Cindai dan lain lain sudah berada di kantin.
“Kalian mau pesan apa?” Tanya dinda
“Apa aja deh.” Ucap difa
Anak anak hanya mengiyakan.
“Ndai? Lo kok bengong?” Tanya dinda
“Gapapa kok din. Eh gue ke ruang musik dulu ya mau
ngambil tas” kata cindai sambil berlalu dari hadapan anak anak
---
Cindai telah berada di depan ruang musik dan membuka
pintunya pelan.
*KLEK*
Terdengar suara dentingan piano dan bagas bernyanyi. Ya
bagas bernyanyi.
Cindai mendengar lagu itu, sampai tak sadar ia ikut
bernyanyi.
Christina Perri – A Thousand Years
I have died
everyday
waiting for you
Darlin' don't be
afraid
I have loved you
for a
Thousand years
I'll love you for a
Thousand more
---
“Heii siapa itu?” ucap bagas kaget
“Hah? Gue… gue… gue cindai gas. Sorry ganggu lo” balas
cindai lalu menghampiri bagas, segera mengambil tasnya dan kembali menuju
pintu.
“Ndai.” Panggil bagas
Cindai menoleh “Ya gas?”
“temenin gue dong.” Ucap bagas lembut
“Gue mau pulang ah.” Balas cindai jutek
“Ya ampun. Plis” ucap bagas
“Hmm.. yaudah deh” balas cindai lalu menuju bangku bagas
dan segera duduk
Cindai dan bagas tidak mengeluarkan 1 katapun melainkan
suara piano yang dimainkan oleh jari bagas.
“Lo suka musik dari kapan?” Tanya cindai memecah
keheningan
“Gue udah suka sama musik dari gue kecil ndai. Lo?” Tanya
bagas
“Gue juga dari kecil. Musik itu menurut lo apa?” Tanya
cindai lagi
“Menurut gue, music itu suara. Haahah” jawab bagas sambil
tertawa
“Ih bagassss…” ucap cindai
“Hehe emang bener kann? Kalo menurut lo musik itu apa?”
Tanya bagas
“Menurut gue, musik itu Suara yang disusun demikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang indah terutama suara
yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Contoh
mulut dan piano ini gas. Indah banget kan suaranya” balas cindai
“Hmm… iya sih, tapi suara yang keluar dari mulut lo jelek” ledek bagas
“Ah gue pulang aja dehhh.” Ancam cindai lalu bangun dan
melangkah menjauhi bagas
“Eh ndaii. Cuma bercanda tau. Suara lo bagus kok!” ujar
bagas yang melihat cindai bangun dan melangkah menjauhinya.
“Hah serius? Makasih ya.” Ucap cindai lalu duduk lagi
disamping bagas
“Iyaa.." balas bagas
Hening...
"eh gue boleh cerita gak sama lo?” Tanya bagas serius
Hening...
"eh gue boleh cerita gak sama lo?” Tanya bagas serius
“Cerita ? curhat? Bayarrr!” ledek cindai
“Yeee gue serius oon.” Balas bagas
“yaudah cerita aja.” Ujar cindai
“Tapi, lo janji jangan bilang siapa siapa?” balas bagas sambil mengangkat jari kelingkingnya
“Tapi, lo janji jangan bilang siapa siapa?” balas bagas sambil mengangkat jari kelingkingnya
“Ih apaan sih lo. Alay tau gak” ucap cindai
“Udah.. cepet lo janji!” balas bagas menarik kelingking
cindai
“Iya gue janji.” Kata cindai lalu mengaitkan
kelingkingnya di kelingking bagas
“Ok makasih.” Balas bagas
Hening lagi…
“Eh katanya lo mau cerita. Gimana sih ?” ucap cindai
memecah keheningan
“Oiya maaf gue lupa.” Ujar bagas
“yaudah cpt ahh.” Balas cindai
“Iyaa bawel” ucap bagas
Cindai diam.
“Ndai, lo pernah gak kehilangan orang yang lo sayang secara gak wajar?” Tanya bagas serius
“Ndai, lo pernah gak kehilangan orang yang lo sayang secara gak wajar?” Tanya bagas serius
Cindai kaget dan langsung menoleh ke arah bagas. “loh kok lo nanya gitu ?” Tanya cindai
“Hmm… ya jawab aja udah, pernah gak?” Tanya bagas lagi
Cindai diam
“Ndai? Cindaii?” ujar bagas menggoyang goyangkan badan cindai
“Hah apa gas?” ucap cindai kaget
“Yee kok lo bengong sih? Gue salah ngomong ya?” Tanya
bagas
“Hmm gak kok. Lo gak salah apa apa. Tadi lo Tanya apa?”
balas cindai
“Gausah deh ndai. Gajadi” ucap bagas lesu
“Yahh… iyadeh gue jawab. Gue pernah kehilangan orang yang
gue sayang secara gak wajar. Dia pacar gue, dia meninggal waktu mau jemput gue.” Ucap cindai
“jadi? Lo pernah juga ngerasain kaya gt?” Tanya bagas
“Iya pernah gas. Kalo lo sendiri?” Tanya cindai
“Hmm gue juga pernah. Pacar gue juga. Dia ketabrak mobil
waktu beliin gue makanan.” Balas bagas
“Hmm dia anak sini? Kalo boleh tau siapa namanya?” Tanya
cindai lagi
“Iya dia sekolah disini dan dia duduk bareng gue disini di depan piano ini kalo lagi ekskul, kita berdua juga suka musik ndai. Namanya Dea.” Ucap bagas
“Iya dia sekolah disini dan dia duduk bareng gue disini di depan piano ini kalo lagi ekskul, kita berdua juga suka musik ndai. Namanya Dea.” Ucap bagas
“Dea pasti cantik. Dia beruntung banget gas bisa milikin
lo” batin cindai
“Kita senasip yah gass.” Ucap cindai
“Gakmau gue senasip sama anak kampung kaya lo
haaahahahah” ledek bagas
“mulai kan! Udah ah gue pulang ya.” Ucap cindai lalu
bangkit dari duduknya dan keluar dari ruang musik
“Eh tunggu dong. Bareng hehe” ujar bagas lalu mengejar
cindai
---
-Will Continue-
Follow My twitter @zaakyki kalo ada saran & kritik mention aja :) makasih
Cindai bukannya berjalan menuju gerbang malah menuju
kantin.
“Loh kok ke kantin sih ndai?” Tanya bagas bingung
“Loh kok ke kantin sih ndai?” Tanya bagas bingung
“Yee suka suka gue dong.” Ucap cindai
“Eh gue ke toilet bentar ya.” Ujar bagas
“yaudah sana. Lama juga gapapa” balas cindai
Bagas tidak menghiraukan dan langsung lari ke toilet.
Cindai telah sampai dikantin, ia segera mengeluarkan
bekal yang telah dibawakan mama untuknya. Dia Cuma ingin membeli minum karena
minumnya sudah habis diminum bagas tadi-_-
Sedang enak enak dia makan, tiba tiba....
-Will Continue-
Follow My twitter @zaakyki kalo ada saran & kritik mention aja :) makasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar