti! Lo udah bahagia sama gilang. Jadi
lo gakan pernah ngerti yang gue rasa." lagi lagi aku membentaknya
"sabar ya ndai.." balasnya menenangkanku
'harus berapa lama lagi gas? Aku udah 4tahun nunggu kamu. Nunggu
kamu putus sama kak sivia, kak ify dan kak acha pas smp. Nunggu kamu putus sama
salma, oliv dan dinda pas sma. Sekarang apa harus aku menderita lagi utk yang
kesekian kalinya? Apa aku harus tersiksa lagi untuk nunggu kamu putus sama
chelsea? Ah aku benci gas! Aku benci setiap kali hembusan nafasku itu semua
Cuma buat kamu. Kamu yang gatau kalo ada aku disini, kamu yang ga pernah
mencoba untuk mencari tau tentang orang orang yang mengharapkan kamu gas. Walau
bagaimanapun, aku tetep gak bisa benci sedikitpun sama kamu. Ya itu semua karna
aku cinta sama kamu gas, iya cinta yang membutakan semua.' lamun-ku
"cindai... Cindaii!" ujar seseorang menepuk nepuk
pundakku
"apasih ngel? Lagi galau nih gue. Udah diem ah!"
"cindai!!!" suara itu mengeras.
Aku menoleh... "bu... Bu... Bu okky?" ujarku terbata
bata
"kerjakan soal di depan!"
Seketika mataku langsung tertuju pada papan tulis dan maju
perlahan untuk mengerjakannya. Aku memang pintar di pelajaran matematika. Gak
jarang aku mengikuti olimpiade matematika dari sekolah.
"sudah bu.." ujarku sambil bergegas menuju mejaku
"baik cindai... Jangan melamun lagi ya.." balas bu okky
"hehe" kekeh-ku
-KRINGG-
bel tanda pulang telah berbunyi.. Aku dan sahabatku-angel langsung
keluar kelas. Bak 2ekor hewan yang telah lama dikurung, setelah melihat pintu
terbuka langsung lari keluar. Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya
ga..pa..pa.." ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu...
Tak tau harus berbuat apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari
bagas, sementara bagas tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang
kian menjauh.
---
"ngel demiapa tadi gue bisa denger suaranya? Aaa meleleh
gue.." ujarku cerewet
"hahaha iya iya... Cie sumringah banget sih.." balas
angel
"ah udah yuk cepetan deh jalannya" sahutku sambil senyam
senyum
"taudeh yang lagi kasmaran.. senyum mulu... Cantik tau ndai
:)" balas angel sambil menyamai langkahku.
---
Malam ini, malam tanpa bintang dan bulan di langit. Semua seakan
tau tentang perasaanku saat ini. Perasaanku sangat sangat berantakan- gusar,
senang, dan yang parahnya aku lagi kesel juga.
Tiba tiba ponselku berdering.
-CLINGG-
From : 0838xxxx
To : me
Besok yang ikut kegiatan osis suruh ngumpul di 11IPA1. Makasih
Brds
---
From : me
To : 0838xxx
Siap.
---
Ku taruh ponselku itu disamping dan aku segera meneruskan galauku
di balkon ini.
---
Kukuruyukkk...
Suara ayam itu membangunkan tidurku.. Aku segera mandi dan
bergegas ke sekolah.
Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat
semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana
ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?" ujarku lalu memalingkan wajahku
'Tuhaaaan, aku muakkk! Hapuskanlah rasa ini. Seandainya aku tak
akan bisa memilikinya kenapa kau kirimkan rasa ini untukku? Kenapa tuhan? Apa
aku salah? Kalau memang aku salah, kenapa kau menyiksa ku dengan cara seperti
ini tuhan? Mencintai orang yang tak mencintaiku bahkan menganggapku saja tidak,
itu cuma membuatku sakit Tuhan.' berontak hatiku
---
Dengan jalan gontai menuju kelas,
aku tetap memikirkan hal itu..
"hei.." sapa seseorang
mengagetkanku
"hei dev.." balasku
"lagi galau ya? Jaman apa 2013 coyyy~~" ujarnya.
"lo ngapain sih kesini? Mau
ngeledek gue doang? Hah?" bentakku
"eh ngga nggaa.. Gue mau..
Mau..."
"ah udah lah... Bacot
lo!" balasku kasar lalu meninggalkan Deva. Ya dia deva.. Temanku sejak
kelas 1SMP.. Dia tau tentang segalanya dariku... Sampai aku sedang menaruh hati
pada bagas juga dia tau. Sebenernya aku bukan tipe cewe yang suka ngebentak
bentak, tapi dianya muncul ga tau tempat.
Aku telah sampai di kelasku..
Pandanganku menerobos kelas ini, tak ada sahabatku-Angel.
"Angel kemana ya? Kok tumben
belom dateng.." ujarku sambil mengeluarkan buku tulis dari tas.
Tak lama, angel datang dengan
kekasihnya - Gilang.
"mesra amat... Iri
gue!!" teriakku
"hehhehe... Ada pr gak
ndai?" tanya angel
"nggaatau.." balasku.
Tiba tiba *Cringg* ponselku
berbunyi pertanda sms masuk.
---
From : 0838xxxx
To : me
Ke ruang OSIS sekarang. Makasih
Brds
---
"ih ni orang apabgt sih...
Sms irit banget!! Mana ga pake nama." gerutuku sambil jalan meninggalkan
bangku
"eh eh ndaii mau
kemanaaa?" sentak angel yang melihatku bangkit dari bangku
"tau." balasku jutek
dan keluar kelas menuju ruang OSIS
---
Aku berjalan dengan sigap ke
ruang Osis sendirian..
Tak lama, ada yg menepuk
pundakku. Aku menoleh "lo lagi lo lagi..." ujarku saat melihat deva
di sebelahku
"jutek amat neng... Mau
kemana?" tanya deva
"ke ruang Osis. Lo?"
balasku masih dalam keadaan kesal
"sama.. Gue ikut
Osis.." balasnya girang Aku menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang tak
sewajarnya
"lo? Seorang deva? Yang
terkenal badungnya di smp mau ikut Osis? Gak salahh?" ujarku menahan tawa
"yeee ngga donggg... Gue kan
mau berubah jadi baik"
"ga percaya gue.. Daaa!'
balasku lalu lari ke ruang Osis
-Brukkk-
"aww.." rintihku
"hei sorry sorry..."
ujarnya membangunkanku.
Aku mendongakkan kepala
"Chel...chelsea?"
"hai?" sapanya
"eh eh ada apa nihh?"
tanya seseorang-bagas yang tiba tiba datang
"aku nabrak dia tadi
gas.." jelas chelsea
"Cindai? Ikut Osis kan?
Masuk.." ujar bagas saat melihatku
'Bagas kenal gue?' batinku girang
lalu masuk ke ruang Osis meninggalkan bagas dan chelsea berdua..
---
Selama rapat OSIS berlangsung,
aku tak sepenuhnya memperhatikan ketua berbicara. Tapi, aku memperhatikan
seseorang berjambul dan bertahi lalat dipipi itu. Siapa lagi kalau bukan bagas?
“Mengerti semua?” Tanya ketua
OSIS
“Mengertii!” ujar semua. Ketua OSIS yang melihatku melamun, menghampiri dan menepuk pundakku.
“Mengertii!” ujar semua. Ketua OSIS yang melihatku melamun, menghampiri dan menepuk pundakku.
“Ndai..” ujar-nya
“Ndai…”
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
Aku masih melamun. “Cindai!” ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!”
sahutku lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali
bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuanku.
‘Terus tersenyum karna gue ya
gas.’ Batinku.
---
“Cindai!” panggil seseorang
“Yaa?” ujarku menoleh.
“Pulang bareng siapa?” Tanya-nya
“Sendiri lah. Kenapa dev?”
tanyaku balik
“Bareng gue yuk”
“Naik motor?” ujarku. Deva
mengangguk
“Ayo deh. Gratis kan?” godaku
“Iyalahhhh apasih yang ngga buat
cindaii? Haha” balasnya menggodaku
“apadeh lo-_-“
“Naikk” suruh deva.
Motor deva melesat diantara mobil dan motor dijalan ini.
“Devvvv pelan pelannnn!” ujarku
“Peluk yang erat” Balasnya
sedikit tidak jelas karna terhalang helm dan masker
---
Karena Deva yang menyetir
motornya dengan cepat, aku telah sampai rumah.
“Dev, mau masuk dulu?” tanyaku
“Boleh deh. Bentar aja yaa Cuma
mau pamit sama nyokap lo” balas deva
“Sip.. masuk” suruhku
“Cindai pulang…” ucapku saat
memasuki rumah
“Eh anak
mama sudah pulang..” ujar mama saat melihatku di ambang pintu
“Kamu
De..de.. de siapa nama kamu?” Tanya mama saat melihat Deva berdiri dibelakangku
“Deva
tante..” ujar deva sambil cium tangan mama
“Iyaa deva
ya nama kamu.. maaf ya tante lupa. Kamu pacarnya cindai?” Tanya mama
Aku yang
sedang membuka sepatu langsung kaget dan menatap mama.
“Apasih maa?
Bukannn!!” elak-ku
“Bukan
tante.. tapi ba…” Ucapan deva terpotong
“Udah ya dev mending lo pulang..
udah sore tuh nanti lo diomelin lagi” ujarku sambil mendorongnya pelan keluar
rumah
“Hehehe deva pulang ya tante” ujar deva sambil duduk di atas jok motornya dan segera pulang
“Hehehe deva pulang ya tante” ujar deva sambil duduk di atas jok motornya dan segera pulang
‘Coba aja deva itu bagas’ pikirku
sambil menutup pintu rumahnya
---
Aku sedang bersantai di atas
kasur, tiba tiba ponselku berbunyi
---
From : 0838xxxxx
To : me
Yang bisa dateng ke sekolah
dateng skrg ya. Makasih
BRDS
---
“Dia lagi dia lagi…” ujarku lalu
mengambil jaketku dan segera mengayuh sepeda menuju sekolah.
---
Sekolah sudah lumayan sepi, hanya
tersisa beberapa guru dan tukang jajanan di depan sekolah.
Aku menerobos koridor untuk
menuju ruang OSIS dan tebak apa yang aku dapat di dalam ruang OSIS. Bagas
sedang bersama Chelsea.
“Eh aduh maaf ganggu” ujarku tak
enak
“Eh cindai. Mau kemana?” Tanya
bagas
“ke sini. Baru aja dapet jarkom”
balasku sambil celingak celinguk
“Oh yaudah tunggu aja ya. Duduk
aja situ” suruh bagas. aku langsung duduk di seberang bagas dan Chelsea
“Suapin lagi dong chel” ujar
bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil
memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap
bagas manja
Aku yang sedang membaca novel
segera melihat sekitar, ternyata bagas dan Chelsea sedang suap suapan seperti
tadi.
‘Ya tuhan.. kau begitu tega.
Mengapa kau masih saja membiarkan rasa biadab ini ada pada hatiku?! Mengapa
tuhannn?!’ batinku sambil kembali membaca novel. Tak terasa, sebulir air mataku
jatuh dan membasahi novel itu.
“Hei ndai” sapa seseorang
“Lo nangis?!” kagetnya. Aku
segera menghapus air mataku dan menutup novel yang tadi terkena air mataku dan
menoleh.
“Deva?” ujarku saat melihat deva yang
dengan baju seragamnya
“Haiii” balasnya sumringah
“Sok imut lo” sahutku
“hehehehe.. suruh ngapain deh?”
Tanya-nya
“auu” balasku
Yang tadinya ruang OSIS hanya ada
aku deva bagas dan Chelsea sekarang sudah penuh. Tak terlalu banyak sih,
adalahh 10-12 orang.
“Kali ini kita omongin masalah
LDKS.” Ujar ketua OSIS
“Mau dimana kak?” Tanya bagas
“Nah itu dia. Ada saran gak?”
Tanya ketua OSIS balik
Aku tak menyangka Aku dan bagas
menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau
dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak
kusangka kami barengan lagi.
“Wow chemistry yang bagus. Ada
yang setuju di puncak?” sahut KetOS lagi
Setelah lama rapat, sekitar pukul
19:00 kami dibolehkan pulang.
“Fix puncak kan? Oke deh see ya!!
Jaga kesehatan” ujar KetOS lalu keluar dari pintu ruang OSIS
Setelah KetOS keluar, deva
menghampiriku. “Mau dianter?” Tanya-nya
“Ngga deh makasih dev” balasku
“Bener?” Tanya-nya
“Iyaa” jawabku
“Okedeh.. bye cindai. Ati ati
yaa, akang deva mau pulang dulu HAHAHA” ujar deva lalu pergi sambil mencolek
daguku
“Hih… sono!” usirku
---
Setelah kejadian malam itu, detik
telah bergulir menjadi menit, entah mengapa menitpun begitu cepat menjadi jam,
menjadi hari, menjadi minggu dan minggupun telah berlalu menjadi bulan.
Sekarang adalah jadwal LDKS.
“Ransel, makanan,
selimut,topi,charger,Iphone,Ipod,Mp3,BB,tablet,Ipad,laptop udah semua. Tinggal
berangkat” ujarku sambil keluar kamar
“maaaa cindai pamit, doain yaa
semua lancar” pamitku kepada mama sambil mencium tangannya
“Iya sayang hati hati yaa” balasnya
“Iya sayang hati hati yaa” balasnya
---
“Cindai!” ujar seseorang
memanggilku
“Eh chelsea. Ada apa chel?”
tanyaku
“bisa tolong titipin ini ke bagas
gak? Gue buru buru nih mau ke toilet” balasnya
“Iya boleh kok.” Jawabku
Ku lihat bunga mawar dan sekotak
hadiah ini. ‘Aku tak tau apa yang ada didalam kotak itu. Apa permen? Apa
coklat? Atau bunga juga? Ah aku gak ada hak. Apapun yang ada di dalam kotak
itu, itu ga akan merubah semuanya. Bagas hanya untuk Chelsea dan Chelsea hanya
untuk bagas. aku siapa?’ batinku bergetar
“hoy ngelamun aja” ujar seseorang
mengagetkanku
“Bagas?”
“Eh apanih?” Tanya-nya saat
melihat bunga dan kotak yang kupegang
“Nih dari Chelsea.” Balasku lesu
“Buat gue?”
“siapa lagi?” tanyaku balik
“Huh elo.. yaudah deh makasih
yaa” ujarnya pergi
“Iya sama sama” tundukku
---
Aku sedang terdiam di bangku bis,
mencorat coret buku harianku. Entah mengapa moodku saat ini. Melihat orang
tertawa saja aku kesal, mendengar orang bernyanyi saja aku geram. Ada apa
denganmu cindai?!
Kulihat sebuah tangan dengan sebotol
air mineral digenggaman tepat di depan mataku
“Mau minum?” Tanya-nya halus
“Hmm.. iya makasih dev” balasku
mengambil botol darinya
“sama sama” sahutnya tersenyum
dan duduk di sebelah bangku-ku
“Gak bosen?” Tanya-nya lagi
“Bosen? Ngga kok” balasku
“Bener?”
“Iya deva. Kenapasih?” tanyaku
lagi
“gapapa… suram aja ngeliat lo
begitu terus.” Ujarnya sambil menatap lurus kea rah depan
“aduh gitu gimana deh?”
“Yagitu deh hahaha” balasnya
tertawa
“Ih galucu-_- gila lo” ucapku
“Kira kira kapan ya?” ujar deva
“Kapan apanya?” tanyaku
“Kapan lo peka ndai” suara deva
begitu samar.
“Apa dev?”
“Hah ? gapapa kok hehe. Gue ke
belakang dulu ya” ujarnya
“Huh. Iya sana sana”
---
Dengan mengambil ciki ku satu
persatu, aku menulis sebuah tulisan. Atau bisa dibilang curhatan di buku
harian.
Kamis, 10 Oktober 2013
Ya tuhan, aku lelah. Aku lelah
karna aku merasakan perasaan yang tak sepatutnya ada padaku. Aku sakit karena
terlalu lelah menunggu orang yang tidak pernah menganggapku. Ya tuhan, andai
aku tak diizinkan memilikinya kumohon hapuskan rasa ini dan tunjukkan kepadaku
orang yang tepat.
-Cindai-
---
Aku telah menutup buku diary ku.
Disini, di kebun teh ini. Aku merasa sangat tenang. Tak ada bagas, tak ada
Chelsea, dan yang paling penting tidak ada deva. Si pengacau yang selalu datang
tiba tiba itu.
“eh pipi gemblong” colek
seseorang dipundakku
“apasih ngel?” tanyaku tanpa
menoleh sedikitpun. Aku terlalu pintar untuk dibodoh bodohi oleh seorang angel
“hahahaha tau aja lo kalo gue
angel” ujarnya
“Hmm” balasku
“ga di rumah, sekolah, toilet dan
di sini pas LDKS lo galaaaaaaaau mulu. Ga capek apa ndai?” Tanya angel
“Ih apasih ngel?! Gue ga galau”
elak-ku
“Gue udah apal lo ndai. Jangan
boongin gue” sahut angel. Aku terdiam
“Sampe kapan lo nunggu bagas?
sampe kapan lo gini terus?! Hei life must go on ndai. Apa lo terus akan rela
kalau kebahagiaan lo, kesenangan lo direnggut sama seseorang yang ga jelas itu.
Berapa taun ndai? Berapa taun cindai yang gue kenal dulu berubah? Dari yang
periang dan sekarang cindai menjadi cindai yang paling nyebelin. Jujur gue
lebih respect lo yang smp ndai bukan sekarang. Cindai yang cengeng, cindai yang
susah dibilangin.” Ujar angel panjang lebar.
“Lo gatau gue ngel!” bentakku
“Gue tau lo. Dan gue tau siapa
yang pantes buat lo dan itu bukan bagas. ngerti? Bukan bagas ndai tapi…” ucapan
angel terpotong
“Udahlah. Lo sama aja kaya semua.
Gue benci!” ujarku pergi dari hadapan angel
“Tapi deva ndai.” Tutur angel di
hati kecilnya
---
“semua berkumpul di depan api
unggun sekarang” terdengar suara dari sebuah mikrofon memanggil semuanya untuk
ke depan api unggun
---
Aku, angel, gilang, dinda, deva
dan seterusnya duduk berdampingan. Kami tertawa bersama, bernyanyi nyanyi,
lomba, seru seruan bareng. Tapi, mengapa jadi sepi begini?
“ehm ehm” ujar seseorang melalui mikrofon
“ehm ehm” ujar seseorang melalui mikrofon
‘itu suara bagas. iyaa itu suara
bagas. ada apa bagas menghentak hentakkan mikrofon?’ pikirku
“Selamat malam semuaaaa” ujarnya
dengan nada gembira
“Malaaaammm” balas semua termasuk
aku
“Pertama tama, gue mau ngundang
seorang gadis.” Ujar bagas
‘Bukan lo ndai. Bukan lo. Lo
hopeless’ batinku
“Agatha Chelsea silakan maju
kesini” ucapannya menyebut nama Chelsea bukan aku.
Semua menepuki pasangan itu. Aku?
Ya aku juga menepuki kebahagiaan mereka. Kebahagiaan diatas kesakitanku.
“Happy anniversary sayang. I love
you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka.
Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air
mataku. Ya, aku menangis.
Aku berlari menjauh dari semua.
Ke kebun teh dan duduk disana. Menangis sejadi jadinya, tak peduli jika ada
yang melihat.
-Flashback-
"Ndaaai..." terdengar teriakan memanggilku. Aku menoleh
"hei ngel... Kenapa?" tanyaku
"bagas ndaii... Dia jadian sama Chelsea.." ujarnya
---
Tak sengaja aku menabrak seseorang.
"eh maaf maaf.." ujar orang itu.
Aku yang sedari tadi menunduk lalu menatapnya "iya ga..pa..pa.."
ternyata yang menabrakku itu bagas. Yaa bagas rds ituu... Tak tau harus berbuat
apa aku langsung menarik tangan angel paksa menjauh dari bagas, sementara bagas
tetap diam dengan gaya coolnya memperhatikan kami yang kian menjauh.
---
Selama perjalanan, aku memegang semua yang bisa dipegang, melihat
semua yang bisa dilihat. Tiba tiba pandanganku terfokus di satu titik dimana
ada 2 orang yang sedang keluar gerbang dengan motor.
"bagas ? Chelsea?"
---
Aku masih melamun. “Cindai!”
ujarnya lebih keras
“Eh mengerti kak mengertiii!!”
sahut cindai lalu berdiri sambil hormat.
Semua anak tertawa tak terkecuali
bagas, bagas tertawa juga melihat kelakuan Cindai.
---
“Suapin lagi dong chel” ujar
bagas kepada Chelsea
“Nih aaaa” balas Chelsea sambil
memajukan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut bagas
“Emmm enakkk lagi lagi” ucap
bagas manja
---
Aku tak menyangka Aku dan bagas
menunjuk tangan bersamaan.
“Yaa bagas cindai? Kalian mau
dimana?” ujar KetOS
“Puncak!” ujar kami barengan. Tak
kusangka kami barengan lagi.
---
“Happy anniversary sayang. I love
you” ujar bagas berlutut di depan Chelsea
Semua meneriaki kemesraan mereka.
Aku hanya diam, bisu, gagu, sedih, campur aduk dan itu semua tertuang dalam air
mataku. Ya, aku menangis.
-Flashback off-
Dalam tangisanku ini, aku
memikirkan semua itu. Ada yang membuat aku tertawa kecil dan semakin membuatku
menangis. Ah aku benci hidup ini! Hidup ini terlalu tidak adil untukku.
Terdengar suara jejak mendekat.
Aku menoleh “Deva?”
“Nih..” ujarnya mengulurkan
tissue dengan tersenyum. Aku mengambil tissue-nya dan memalingkan badan
“Mau ditemenin?” Tanya-nya. Aku
hanya mengangguk. Deva duduk disebelahku.
“Kenapa?” Tanya deva lagi dengan
nada penuh care. Refleks, aku memeluknya.
“Dev, apa gue gak pantes jatuh
cinta?” ujarku sesenggukan di pelukannya
“hah? Apaa?” Tanya-nya
“ih.. apa gue gak pantes jatuh
cinta?” tanyaku lagi tapi tidak dalam keadaan memeluk deva.
“Semua orang pantes jatuh cinta
dan semua orang harus jatuh cinta” balas deva
“Iya tapi gak buat gue.
Perjalanan cinta gue terlalu suram” jawabku
“Iya karna lo stuck di satu
orang. Dan gak pernah buka hati lo buat orang lain. Gak pernah nyoba peka sama
orang lain” sahut deva
“maksud lo?”
“Ya lo gak pernah mau buka hati
buat orang lain. Lo selalu nutup hati lo demi orang yang jelas jelas ga anggep
lo ada.” Balas deva
“percuma gue buka hati gue buat orang
lain. Toh hati itu akan ketutup lagi karena masih ada bagas” ujarku
“Sekarang coba lo nunggu bagas
berapa lama?” Tanya deva
“Dari smp. Kira kira 4 taun lah.
Hmm iyaa I have waited him for 4 Years” jawabku
“Hmm.. me too”
“Lo? Lo juga suka sama orang? Dan
lo dicuekin? Hahahahaha samaan kita” ucapku
“Hehe.. iyaa”
“Kasihtau dong siapaa… insialnya
aja deh” ujarku
“Hahahahha iyaa ini nih
inisialnya. L O” balas deva
“L O? Siapa deh? Anak sekolah
kita? Kayanya ga ada deh inisialnya L O. Ohh jangan jangan…. Lo suka sama
loli?! HAHAHA cewe tompelan itu? Dev devvvvv plis deh…” ucapanku terpotong
“emmm cewe yang gue maksud tuh
lo!” ujarnya
“HAH? Gue?”
“Iyaaa cindai!” balasnya
“Kenapa gue?” tanyaku
“Tanya gih kenapa cinta gue jatoh
di hati lo” ujarnya
“Ihhhhh….” Balasku membuang muka
Hening…
“tapi maaf gue gak bisa bales
rasa sayang dari lo. Gue belom bisa ngelupain bagas. maaf ya dev” ujarku tak
enak
“Hmm iya gapapa ndai.. kita bisa
sahabatan kok. Tapi lo harus janji, lo gaboleh jadi cindai yang lemah. Gaboleh
jadi cindai yang cengeng, tapi harus jadi cindai yang dulu. Cindai yang periang
dan ga mikirin yang gak penting. Bisa?” ujar deva
Aku terdiam.
“gabisa ya?” Tanya-nya lagi
“Bisa kok.. gue janji” ujarku
merangkulnya
“Nah gitu dong” balasnya
“Nyanyi?” tanyaku
“Ayo!” balas deva girang
---
Dewa 19 – Pupus
Aku tak mengerti Apa yang ku rasa
Rindu yang tak pernah Begitu
hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang
kau tahu
Meski kau tak'kan pernah tahu
Aku persembahkan hidupku untukmu
Telah kurelakan hatiku padamu
Namun kau masih bisu, Diam seribu
bahasa
Dan hati kecilku bicara
Baru ku sadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
---
“Aku tak bisa menyalahkan tuhan
dalam keadaan kisah cintaku ini. Justru aku belajar, merelakan seseorang demi
kehidupanku dimasa mendatang. Sulit memang, tapi itulah takdir. Aku akan
belajar merelakan bagas dan mencoba untuk mencintai deva. Aku harap bisa.
Tuhan, bantu aku melupakannya jika ia tak ditakdirkan untukku.”
-End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar